Learners
with Physical Disabilities and Other Health Impairments
Anak yang memiliki
kelainan fisik atau kerusakan kesehatan lainnya adalah anak yang memiliki
keterbatasan fisik atau masalah kesehatan yang dapat mengganggu pembelajarannya
atau kehadiran sekolahnya sampai suatu titik di mana mereka memerlukan
perlakuan khusus, latihan, bahan, materi, serta fasilitas yang khusus.
Karakteristik dari anak yanag memiliki kelainan fisik adalah sangat beragam.
Perbedaan utama yang mengkarakteristikkan anak-anak dengan kelainan fisik
adalah kondisi medis, masalah kesehatan, atau keterbatasan fisik yang
menitikberatkan keperluan kerjasama dari gabungan disiplin. Kelainan fisik
tersebut dapat disebabkan oleh congenital
anomalies (cacat lahir) atau mereka memiliki kelainan tersebut melalui
kecelakaan atau penyakit setelah dilahirkan.
Kelainan fisik dapat
disebabkan oleh 3 kondisi spesifik tersebut, yaitu : kerusakan saraf motorik,
pembedahan tulang, dan gangguan yang berkaitan dengan susunan bagian tubuh,
serta kondisi lainnya yang memengaruhi kesehatan atau kemampuan fisiknya.
Gangguan
Saraf Motorik
Gangguan saraf motorik disebabkan oleh luka pada
otak atau pada sumsum tulang belakang (kerusakan saraf) ketika sebelum, sedang,
atau sesudah masa kelahiran.
1. Cerebral palsy
Cerebral
palsy adalah suatu gangguan gerakan dan postur. Cerebral palsy (CP) disebabkan oleh luka
yang terdapat pada otak yang terjadi ketika sebelum dilahirkan, sedang
dilahirkan, atau ketika beberapa tahun pertama setelah dilahirkan.
Karakteristik yang timbul dari luka tersebut yaitu dapat menghambat kemampuan
otak dalam mengendalikan otot tubuh dengan benar. Tanpa adanya perintah yang
jelas dari otak, maka bayi dengan CP memiliki kesulitan dalam mempelajari
kemampuan motorik dasar seperti merangkak, berduduk, ataupun berjalan.
Beberapa individu yang memiliki CP
menunjukkan hanya satu indikasi dari kerusakan otak, seperti gangguan motorik;
sedangkan yang lainnya menunjukkan gejala yang berkombinasi. CP juga dapat
ditandai dengan adanya ketidakmampuan, kelemahan, kekurangan koordinasi,
dan/atau ketidakmampuan motorik lainnya yang disebabkan oleh kerusakan pada
otak anak sebelum otaknya berkembang sempurna.
Segala sesuatu yang dapat merusak
otak ketika masa perkembangan otak dapat menyebabkan CP. CP dapat terjadi pada
tingkat status ekonomi sosial apapun, tetapi CP lebih sering terlihat pada anak
yang ibunya memiliki status ekonomi sosial yang rendah. Hal ini dapat terjadi
karena faktor-faktor seperti malnutrisi pada ibu, kurangnya perawatan prenatal
dan posnatal, bahaya lingkungan ketika infancy,
dan berat badan lahir rendah. Salah satu karakteristik penderita CP yaitu
kesulitan dalam bergerak atau berbicara atau ngences. Penderita CP juga
memiliki kesulitan dalam hal mendengar, melihat, gangguan persepsi, masalah
komunikasi, gangguan perilaku atau emosi, mental retardasi.
Anak penderita CP membutuhkan peralatan
dan prosedur yang spesial dalam hal implikasi edukasi, karena kelainan fisik
mereka. Akan tetapi, mereka sering membutuhkan prosedur edukasi khusus dan
peralatan yang sama dengan anak yang memiliki gangguan pendengaran,
penglihatan, atau gangguan komunikasi, gangguan belajar, gangguan perilaku atau
emosi, atau ketidakmampuan intelektual.
