Friday 25 September 2015

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (PABK) "KELAINAN FISIK DAN KERUSAKAN PADA KESEHATAN"

Learners with Physical Disabilities and Other Health Impairments
Anak yang memiliki kelainan fisik atau kerusakan kesehatan lainnya adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik atau masalah kesehatan yang dapat mengganggu pembelajarannya atau kehadiran sekolahnya sampai suatu titik di mana mereka memerlukan perlakuan khusus, latihan, bahan, materi, serta fasilitas yang khusus. Karakteristik dari anak yanag memiliki kelainan fisik adalah sangat beragam. Perbedaan utama yang mengkarakteristikkan anak-anak dengan kelainan fisik adalah kondisi medis, masalah kesehatan, atau keterbatasan fisik yang menitikberatkan keperluan kerjasama dari gabungan disiplin. Kelainan fisik tersebut dapat disebabkan oleh congenital anomalies (cacat lahir) atau mereka memiliki kelainan tersebut melalui kecelakaan atau penyakit setelah dilahirkan.
Kelainan fisik dapat disebabkan oleh 3 kondisi spesifik tersebut, yaitu : kerusakan saraf motorik, pembedahan tulang, dan gangguan yang berkaitan dengan susunan bagian tubuh, serta kondisi lainnya yang memengaruhi kesehatan atau kemampuan fisiknya.

