Saturday 17 October 2015

GROUP COHESIVENESS, GROUP SOCIALISATION, NORMS, GROUP STRUCTURE, ROLES, AND STATUS

GROUP COHESIVENESS, GROUP SOCIALISATION, NORMS, GROUP STRUCTURE, ROLES, AND STATUS


GROUP COHESIVENESS (KEPADUAN KELOMPOK)

Salah satu sifat paling dasar dari sebuah kelompok adalah sifat kohesif (solidaritas, semangat pada kelompok atau tim). Hal tersebut berkaitan erat dan ditandai dengan keseragaman perilaku dan saling mendukung antar anggota. Kekompakan adalah properti variabel yang berbeda antar kelompok, antar konteks dan waktu.
Istilah psikologis ini menggambarkan proses psikologis individu yang mendasari kekompakan kelompok (Festinger, Schachter dan Back, 1950). Valensi resultan dari kekuatan ini menghasilkan kohesivitas yang bertanggung jawab untuk kelangsungan anggota kelompok dan kepatuhan terhadap standar kelompok.
Karena konsep ‘field of forces’ sulit untuk megoprasionalkan dan juga karena teori itu tidak tepat tentang bagaimana mendefinisikan kohesivitas operasional (dalam hal langkah-langkah tertentu atau manipulasi eksperimental) dalam penelitian, mereka melakukan kekompakan kedalam proyek perumahan mahasiswa di Massachusets Institude of Technology, Festinger, Schachter, dan Back.
Ulasan utama menunjukan bahwa sebagian besar penelitian konseptualisasi kekompakan sebagai daya tarik kepada kelompok atau atraksi interpersonal, berasal pada kohesivitas kelompok secara keseluruhan dari menjumlahkan (prosedur lainnya atau ilmu aritmatika) ini, dan sesuai operasional kohesivitas. Penelitian mengungkapkan bahwa faktor yang meningkatkan daya tarik interpersonal (misalnya kesamaan, kerjasama, penerimaan interpersonal, ancaman bersama) umumnya meningkatkan kekompakan dan menghasilkan kekompakan tinggi, misalnya sesuai dengan standar kelompok, ditekankan kesamaan, meningkatkan komunikasi intra dan ditingkatkan sesuai dengan keinginan.
Perspektif ini telah dianjurkan pada kelompok kohesivitas yang merupakan kohesi sosial yang lebih luas atau saling ketergantungan antar kelompok sosial (Hogg, 1992, 1993; Turner, 1982, 1984), dimana paara peneliti cenderung hanya berbeda dengan komponen dari model mereka. Dalam psikologi olahraga, khususnya beberapa skala: Misalnya, Widmeyer, Brawley, dan Carron (1985) menetapkan delapan belas kelompok kuesioner untuk mengukur kekompakan tim olahraga.
            Pertanyaan mendasar yang telah diangkat oleh peneliti identitas sosial meminta sejauh mana analisis kohesivitas kelompok dalam agresi (atau beberapa integrasi aritmatika lainnya) dari atraksi interpersonal benar-benar mengungkap proses kelompok. Untuk semua intens dan tujuan, kelompok ini telah menghilang dari analisis dan hanya dibiarkan dengan atraksi interpersonal, tentang apa yang sudah banayak di ketahui. Hogg (1993) menunjukkan