2. Seizure disorder (epilepsy)
Seizure
adalah suatu pelepasan energi elektrik secara abnormal yang terjadi dalam sel
otak tertentu. Anak yang terkena seizure
biasanya diikuti oleh demam tinggi atau penyakit yang serius. Epilepsi adalah
sebuah kondisi saraf kronis dan apabila seizure
yang terus-menerus kumat, maka akan terjadi epilepsi.
Seizure disebabkan oleh kerusakan
pada otak. Di dalamnya termasuk kurangnya oksigen yang cukup (hypoxia), gula darah rendah (hypoglycemia), infeksi, dan trauma fisik.
Seizure dapat disebabkan oleh kondisi
yang berbeda, termasuk demam tinggi, keracunan, traumma, dan kondisi lain yang
sudah disebutkan sebelumnya. Akan tetapi, dalam banyak kasus penyebab seizure masih belum bisa diketahui.
Berikut merupakan beberapa
karakteristik seizure :
-
durasi : seizure dapat berlangsung hanya
selama beberapa detik atau beberapa menit.
-
frekuensi : seizure dapat terjadi secara
sering dengan frekuensi setiap beberapa menit atau jarang terjadi dengan
frekuensi lebih kurang setahun sekali.
-
serangan : seizure dapat terjadi apabila
ada stimulus tertentu yang sudah dikenal atau dapat juga akibat dari sesuatu
yang tidak berkaitan dengan lingkungan, dan serangan tersebut dapat terjadi
secara tiba-tiba tanpa diduga.
-
pergerakan : seizure dapat menyebabkan
gerakan kejang yang sangat hebat atau hanya gejala-gejala motorik yang ringan
(contohnya kedip mata berlebihan).
-
keterbatasan terkait : seizure dapat
diasosiasikan dengan kondisi keterbatasan yang lain atau tidak ada hubungan
dengan masalah medis yang lain.
-
pengendalian : seizure dapat
dikendalikan sepenuhnya dengan menggunakan obat, atau mereka hanya bisa
setengah terkendali.
Guru yang memiliki anak
murid yang terkena seizure, maka gurunya harus tahu pertolongan pertama untuk seizure epilepsi. Kecuekan tentang
penyebab seizure dan tidak tahu
pertolongan pertama seizure merupakan miskonsepsi yang paling umum tentang
epilepsi.
Tanggung jawab pengajar
yang memiliki murid terkena seizure
yaitu :
-
Guru khusus dan guru umum harus membantu
dalam mengusir kecuekan, ketakhyulan, dan prejudis tentang orang yang memiliki seizure dan menyediakan persiapan untuk
anak seizure yang ada di sekolah.
-
Guru khusus yang bekerja dengan murid
yang memiliki keterbatasan intelektual yang parah atau mengajar anak yang
memiliki gangguan perkembangan yang parah, maka guru teresbut harus
mempersiapkan diri dalam menangani seizure
yang sering serta menangani masalah pembelajaran. Apabila seorang murid sedang
dirawat untuk gangguan seizure-nya,
maka guru tersebut harus tahu tipe obatnya dan efek samping yang dapat muncul.
Guru-guru harus sadar
bahwa jenis seizure apapun dapat
mengganggu perhatian anak atau kelangsungannya dalam edukasi. Pengetahuan
tentang seizure dapat membuat guru
dalam mengulang instruksinya atau membiarkan anak tersebut waktu lebih dalam
menanggapi sesuatu.
3. Spina bifida
dan luka sumsum tulang belakang lainnya
Spina
bifida adalah cacat lahir yang berakibat pada kegagalan
tulang sumsum dalam tutup sempurna ketika perkembangan janin. Spina bifida sering diikuti oleh
kelumpuhan kaki, bagian anal dan otot kantung kemih karena saraf impuls tidak
dapat berjalan melewati area kerusakan.