Gangguan Saraf Motorik
Gangguan saraf motorik disebabkan oleh luka pada otak atau pada sumsum tulang belakang (kerusakan saraf) ketika sebelum, sedang, atau sesudah masa kelahiran.
1.      Cerebral palsy
Cerebral palsy adalah suatu gangguan gerakan dan postur. Cerebral palsy (CP) disebabkan oleh luka yang terdapat pada otak yang terjadi ketika sebelum dilahirkan, sedang dilahirkan, atau ketika beberapa tahun pertama setelah dilahirkan. Karakteristik yang timbul dari luka tersebut yaitu dapat menghambat kemampuan otak dalam mengendalikan otot tubuh dengan benar. Tanpa adanya perintah yang jelas dari otak, maka bayi dengan CP memiliki kesulitan dalam mempelajari kemampuan motorik dasar seperti merangkak, berduduk, ataupun berjalan.
Beberapa individu yang memiliki CP menunjukkan hanya satu indikasi dari kerusakan otak, seperti gangguan motorik; sedangkan yang lainnya menunjukkan gejala yang berkombinasi. CP juga dapat ditandai dengan adanya ketidakmampuan, kelemahan, kekurangan koordinasi, dan/atau ketidakmampuan motorik lainnya yang disebabkan oleh kerusakan pada otak anak sebelum otaknya berkembang sempurna.
Segala sesuatu yang dapat merusak otak ketika masa perkembangan otak dapat menyebabkan CP. CP dapat terjadi pada tingkat status ekonomi sosial apapun, tetapi CP lebih sering terlihat pada anak yang ibunya memiliki status ekonomi sosial yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor seperti malnutrisi pada ibu, kurangnya perawatan prenatal dan posnatal, bahaya lingkungan ketika infancy, dan berat badan lahir rendah. Salah satu karakteristik penderita CP yaitu kesulitan dalam bergerak atau berbicara atau ngences. Penderita CP juga memiliki kesulitan dalam hal mendengar, melihat, gangguan persepsi, masalah komunikasi, gangguan perilaku atau emosi, mental retardasi.
Anak penderita CP membutuhkan peralatan dan prosedur yang spesial dalam hal implikasi edukasi, karena kelainan fisik mereka. Akan tetapi, mereka sering membutuhkan prosedur edukasi khusus dan peralatan yang sama dengan anak yang memiliki gangguan pendengaran, penglihatan, atau gangguan komunikasi, gangguan belajar, gangguan perilaku atau emosi, atau ketidakmampuan intelektual.
2.      Seizure disorder (epilepsy)
Seizure adalah suatu pelepasan energi elektrik secara abnormal yang terjadi dalam sel otak tertentu. Anak yang terkena seizure biasanya diikuti oleh demam tinggi atau penyakit yang serius. Epilepsi adalah sebuah kondisi saraf kronis dan apabila seizure yang terus-menerus kumat, maka akan terjadi epilepsi.
Seizure disebabkan oleh kerusakan pada otak. Di dalamnya termasuk kurangnya oksigen yang cukup (hypoxia), gula darah rendah (hypoglycemia), infeksi, dan trauma fisik. Seizure dapat disebabkan oleh kondisi yang berbeda, termasuk demam tinggi, keracunan, traumma, dan kondisi lain yang sudah disebutkan sebelumnya. Akan tetapi, dalam banyak kasus penyebab seizure masih belum bisa diketahui.
Berikut merupakan beberapa karakteristik seizure :
-          durasi : seizure dapat berlangsung hanya selama beberapa detik atau beberapa menit.
-          frekuensi : seizure dapat terjadi secara sering dengan frekuensi setiap beberapa menit atau jarang terjadi dengan frekuensi lebih kurang setahun sekali.
-          serangan : seizure dapat terjadi apabila ada stimulus tertentu yang sudah dikenal atau dapat juga akibat dari sesuatu yang tidak berkaitan dengan lingkungan, dan serangan tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa diduga.
-          pergerakan : seizure dapat menyebabkan gerakan kejang yang sangat hebat atau hanya gejala-gejala motorik yang ringan (contohnya kedip mata berlebihan).
-          keterbatasan terkait : seizure dapat diasosiasikan dengan kondisi keterbatasan yang lain atau tidak ada hubungan dengan masalah medis yang lain.
-          pengendalian : seizure dapat dikendalikan sepenuhnya dengan menggunakan obat, atau mereka hanya bisa setengah terkendali.
Guru yang memiliki anak murid yang terkena seizure, maka gurunya harus tahu pertolongan pertama untuk seizure epilepsi. Kecuekan tentang penyebab seizure dan tidak tahu pertolongan pertama seizure merupakan miskonsepsi yang paling umum tentang epilepsi.
Tanggung jawab pengajar yang memiliki murid terkena seizure yaitu :
-          Guru khusus dan guru umum harus membantu dalam mengusir kecuekan, ketakhyulan, dan prejudis tentang orang yang memiliki seizure dan menyediakan persiapan untuk anak seizure yang ada di sekolah.
-          Guru khusus yang bekerja dengan murid yang memiliki keterbatasan intelektual yang parah atau mengajar anak yang memiliki gangguan perkembangan yang parah, maka guru teresbut harus mempersiapkan diri dalam menangani seizure yang sering serta menangani masalah pembelajaran. Apabila seorang murid sedang dirawat untuk gangguan seizure-nya, maka guru tersebut harus tahu tipe obatnya dan efek samping yang dapat muncul.
Guru-guru harus sadar bahwa jenis seizure apapun dapat mengganggu perhatian anak atau kelangsungannya dalam edukasi. Pengetahuan tentang seizure dapat membuat guru dalam mengulang instruksinya atau membiarkan anak tersebut waktu lebih dalam menanggapi sesuatu.
3.      Spina bifida dan luka sumsum tulang belakang lainnya
Spina bifida adalah cacat lahir yang berakibat pada kegagalan tulang sumsum dalam tutup sempurna ketika perkembangan janin. Spina bifida sering diikuti oleh kelumpuhan kaki, bagian anal dan otot kantung kemih karena saraf impuls tidak dapat berjalan melewati area kerusakan.
Anak mungkin perlu reposisi berkala selama hari sekolah dan dipantau secara berhati-hati selama beberapa kegiatan yang melibatkan cedera. Anak dengan spina bifida juga mungkin memiliki beberapa masalah khusus dalam orientasi spasial, spatial judgment, pengartian mengenai arah dan jarak, mengatur emampuan motorik, dan gambaran tubuh atau body awareness. Untuk menghadapo anak dengan spina bifida, pihak sekolah dan pengajar sebaiknya tau kebijakan apa yang baik untuk menghadapi anak tersebut dengan memberikan perlakuan khusus untuk aktivitas-aktivitas fisik serta adanya bantuan dari perawat sekolah.