bahwa perbedaan harus dibuat antara daya tarik pribadi (atraksi interpersonal benar berdasarkan hubungan yang dekat) dan tarik sosial (keinginan individu berdasarkan persepsi diri dan orang lain yang tidak berdasarkan individualitas melainkan norma dalam kelompok atau prototypical). Atraksi pribadi tidak ada hubungannnya dengan kelompok, sementara atraksi sosial adalah “keinginan” dari keanggotaan kelompok. Atraksi sosial hanyalah salah satu dari konstelasi efek (etnosentrisme, kesesaian, diferensiasi antar kelompok, stereotip, dalam kelompok solidaritas) yang dihasilkan oleh proses self-categoritation theory.
            Analisis ini memiliki setidaknya dua keuntungan besar  model tradisional:
1.      Tidak mengurangi solidaritas kelompok dan kekompakan untuk atraksi interpersonal
2.      Hal ini berlaku sebagaimana untuk kelompok kecil (hanya fokus untuk model tradisional) untuk kategori skala sosial besar, seperti kelompok etnis atau bangsa (orang dapat merasa tertarik satu sama lain atas dasar keanggotaan kelompok umum etnis/ nasional.
Perspektif ini cukup menjanjikan. Misalnya, Hogg dan Turner (1985) dikumpulkan dengan orang lain yang seolah-olah mereka suka dan tidak suka (fakta bahwa oaring lain adalah orang-orang yang akan meraka suka atau tidak suka adalah tidak relaven dengan keberadaan kelompok), atau secara eksplisit dikategorikan sebagai kelompok atas dasar kriteria bahwa meraka akan suka atau tidak suka satu sama lain. Mereka menemukan bahwa atraksi interpersonal tidak otomatis terkait dengan solidaritas yang lebih besar. Sebaliknya, dimana keinginan antar pribadi bukanlah dasar yang tidak eksplisit maupun implisit untuk kelompok (yaitu dalam kondisi kategorisasi acak).
            Studi lain, Hogg dan Hardie (1991) memberikan kuesioner untuk sebuah tim sepak bola di Australia. Persepsi tim dan norma-norma yang signifikan terkait untuk mengukur kelompok berdasarkan daya tarik sosial tetapi tidak terkait dengan mengukur dari atraksi interpersonal. Efek diferensial ini merupakan yang terkuat di antara anggota sendiri yang diidentifikasikan paling kuat dengan tim. Temuan serupa telah diperoleh dari penelitian tim netball wanita bermain di liga amatir (Hogg & Hains, 1996), dan sub kelompok organisasi dan kelompok diskusi naturalistik.
Pandangan ini lebih luas dari kohesi yang terkait dengan solidaritas kelompok dan identitas sosial yang dapat menjelaskan mengapa loyalitas begitu penting dalam kehidupan kelompok. Misalnya, dalam hipotesis perekat sosial mereka, Van Vugt dan Hart (2004) berpendapat bahwa kerjasama kelompok dapat dipertahankan hanya jika anggota menunjukkan loyalitas dalam kelompok dan kemauan untuk mengorbankan keuntungan diri atau keuntungan untuk kebaikan kelompok, ketidaksetiaan, bereaksi sangat kuat.