Anak mungkin perlu reposisi berkala selama hari
sekolah dan dipantau secara berhati-hati selama beberapa kegiatan yang
melibatkan cedera. Anak dengan spina
bifida juga mungkin memiliki beberapa masalah khusus dalam orientasi
spasial, spatial judgment, pengartian
mengenai arah dan jarak, mengatur emampuan motorik, dan gambaran tubuh atau body awareness. Untuk menghadapo anak
dengan spina bifida, pihak sekolah dan pengajar sebaiknya tau kebijakan apa
yang baik untuk menghadapi anak tersebut dengan memberikan perlakuan khusus
untuk aktivitas-aktivitas fisik serta adanya bantuan dari perawat sekolah.
Gangguan
tulang dan otot rangka
2 gangguan muscoloskeletal yang paling umum
mempengaruhi anak-anak dan para remaja adalah muscular dystropy dan juvenile
rheumatoid arthritis. Muscular
dystropy adalah penyakit keturuna yang ditandai dengan kelemahan progresif
yang disebabkan oleh degenerasi serat otot. Belum ditemukan obat yang menjanjikan dalam farmatologi untuk
penyakit ini. Juvenile rheumatoid
arthritis adalah penyakit yang berpotensi melemahkan otot-otot dan sendi.
Penyebab dan obat untuk penyakit ini belum diketahui. Kondisi ini bisa sangat
menyakitkan dan terkadang disertai dengan komplikasi seperti demam, masalah
pernafasan, masalah jantung, dan infeksi mata. Di antara anak-anak dengan cacat
fisik lain seperti cerebral palsy, juvenile rheumatoid arthritis dapat
menjadi faktor yang memengaruhi pergerakan sendi dan keterbatasan untuk
bergerak, selain itu dapat secara signifikan memengaruhi kemajuan sosial dan
akademik siswa disekolah.
Penyakit
ini tidak memengaruhi tingkat intelegensi anak kecuali adanya cacat tambahan.
Edukasi khusus diberikan hanya untuk meningkatkan mobilitas anak, untuk
memastikan anak mempertahankan postur dan posisi tubuh yang tepat, untuk memberikan
pendidikan selama berada di rumah sakit atau rumah, dan untuk membuat
pengalaman pendidikan senormal mungkin.
Kondisi
Lainnya Yang Memengaruhi Kesehatan Atau Kemampuan Fisik
Asthma merupakan masalah paru-paru yang
umum dimana penderita mengalami peradangan secara episodik atau obstruksi
saluran udara sehingga penderita akan kesulitan dalam bernafas. Gangguan dan
cacat bawaan, hal ini dapat terjadi pada organ apapun, dan dan bisa jadi
masalah kecil ataupun besar dalam struktur atau fungsi tubuh. Di banyak kasus,
penyebab gangguan dan cacat dari lahir tidak diketahui, di beberapa kondisi
penyebabnya diketahui adalah keturunan atau disebabkan ibu yang terinfeksi atau
pemakaian zat-zat kimia oleh ibu yang mengandung.
Anak
penderita acquired immune deficiency
syndrome (AIDS) biasanya memiliki masalah neurologis, termasuk keterbatasan
intelektual, cerebal palsy, seizures, dan gangguan emosi dan
perilaku. Anak mulai mengalami gangguan selama proses kelahiran. Meskipun HIV sering menyebabkan gangguan neurologis
dan kerusakan kognitif, setidaknya di beberapa kasus gangguan tersebut dapat
dialihkan dengan terapi state-or-the-art
drug.
Fetal Alcohol syndrome adalah gangguan
yang diperoleh anak dari ibu yang mengonsumsi alkohol selama hamil. Zat kimia
lainnya yang dikonsumsi oleh ibu yang hamil juga dapat berdampak negatif
terhadap anak mereka. Jika seorang ibu adalah pemakai obat-obatan terlarang,
maka kemungkinan akan pengabaian dan kekerasan terhadap anak mereka akan sangat
tinggi. Selain itu, anak dengan ibu pemakain obat-obatan terlarang melalui
suntikan juga beresiko untuk melahirkan anak penderita AIDS.