Gangguan tulang dan otot rangka
2 gangguan muscoloskeletal yang paling umum mempengaruhi anak-anak dan para remaja adalah muscular dystropy dan juvenile rheumatoid arthritis. Muscular dystropy adalah penyakit keturuna yang ditandai dengan kelemahan progresif yang disebabkan oleh degenerasi serat otot. Belum ditemukan obat  yang menjanjikan dalam farmatologi untuk penyakit ini. Juvenile rheumatoid arthritis adalah penyakit yang berpotensi melemahkan otot-otot dan sendi. Penyebab dan obat untuk penyakit ini belum diketahui. Kondisi ini bisa sangat menyakitkan dan terkadang disertai dengan komplikasi seperti demam, masalah pernafasan, masalah jantung, dan infeksi mata. Di antara anak-anak dengan cacat fisik lain seperti cerebral palsy, juvenile rheumatoid arthritis dapat menjadi faktor yang memengaruhi pergerakan sendi dan keterbatasan untuk bergerak, selain itu dapat secara signifikan memengaruhi kemajuan sosial dan akademik siswa disekolah.
            Penyakit ini tidak memengaruhi tingkat intelegensi anak kecuali adanya cacat tambahan. Edukasi khusus diberikan hanya untuk meningkatkan mobilitas anak, untuk memastikan anak mempertahankan postur dan posisi tubuh yang tepat, untuk memberikan pendidikan selama berada di rumah sakit atau rumah, dan untuk membuat pengalaman pendidikan senormal mungkin.
Kondisi Lainnya Yang Memengaruhi Kesehatan Atau Kemampuan Fisik
            Asthma merupakan masalah paru-paru yang umum dimana penderita mengalami peradangan secara episodik atau obstruksi saluran udara sehingga penderita akan kesulitan dalam bernafas. Gangguan dan cacat bawaan, hal ini dapat terjadi pada organ apapun, dan dan bisa jadi masalah kecil ataupun besar dalam struktur atau fungsi tubuh. Di banyak kasus, penyebab gangguan dan cacat dari lahir tidak diketahui, di beberapa kondisi penyebabnya diketahui adalah keturunan atau disebabkan ibu yang terinfeksi atau pemakaian zat-zat kimia oleh ibu yang mengandung.
            Anak penderita acquired immune deficiency syndrome (AIDS) biasanya memiliki masalah neurologis, termasuk keterbatasan intelektual, cerebal palsy, seizures, dan gangguan emosi dan perilaku. Anak mulai mengalami gangguan selama proses kelahiran. Meskipun HIV sering menyebabkan gangguan neurologis dan kerusakan kognitif, setidaknya di beberapa kasus gangguan tersebut dapat dialihkan dengan terapi state-or-the-art drug.
            Fetal Alcohol syndrome adalah gangguan yang diperoleh anak dari ibu yang mengonsumsi alkohol selama hamil. Zat kimia lainnya yang dikonsumsi oleh ibu yang hamil juga dapat berdampak negatif terhadap anak mereka. Jika seorang ibu adalah pemakai obat-obatan terlarang, maka kemungkinan akan pengabaian dan kekerasan terhadap anak mereka akan sangat tinggi. Selain itu, anak dengan ibu pemakain obat-obatan terlarang melalui suntikan juga beresiko untuk melahirkan anak penderita AIDS.
            Program yang diberikan untuk anak yang secara medis rapuh, harus sangat fleksibel dan terbuka untuk perubahan. Perencanaan mengenai hal-hal darurat yang penting dan  perawatan kesehatan sehari-hari, seperti halnya komunikasi yang efektif berdampak besar terhadap pengobatan, perhatian, dan pengalaman sekolah anak. Guru juga sebaiknya mengerti bahwa gangguan kronik membuat kehidupan seorang anak menjadi sangat rumit. Pengajar dan orang tua secara bersama-sama harus membuat keputusan dalam setiap kasus, mengerti seberapa berat medical judgmenttentang bahaya bagi anak serta pentingnya bagi anak untuk terintegrasi dengan rekan-rekan dalam banyak kegiatan sekolah sebisa mungkin.
Pencegahan Cacat Fisik
Untuk mencegah anak mengalami cacat fisik, tindakan yang harus dihindari adalah sebagi berikut:
1.    Pemakain obat-obatan terlarang; saat hamil, mengendarai dibawah pengaruh alcohol atau obat-obatal lainnya, pemakaian drugs yang berlebihan
2.    Melakukan latihan yang tidak aman dan tidak sehat yang dapat menyebabkan kecacatan
3.    Hamil muda, remaja lebih mungkin melahirkan anak prematur atau anak lahir dengan berat rendah, serta anak juga berisiko tinggi untuk mengalami beberapa masalah psikologis dan fisik ketika mereka memasuki usia sekolah.
4.    Prenatal care yang tidak memadai, ibu yang terinfeksi dan nutrisi yang kurang memadai selama hamil.
5.    Tidak adanya vaksinasi sejak dini
6.    Kekerasan pada anak, anak dapat menjadi cacat setelah mengalami kekerasan. Selain itu, anak yang cacat sejak lahir yang mengalami kekerasan juga dapat menimbulkan kecacatan baru.
Selain hal yang dihindari, ada kasus dimana diet khusus dapat dilakukan untuk mencegah kecacatan fisik pada anak. Spesial diet dapat dilakukan oleh penderita phenylketonuria (PKU) dimana bayi atau ibu hamil (untuk mencegah gangguan janin) tidak atau sedikit mengonsumsi phenylalanine.

Karakterisktik Psikologis dan Perilaku
Banyak siswa dengan keterbatasan fisik memiliki kehadiran yang tidak menentu ke sekolah karena dirawat di rumah sakit, bed-rest, dsb. Beberapa dapat mengikuti pelajaran dengan baik menggunakan metode pengajaran pada umumnya, dan yang lain cenderung membutuhkan metode khusus karena mereka memiliki keterbatasan intelektual atau kerusakan sensori karena adanya disabilitas fisik. Karena frekuensi ketidak hadiran siswa dengan keterbatasan ini, beberapa dari mereka memiliki prestasi belajar yang jauh di bawah anak di usianya meskipun mereka memiliki tingkat intelegensi dan motivasi yang normal.
            ABK yang memiliki prestasi yang tinggi adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual yang tinggi, motivasi yang kuat, serta guru dan orang tua yang membuat setiap semuanya mungkin dengan ketentuang khusus untuk edukasi yang mereka berikan. Anak dengan kerusakan neurologis cenderung mengalami keterbelakangan prestasi akademik dibandingkan teman sebayanya karena mereka memiliki keterbatasan intelektual dan perseptual.

Personality Characteristics
Penelitian tidak mendukung adanya pengaruh disabitilitas fisik terhadap tipe kepribadian atau self-concept. Anak dengan disabilitas fisik memiliki kakteristik psikologis yang beragam, sama seperti anak yang tidak memiliki keterbatasan fisik dan mereka juga reponsif terhadap faktor-faktor yang sama yang memengaruhi perkembangan psikologis anak. Bagaimana anak beradaptasi terhadap keterbatasan fisik yang mereka miliki dan bagaimana reaksi mereka terhadap situasi social-interpersonal tergantung bagaimana reaksi orang tua, saudara, guru, teman sebaya, dan masyarakat kepada mereka.
            Public reaction, reaksi masyarakat dapat sangat memengaruhi bagaimana anak dengan disabilitas fisik melihat mereka sendiri dan kesempatan mereka untuk penyesuaian diri secara psikologis, pendidikan, dan dunia kerja. Jika reaksi masyarakat berupa rasa takut, penolakan, diskriminasi, anak tersebut akan menghabiskan energinya untuk menyembunyikan stigma perbedaan mereka. Jika reaksinya berupa rasa kasihan dan harapan untuk tidak di bantu, anak dengan disabilitas fisik akan cenderung berperilaku dependent.