Program
yang diberikan untuk anak yang secara medis rapuh, harus sangat fleksibel dan
terbuka untuk perubahan. Perencanaan mengenai hal-hal darurat yang penting
dan perawatan kesehatan sehari-hari,
seperti halnya komunikasi yang efektif berdampak besar terhadap pengobatan,
perhatian, dan pengalaman sekolah anak. Guru juga sebaiknya mengerti bahwa
gangguan kronik membuat kehidupan seorang anak menjadi sangat rumit. Pengajar
dan orang tua secara bersama-sama harus membuat keputusan dalam setiap kasus,
mengerti seberapa berat medical judgmenttentang
bahaya bagi anak serta pentingnya bagi anak untuk terintegrasi dengan
rekan-rekan dalam banyak kegiatan sekolah sebisa mungkin.
Pencegahan
Cacat Fisik
Untuk
mencegah anak mengalami cacat fisik, tindakan yang harus dihindari adalah
sebagi berikut:
1. Pemakain
obat-obatan terlarang; saat hamil, mengendarai dibawah pengaruh alcohol atau
obat-obatal lainnya, pemakaian drugs
yang berlebihan
2. Melakukan
latihan yang tidak aman dan tidak sehat yang dapat menyebabkan kecacatan
3. Hamil
muda, remaja lebih mungkin melahirkan anak prematur atau anak lahir dengan
berat rendah, serta anak juga berisiko tinggi untuk mengalami beberapa masalah
psikologis dan fisik ketika mereka memasuki usia sekolah.
4. Prenatal care
yang tidak memadai, ibu yang terinfeksi dan nutrisi yang kurang memadai selama
hamil.
5. Tidak
adanya vaksinasi sejak dini
6. Kekerasan
pada anak, anak dapat menjadi cacat setelah mengalami kekerasan. Selain itu,
anak yang cacat sejak lahir yang mengalami kekerasan juga dapat menimbulkan
kecacatan baru.
Selain hal yang dihindari, ada kasus dimana diet
khusus dapat dilakukan untuk mencegah kecacatan fisik pada anak. Spesial diet
dapat dilakukan oleh penderita phenylketonuria
(PKU) dimana bayi atau ibu hamil (untuk mencegah gangguan janin) tidak atau
sedikit mengonsumsi phenylalanine.
Karakterisktik
Psikologis dan Perilaku
Banyak siswa dengan
keterbatasan fisik memiliki kehadiran yang tidak menentu ke sekolah karena
dirawat di rumah sakit, bed-rest, dsb. Beberapa dapat mengikuti pelajaran
dengan baik menggunakan metode pengajaran pada umumnya, dan yang lain cenderung
membutuhkan metode khusus karena mereka memiliki keterbatasan intelektual atau
kerusakan sensori karena adanya disabilitas fisik. Karena frekuensi ketidak
hadiran siswa dengan keterbatasan ini, beberapa dari mereka memiliki prestasi
belajar yang jauh di bawah anak di usianya meskipun mereka memiliki tingkat
intelegensi dan motivasi yang normal.
ABK
yang memiliki prestasi yang tinggi adalah anak yang memiliki kapasitas
intelektual yang tinggi, motivasi yang kuat, serta guru dan orang tua yang
membuat setiap semuanya mungkin dengan ketentuang khusus untuk edukasi yang
mereka berikan. Anak dengan kerusakan neurologis cenderung mengalami
keterbelakangan prestasi akademik dibandingkan teman sebayanya karena mereka
memiliki keterbatasan intelektual dan perseptual.