Anak-Anak dan Reaksi Keluarga
Reaksi yang kita berikan untuk anak cacat fisik merupakakan cerminan bagaimana orang lain menanggapi mereka. Malu dan rasa bersalah merespon belajar mereka, anak-anak yang memiliki perasaan negatif seperti jika orang lain menanggapi mereka dengan menertawakan atau menyalahkan mereka terutama untuk perbedaan fisik mereka. Anak-anak akan belajar mandiri (dalam batas-batas yang mereka bisa lakukan) untuk memenuhi kebutuhan mereka.
            Pertimbangan penting lainnya mengenai efek psikologis cacat fisik misalnya apakah itu bawaan atau di dapat setelah lahir. Anak yang cacat fisik dalam jangka waktu pendek, mungkin akan menjadi lebih tidak bisaberadaptasi, cemas, lemah, dari pada anak yang cacat fisik dalam jangka waktu yang lama itu terjadi karena cara perilaku dan perasaan anak yang dikelola. Mengelola sikap  konsekuensi terhadap anak merupakan aspek penting untuk pendidikan dan rehabilitasi terhadap anak. Masa remaja adalah masa yang sulit bagi kebanyakan orang tua dan faktanya bahwa seorang anak remaja yang mengalami cacat fisik tidak berarti keluarga akan memandang bahwa merawat anak remaja yang cacat fisik itu lebih sulit dari pada anak normal.
            Dukungan keluarga, lingkungan sekolah, dan perawatan medis memiliki efek yang sangat signifikan pada kehidupan anak yang mengalami cacat fisik. Selain sekolah, masayrakat luas, keluarga dan budaya juga merupakan penentu penting untukmediasi anak dalam berinteraksi dengan orang dan lingkungan sekitarnya, untuk itu penting bagiorang-orang terdekat dari anak cacat fisik memberi nilai-nilai budaya dalam mengajar untuk anak. Tidak hanya tentang kurikulum akademik saja, tetapi juga interaksi mereka.

Prosthetics, Orthotics, And Adaptive Devices For Daily Living
            Prostetik adalah pengganti buatan untuk bagian tubuh yang yang hilang, misalnya tangan buatan atau kaki buatan. Ortotik adalah alat yang membantu seseorang untuk melakukan sesuatu. Alat adaptif untuk kehidupan sehari-hari yang banyak di temukan di rumah, kantor, atau sekolah, seperti perngakat untuk mandi, mencuci tangan, dan melakukan tugas-tugas yang diperlukan untuk perwatan diri dan biasanya pekerjaan itu lebih mudah bagi orang-orang yang memiliki cacat fisik.
            Ada dua poin tentang prosthetics, orthotics, dan fungsi residual; yaitu:
1.      Residual function adalah ketika portesis, ortosi, atau alat adaptif tidak digunakan. Misalnya, mungkin penting untuk anak yang mengalami cerebral palsy atau distorfi. Mereka berusaha untuk belajar menggunakan anggota badan mereaka sendiri tanpa bantuan peralatan khusus, karena bagi kebanyakan anak itu akan lebih membuatnya mandiri.
2.      Spectacular thechnological development
Perkembangan teknologi memiliki arti yang berfunsi untuk kebutuhan yang mendesak bagi individu yang mengalami cacat fisik. Pada tahun-tahun sebelum alat bantu di pasarkan, peredaran alat bantu sangat sulit ditemukan dan mahal, hanya bisa dimiliki orang-orang yang mampu membelinya.tettapi di masa yang sekarang alta bantu teknologi ini bisa mudah di dapatkan untuk membantu orang-orang cacat fisik. Kemajuan teknologi dan aplikasi telah memberikan bantuan yang luar biasa bagi banyak siswa penyandang cacat.

Pertimbangan Pendidikan.
Kita berpikir tentang orang-orang yang memiliki cacat fisik tidak mampu untuk belajar. Kita tahu bahwa mereka memang dapat melakukan beberapa hal, meskipun bahwa orang cacat fisik dapat belajar untuk melakukan banyak atau semua hal-hal yangorang non cacat lakukan, meskipun kadang-kadang mereka harus melaksanakan tugas ini dengan cara yang berbeda. Mendidik siswa yang cavat fisik tidak begitu memiliki banyk masaalah, hanya diperlukan instruksi khusus untuk anak-anak yang menderita cacat fisik. Kebanyakan anak-anak yang menderita cacat fisik memecahkan masalah mereka sendiri, tujuan profesional lainnya yang bekerja dengan anak-anak atau remaja yang menderita cacat fisik harus menyadari bahwa anak-anak cacat fisik lebih suka mengerjakan tugasnya secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

Penempatan Pendidikan
Jika anak-anak dengan cacat fisik biasanya menghadiri kelas-kelas pendidikan umum tetapi harus dirawat di rumah sakit selama lebih dari beberapa hari, mereka dapat dimasukkan dalam kelas di rumah sakit itu sendiri. Jika mereka harus dibatasi ke rumah mereka untuk sementara waktu, pengajar dapat memberikan bimbingan belajar sampai mereka dapat kembali ke pendidikan umum. Pada hal lain, biasanya melibatkan cacat serius atau kronis, anak mungkin akan diajarkan untuk beberapa waktu di sekolah, rumah sakit, atau kelas sekolah umum yang dirancang khusus untuk anak-anak dengan cacat fisik. Kebanyakan anak-anak cacat terintegrasi ke sekolah umum karena kemajuan dalam perawatan medis; perkembangan baru dalam bioteknologi dan gerakan fungsional; penurunan hambatan arsitektur dan masalah transportasi; dan gerakan menuju pendidikan umum untuk semua anak. Penempatan memiliki fitur positif dan negatif, dan keputusan yang terbaik untuk anak tertentu memerlukan pertimbangan pro dan kontra. Bekerja dengan pendidik khusus untuk lebih memahami kebutuhan siswa dan bagaimana untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangatlah penting.

Tujuan pendidikan dan Kurikulum
            Tujuan pendidikan dan kurikulum tidak dapat diresepkan untuk anak-anak dengan cacat fisik sebagai suatu kelompok karena keterbatasan masing-masing sangat beragam. Bahkan di antara anak-anak dengan kondisi yang sama, tujuan dan kurikulum harus ditentukan setelah penilaian karakteristik intelektual, fisik, sensorik, dan emosional masing-masing anak. Sebuah cacat fisik, terutama yang parah dan kronis, mungkin memiliki dua implikasi untuk pendidikan:
1)      Anak tidak tahu bagaimana keadaan tanpa cacat.
2)      Anak mungkin merasa tidak mungkin untuk memanipulasi materi pendidikan dan menanggapi tugas pendidikan cara yang paling anak-anak lakukan.

Kolaborasi dan Mengajar Bersama bagi Siswa Penyandang Cacat Fisik dan Gangguan Kesehatan Lainnya
            Siswa dengan cacat fisik membutuhkan sistem yang perawatan yang kompleks seperti layanan dari perawatan kesehatan profesional, tenaga pelayanan terkait, dan pendidik khusus. Meskipun siswa dengan cacat fisik memiliki berbagai layanan, setidaknya lingkungan memberikan kelas pendidikan umum lagi.
            Pendidik khusus yang bekerja dengan siswa penyandang cacat fisik harus memiliki keterampilan yang berkaitan dengan pembelajaran dan pengajaran, serta keterampilan dalam menentukan sesuatu seperti bantuan perangkat teknologi, posisi, dan sosialisasi. Menurut Dewan untuk Anak Luar Biasa, pendidik khusus harus mahir dalam hal seperti di bawah ini:
1.      Gunakan adaptasi dan teknologi bantu untuk menyediakan individu dengan cacat fisik dan kesehatan partisipasi penuh dan akses ke kurikulum umum.
2.      Mengidentifikasi praktik pembelajaran, strategi, dan adaptasi yang diperlukan untuk mengakomodasi karakteristik fisik dan komunikasi dari individu dengan cacat fisik dan kesehatan.
3.      Komunikasi adaptasi dari lingkungan pendidikan yang diperlukan untuk mengakomodasi individu dengan cacat fisik dan kesehatan.
4.      Menerapkan intervensi perawatan kesehatan khusus.
Keterampilan ini membutuhkan berbagai dewan pelatihan bagi pendidik khusus, termasuk manajemen medis dan kolaborasi yang luas dengan penyedia layanan kesehatan dan keluarga. Dengan pengetahuan ini, pendidik khusus dapat berkolaborasi dengan guru pendidikan umum untuk menyesuaikan instruksi, mengubah lingkungan fisik kelas, dan berhasil berkomunikasi dengan anak-anak.