Personality
Characteristics
Penelitian tidak
mendukung adanya pengaruh disabitilitas fisik terhadap tipe kepribadian atau self-concept. Anak dengan disabilitas
fisik memiliki kakteristik psikologis yang beragam, sama seperti anak yang
tidak memiliki keterbatasan fisik dan mereka juga reponsif terhadap
faktor-faktor yang sama yang memengaruhi perkembangan psikologis anak.
Bagaimana anak beradaptasi terhadap keterbatasan fisik yang mereka miliki dan
bagaimana reaksi mereka terhadap situasi social-interpersonal
tergantung bagaimana reaksi orang tua, saudara, guru, teman sebaya, dan
masyarakat kepada mereka.
Public reaction, reaksi masyarakat dapat
sangat memengaruhi bagaimana anak dengan disabilitas fisik melihat mereka
sendiri dan kesempatan mereka untuk penyesuaian diri secara psikologis,
pendidikan, dan dunia kerja. Jika reaksi masyarakat berupa rasa takut,
penolakan, diskriminasi, anak tersebut akan menghabiskan energinya untuk
menyembunyikan stigma perbedaan mereka. Jika reaksinya berupa rasa kasihan dan
harapan untuk tidak di bantu, anak dengan disabilitas fisik akan cenderung
berperilaku dependent.
Anak-Anak
dan Reaksi Keluarga
Reaksi yang kita berikan untuk anak cacat fisik merupakakan
cerminan bagaimana orang lain menanggapi mereka. Malu dan rasa bersalah merespon
belajar mereka, anak-anak yang memiliki perasaan negatif seperti jika orang
lain menanggapi mereka dengan menertawakan atau menyalahkan mereka terutama
untuk perbedaan fisik mereka. Anak-anak akan belajar mandiri (dalam batas-batas
yang mereka bisa lakukan) untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Pertimbangan
penting lainnya mengenai efek psikologis cacat fisik misalnya apakah itu bawaan
atau di dapat setelah lahir. Anak yang cacat fisik dalam jangka waktu pendek,
mungkin akan menjadi lebih tidak bisaberadaptasi, cemas, lemah, dari pada anak
yang cacat fisik dalam jangka waktu yang lama itu terjadi karena cara perilaku
dan perasaan anak yang dikelola. Mengelola sikap konsekuensi terhadap anak merupakan aspek
penting untuk pendidikan dan rehabilitasi terhadap anak. Masa remaja adalah
masa yang sulit bagi kebanyakan orang tua dan faktanya bahwa seorang anak
remaja yang mengalami cacat fisik tidak berarti keluarga akan memandang bahwa
merawat anak remaja yang cacat fisik itu lebih sulit dari pada anak normal.
Dukungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan perawatan medis memiliki efek yang sangat signifikan
pada kehidupan anak yang mengalami cacat fisik. Selain sekolah, masayrakat
luas, keluarga dan budaya juga merupakan penentu penting untukmediasi anak
dalam berinteraksi dengan orang dan lingkungan sekitarnya, untuk itu penting
bagiorang-orang terdekat dari anak cacat fisik memberi nilai-nilai budaya dalam
mengajar untuk anak. Tidak hanya tentang kurikulum akademik saja, tetapi juga
interaksi mereka.
Prosthetics,
Orthotics, And Adaptive Devices For Daily Living
Prostetik adalah
pengganti buatan untuk bagian tubuh yang yang hilang, misalnya tangan buatan
atau kaki buatan. Ortotik adalah alat yang membantu seseorang untuk melakukan
sesuatu. Alat adaptif untuk kehidupan sehari-hari yang banyak di temukan di
rumah, kantor, atau sekolah, seperti perngakat untuk mandi, mencuci tangan, dan
melakukan tugas-tugas yang diperlukan untuk perwatan diri dan biasanya
pekerjaan itu lebih mudah bagi orang-orang yang memiliki cacat fisik.
Ada dua poin
tentang prosthetics, orthotics, dan fungsi residual; yaitu:
1. Residual function adalah
ketika portesis, ortosi, atau alat adaptif tidak digunakan. Misalnya, mungkin
penting untuk anak yang mengalami cerebral palsy atau distorfi. Mereka berusaha
untuk belajar menggunakan anggota badan mereaka sendiri tanpa bantuan peralatan
khusus, karena bagi kebanyakan anak itu akan lebih membuatnya mandiri.
2. Spectacular thechnological development
Perkembangan teknologi memiliki arti yang
berfunsi untuk kebutuhan yang mendesak bagi individu yang mengalami cacat
fisik. Pada tahun-tahun sebelum alat bantu di pasarkan, peredaran alat bantu
sangat sulit ditemukan dan mahal, hanya bisa dimiliki orang-orang yang mampu
membelinya.tettapi di masa yang sekarang alta bantu teknologi ini bisa mudah di
dapatkan untuk membantu orang-orang cacat fisik. Kemajuan teknologi dan
aplikasi telah memberikan bantuan yang luar biasa bagi banyak siswa penyandang
cacat.
Pertimbangan
Pendidikan.
Kita berpikir tentang
orang-orang yang memiliki cacat fisik tidak mampu untuk belajar. Kita tahu
bahwa mereka memang dapat melakukan beberapa hal, meskipun bahwa orang cacat
fisik dapat belajar untuk melakukan banyak atau semua hal-hal yangorang non
cacat lakukan, meskipun kadang-kadang mereka harus melaksanakan tugas ini
dengan cara yang berbeda. Mendidik siswa yang cavat fisik tidak begitu memiliki
banyk masaalah, hanya diperlukan instruksi khusus untuk anak-anak yang
menderita cacat fisik. Kebanyakan anak-anak yang menderita cacat fisik
memecahkan masalah mereka sendiri, tujuan profesional lainnya yang bekerja
dengan anak-anak atau remaja yang menderita cacat fisik harus menyadari bahwa
anak-anak cacat fisik lebih suka mengerjakan tugasnya secara mandiri tanpa
bantuan orang lain.
Penempatan
Pendidikan
Jika anak-anak dengan
cacat fisik biasanya menghadiri kelas-kelas pendidikan umum tetapi harus
dirawat di rumah sakit selama lebih dari beberapa hari, mereka dapat dimasukkan
dalam kelas di rumah sakit itu sendiri. Jika mereka harus dibatasi ke rumah
mereka untuk sementara waktu, pengajar dapat memberikan bimbingan belajar
sampai mereka dapat kembali ke pendidikan umum. Pada hal lain, biasanya
melibatkan cacat serius atau kronis, anak mungkin akan diajarkan untuk beberapa
waktu di sekolah, rumah sakit, atau kelas sekolah umum yang dirancang khusus
untuk anak-anak dengan cacat fisik. Kebanyakan anak-anak cacat terintegrasi ke
sekolah umum karena kemajuan dalam perawatan medis; perkembangan baru dalam
bioteknologi dan gerakan fungsional; penurunan hambatan arsitektur dan masalah
transportasi; dan gerakan menuju pendidikan umum untuk semua anak. Penempatan
memiliki fitur positif dan negatif, dan keputusan yang terbaik untuk anak
tertentu memerlukan pertimbangan pro dan kontra. Bekerja dengan pendidik khusus
untuk lebih memahami kebutuhan siswa dan bagaimana untuk memenuhi kebutuhan
tersebut sangatlah penting.
Tujuan
pendidikan dan Kurikulum
Tujuan
pendidikan dan kurikulum tidak dapat diresepkan untuk anak-anak dengan cacat
fisik sebagai suatu kelompok karena keterbatasan masing-masing sangat beragam.
Bahkan di antara anak-anak dengan kondisi yang sama, tujuan dan kurikulum harus
ditentukan setelah penilaian karakteristik intelektual, fisik, sensorik, dan
emosional masing-masing anak. Sebuah cacat fisik, terutama yang parah dan
kronis, mungkin memiliki dua implikasi untuk pendidikan:
1) Anak
tidak tahu bagaimana keadaan tanpa cacat.