Adapted Physical Education
            Adapted Physical Education  (APE) adalah layanan instruksional, bukan pengaturan atau penempatan. Siswa menerima APE ketika kecacatan mereka memerlukan program pendidikan fisik yang berbeda dari anak-anak biasa lainnya. APE dapat menjadi bagian dari program terpadu untuk siswa dengan dan tanpa cacat fisik, atau dapat menjadi program yang berdiri sendiri  hanya untuk siswa penyandang cacat. Adapun yang mungkin memenuhi persyaratan untuk  APE adalah setiap siswa dengan IEP (Individualized Education Program). Setiap siswa dengan kelemahan keterampilan motorik kasar atau keterbatasan dalam kekuatan, fleksibilitas, dan kebugaran fisik harus dipertimbangkan untuk mendapatkan layanan APE. Tujuan menyeluruh untuk APE adalah  untuk memiliki akses bagi siswa pada kegiatan yang akan mendukung tujuan fisik, rekreasi, atau olahraga. APE harus dilakukan di Least Restrictive Environment (LRE).
Untuk anak-anak yang hanya memiliki gangguan fisik saja, kurikulum dan tujuan pendidikannya biasanya harus sama dengan anak-anak biasanya seperti: membaca, menulis, berhitung, dan pengalaman yang dirancang untuk membiasakan mereka dengan dunia di sekitar mereka. Selain instruksi khusus mungkin diperlukan dalam keterampilan mobilitas, keterampilan hidup sehari-hari, dan keterampilan kerja. Anak-anak cacat lain selain keterbatasan fisik akan membutuhkan adaptasi lebih lanjut dari kurikulum.

Physical and Occupational Therapy
Memahami perbedaan antara terapi fisik dan okupasi dapat membingungkan. Terapi fisik terletak di sensorik dan fungsi motorik kasar. Terapi fisik dapat membantu siswa dengan mengidentifikasi posisi optimal untuk berbagai tugas seperti  mengajar siswa bagaimana bergerak dalam kelas dan lingkungan sekolah dan mengembangkan gerakan, kekuatan, dan koordinasi pada siswa. Terapi okupasi memberikan dukungan untuk keterampilan hidup sehari-hari seperti berpakaian, mandi, dan buang hajat serta keterampilan motorik halus.

Links with Other Disciplines
Anak jarang memiliki cacat tunggal, dan banyak anak-anak dengan cacat fisik memiliki cacat lainnya juga. Oleh karena itu, berbagai disiplin ilmu sering diperlukan, dan pendidikan khusus hanya salah satu dari banyaknya layanan yang dibutuhkan. Banyak anak dengan cacat fisik akan membutuhkan jasa dari seorang terapi fisik dan / atau terapi okupasi. Guru harus sangat prihatin dengan penanganan dan posisi anak untuk meminimalkan risiko cacat fisik lebih lanjut dan untuk memaksimalkan gerakan yang efisien dan memanipulasi materi pendidikan untuk meningkatkan pembelajaran. Kerjasama dengan psikolog dan pekerja sosial sangat penting dalam kasus anak yang memiliki cacat fisik. Bekerja dengan keluarga dan masyarakat lembaga anak sering juga diperlukan untuk mencegah penyimpangan dalam pengobatan. Terapi bahasa sering dipanggil untuk bekerja dengan anak-anak dengan cacat fisik. Program yang memadai untuk anak-anak atau pemuda dengan cacat fisik akan memberikan mainan, game, dan latihan fisik untuk merangsang, menghibur,, dan mengajarkan keterampilan rekreasi dan memberikan anak dengan pilihan untuk bersantai secara produktifPendidikan fisik/jasmani yang disesuaikan dengan kemampuan dan ketidakmampuan siswa merupakan bagian penting dari setiap program sekolah.

Early Intervention
            Semua orang yang bekerja dengan anak-anak yang memiliki cacat fisik, memiliki dua masalah:
1. Identifikasi awal dan intervensi.
2. Pengembangan komunikasi.
Di samping komunikasi, masalah pertama bagi guru untuk anak-anak dengan cacat fisik harus menangani dan memposisikan. Penanganan (handling) mengacu pada bagaimana anak dijemput, dibawa, dipegang, dan dibantu. Memposisikan (positioning)mengacu pada  memberikan dukungan bagi tubuh anak dan mengatur instruksional atau bermain bahan-bahan dengan cara tertentu. Penanganan yang tepat membuat anak lebih nyaman dan mudah menerima pendidikan. Sedangkan
posisi yang tepat untuk satu anak, mungkin tidak sesuai untuk anak yang lainnya.