2) Anak
mungkin merasa tidak mungkin untuk memanipulasi materi pendidikan dan
menanggapi tugas pendidikan cara yang paling anak-anak lakukan.
Kolaborasi
dan Mengajar Bersama bagi Siswa Penyandang Cacat Fisik dan Gangguan Kesehatan
Lainnya
Siswa
dengan cacat fisik membutuhkan sistem yang perawatan yang kompleks seperti
layanan dari perawatan kesehatan profesional, tenaga pelayanan terkait, dan
pendidik khusus. Meskipun siswa dengan cacat fisik memiliki berbagai layanan,
setidaknya lingkungan memberikan kelas pendidikan umum lagi.
Pendidik
khusus yang bekerja dengan siswa penyandang cacat fisik harus memiliki
keterampilan yang berkaitan dengan pembelajaran dan pengajaran, serta
keterampilan dalam menentukan sesuatu seperti bantuan perangkat teknologi,
posisi, dan sosialisasi. Menurut Dewan untuk Anak Luar Biasa, pendidik khusus
harus mahir dalam hal seperti di bawah ini:
1. Gunakan
adaptasi dan teknologi bantu untuk menyediakan individu dengan cacat fisik dan
kesehatan partisipasi penuh dan akses ke kurikulum umum.
2. Mengidentifikasi
praktik pembelajaran, strategi, dan adaptasi yang diperlukan untuk
mengakomodasi karakteristik fisik dan komunikasi dari individu dengan cacat
fisik dan kesehatan.
3. Komunikasi
adaptasi dari lingkungan pendidikan yang diperlukan untuk mengakomodasi
individu dengan cacat fisik dan kesehatan.
4. Menerapkan
intervensi perawatan kesehatan khusus.
Keterampilan ini
membutuhkan berbagai dewan pelatihan bagi pendidik khusus, termasuk manajemen
medis dan kolaborasi yang luas dengan penyedia layanan kesehatan dan keluarga.
Dengan pengetahuan ini, pendidik khusus dapat berkolaborasi dengan guru
pendidikan umum untuk menyesuaikan instruksi, mengubah lingkungan fisik kelas,
dan berhasil berkomunikasi dengan anak-anak.
Adapted
Physical Education
Adapted
Physical Education (APE) adalah layanan instruksional, bukan pengaturan atau
penempatan. Siswa menerima APE
ketika kecacatan mereka
memerlukan program pendidikan fisik yang berbeda dari anak-anak biasa lainnya. APE dapat menjadi bagian dari program terpadu untuk siswa dengan dan tanpa cacat fisik, atau dapat menjadi
program yang berdiri sendiri
hanya untuk siswa
penyandang cacat. Adapun yang mungkin memenuhi persyaratan untuk APE adalah setiap siswa dengan IEP
(Individualized Education Program). Setiap siswa dengan kelemahan keterampilan
motorik kasar atau keterbatasan dalam kekuatan, fleksibilitas, dan kebugaran
fisik harus dipertimbangkan untuk mendapatkan layanan APE. Tujuan
menyeluruh untuk APE
adalah untuk memiliki akses
bagi siswa pada kegiatan yang akan mendukung tujuan fisik, rekreasi,
atau olahraga. APE harus dilakukan di
Least Restrictive Environment (LRE).
Untuk
anak-anak yang hanya memiliki
gangguan fisik saja, kurikulum
dan tujuan pendidikannya biasanya
harus sama dengan anak-anak biasanya seperti: membaca, menulis, berhitung, dan pengalaman yang dirancang untuk membiasakan mereka dengan dunia di sekitar
mereka. Selain instruksi khusus mungkin diperlukan dalam keterampilan mobilitas, keterampilan hidup sehari-hari, dan keterampilan kerja. Anak-anak cacat lain selain keterbatasan fisik akan membutuhkan adaptasi lebih lanjut dari kurikulum.
Physical
and Occupational Therapy
Memahami
perbedaan antara terapi fisik dan okupasi dapat membingungkan. Terapi fisik
terletak di sensorik dan fungsi motorik
kasar. Terapi fisik dapat membantu siswa dengan mengidentifikasi posisi optimal untuk
berbagai tugas seperti mengajar siswa bagaimana
bergerak dalam kelas dan lingkungan sekolah dan mengembangkan gerakan, kekuatan, dan
koordinasi pada siswa. Terapi okupasi memberikan dukungan untuk keterampilan hidup sehari-hari seperti berpakaian, mandi, dan buang hajat
serta keterampilan motorik halus.
Links with Other
Disciplines
Anak
jarang memiliki cacat
tunggal, dan banyak
anak-anak dengan cacat fisik
memiliki cacat lainnya
juga. Oleh karena itu, berbagai
disiplin ilmu sering diperlukan,
dan pendidikan khusus hanya salah satu dari banyaknya layanan yang dibutuhkan. Banyak anak dengan cacat fisik akan
membutuhkan jasa dari seorang terapi fisik dan /
atau terapi okupasi. Guru harus sangat
prihatin dengan penanganan dan
posisi anak untuk meminimalkan risiko cacat
fisik lebih lanjut dan untuk
memaksimalkan gerakan yang efisien dan memanipulasi materi pendidikan untuk meningkatkan pembelajaran. Kerjasama dengan psikolog dan pekerja sosial sangat penting dalam
kasus anak yang memiliki cacat
fisik. Bekerja dengan keluarga
dan masyarakat lembaga anak
sering juga diperlukan untuk mencegah
penyimpangan dalam pengobatan. Terapi bahasa sering dipanggil
untuk bekerja dengan anak-anak dengan cacat fisik. Program yang memadai untuk anak-anak atau pemuda dengan
cacat fisik akan memberikan mainan, game, dan
latihan fisik untuk merangsang, menghibur,, dan mengajarkan
keterampilan rekreasi dan
memberikan anak dengan pilihan
untuk bersantai secara produktif. Pendidikan fisik/jasmani
yang disesuaikan dengan kemampuan dan ketidakmampuan
siswa merupakan bagian penting dari setiap program sekolah.
Early
Intervention
Semua orang yang bekerja dengan anak-anak yang memiliki cacat fisik, memiliki dua
masalah:
1. Identifikasi awal dan intervensi.
2. Pengembangan komunikasi.
Di samping komunikasi, masalah pertama bagi guru untuk anak-anak dengan cacat fisik harus menangani dan memposisikan. Penanganan (handling) mengacu pada bagaimana anak dijemput, dibawa, dipegang, dan dibantu. Memposisikan (positioning)mengacu pada memberikan dukungan bagi tubuh anak dan mengatur instruksional atau bermain bahan-bahan dengan cara tertentu. Penanganan yang tepat membuat anak lebih nyaman dan mudah menerima pendidikan. Sedangkan posisi yang tepat untuk satu anak, mungkin tidak sesuai untuk anak yang lainnya.
1. Identifikasi awal dan intervensi.
2. Pengembangan komunikasi.
Di samping komunikasi, masalah pertama bagi guru untuk anak-anak dengan cacat fisik harus menangani dan memposisikan. Penanganan (handling) mengacu pada bagaimana anak dijemput, dibawa, dipegang, dan dibantu. Memposisikan (positioning)mengacu pada memberikan dukungan bagi tubuh anak dan mengatur instruksional atau bermain bahan-bahan dengan cara tertentu. Penanganan yang tepat membuat anak lebih nyaman dan mudah menerima pendidikan. Sedangkan posisi yang tepat untuk satu anak, mungkin tidak sesuai untuk anak yang lainnya.