GROUP SOCIALISATION (SOSIALISASI KELOMPOK)
Kelompok adalah struktur dinamis yang berubah terus menerus dari waktu ke waktu. Sebuah fitur yang jelas dari banyak kelompok yang kita kenal adalah bahwa anggota baru bergabung, anggota lama pergi, anggota disosialisasikan oleh kelompok, dan kelompok pada gilirannya dicetak dengan kontribusi individu. (Condor, 1996; Levine & Moreland, 1994; Tuckman, 1965; Worchel, 1996).
Dalam psikologi sosial, Tuckman (1965) menggambarkan lima tahap pengembangan kelompok melalui:
1.        Membentuk - orientasi dan sosialisasi tahap;
2.        Tahap pengenalan, di mana anggota saling mengenal cukup baik untuk mulai bekerja melalui perbedaan pendapat tentang tujuan dan praktek;
3.        Setelah melewati tahap pengenalan, perpaduan antara rasa identitas bersama dan tujuan pun mulai muncul;
4.        Periode di mana kelompok berjalan lancar sebagai unit yang memiliki norma-norma bersama dan tujuan, dan moral yang baik;
5.        Kelompok mulai larut karena telah dicapai tujuannya, atau karena anggota kehilangan minat dan motivasi dan melanjutkan.
Baru-baru ini, Moreland dan Levine (1982, 1984; Levine 8c Moreland, 1994; Moreland, Levine 8c Cini, 1993) telah menyajikan model sosialisasi kelompok untuk menggambarkan dan menjelaskan bagian dari individu melalui kelompok dari waktu ke waktu. Hubungan dinamis antara kelompok dan anggotanya yang menggambarkan bagian dari anggota melalui kelompok dalam hal komitmen. Sebuah fitur baru dari analisis ini adalah bahwa ia tidak hanya berfokus pada bagaimana individu mengubah agar sesuai ke dalam kelompok tetapi juga pada bagaimana anggota baru dapat, sengaja atau tidak sengaja, menjadi sumber potensial dari inovasi dan perubahan dalam kelompok (Levine, Moreland 8c Choi, 2001).
Tiga proses dasar yang terlibat dalam sosialisasi grup:
1.        Evaluasi mengacu pada perbandingan yang sedang berlangsung oleh individu dari masa lalu, sekarang dan masa depan imbalan dari kelompok dengan imbalan hubungan alternatif potensial (Thibaut 8c Kelley, 1959; lihat pembahasan teori pertukaran sosial dalam Bab 13). Secara bersamaan, kelompok mengevaluasi individu dalam hal kontribusi mereka terhadap kehidupan kelompok. Di balik ide ini terletak asumsi bahwa orang memiliki tujuan dan kebutuhan, yang membuat harapan. Sampai-sampai harapan, atau mungkin, bertemu, persetujuan sosial dinyatakan. Kegagalan aktual atau diantisipasi untuk memenuhi harapan mengundang ketidaksetujuan sosial dan tindakan untuk memodifikasi perilaku atau menolak individu atau kelompok.
2.        Evaluasi mempengaruhi komitmen individu untuk kelompok dan sebaliknya. Namun, pada waktu tertentu, komitmen ketidakseimbangan mungkin ada, sehingga individu lebih berkomitmen untuk kelompok atau kelompok untuk individu. Ini endows setidaknya berkomitmen pesta dengan kekuatan yang lebih besar dan tidak stabil. Ada tekanan terhadap komitmen keseimbangan. Komitmen menghasilkan kesepakatan tentang tujuan kelompok dan nilai-nilai, hubungan positif antara individu dan kelompok, akan-ingness mengerahkan usaha pada bagian dari kelompok atau individu, dan keinginan untuk kelanjutan keanggotaan.
3.        Peran transisi mengacu diskontinuitas dalam hubungan peran antara individu dan kelompok. Diskontinuitas ini overlay kontinum variasi temporal dalam komitmen dan diatur oleh kelompok 'dan individu' kriteria keputusan untuk terjadinya transisi. Ada tiga jenis umum peran: (1) non-anggota, termasuk calon anggota yang belum bergabung dengan kelompok dan mantan anggota yang telah meninggalkan kelompok; (2) kuasi-anggota, termasuk anggota baru yang belum mencapai status anggota penuh dan anggota marjinal yang kehilangan status itu; dan (3) anggota penuh. Anggota penuh adalah mereka yang diidentifikasi paling dekat dengan kelompok dan yang memiliki semua hak dan tanggung jawab yang terkait dengan keanggotaan kelompok. Transisi peran dapat halus dan mudah di mana individu dan kelompok sama-sama berkomitmen dan berbagi kriteria keputusan yang sama. Namun, komitmen ketidakseimbangan dan kriteria keputusan unshared dapat memperkenalkan konflik apakah transisi peran yang harus atau tidak terjadi. Untuk alasan ini, kriteria transisi sering menjadi diformalkan dan publik, dan ritus peralihan menjadi bagian sentral dari kehidupan kelompok.
Moreland dan Levine membedakan lima fase sosialisasi grup.
1     Investigasi. Kelompok ini merekrut calon anggota, yang pada gilirannya meninjau kelompok. Ini bisa menjadi lebih formal, yang melibatkan wawancara dan pertanyaan-naires (misalnya bergabung dengan organisasi), atau kurang formal (misal menghubungkan diri dengan masyarakat politik mahasiswa). Sebuah hasil yang sukses mengarah ke peran untuk masuk ke grup.
2     Sosialisasi. Kelompok asimilasi anggota baru, mendidik mereka dengan cara-cara tersebut. Pada gilirannya, anggota baru mencoba untuk mendapatkan kelompok untuk mengakomodasi pandangan mereka. Sosialisasi dapat terstruktur dan informal, tetapi juga cukup formal (misal program induksi organisasi). Sosialisasi yang sukses ditandai dengan penerimaan.
3     Pemeliharaan. Negosiasi peran terjadi antara anggota penuh. Peran ketidakpuasan dapat menyebabkan transisi peran disebut divergensi, yang dapat terduga dan tidak terencana. Hal ini juga dapat diharapkan - fitur kelompok khas (misalnya mahasiswa yang berbeda dengan lulus dan meninggalkan universitas).
4     Resosialisasi. Ketika perbedaan terjadi, resosialisasi tidak mungkin diharapkan. Bila tak terduga, anggota yang terpinggirkan menjadi peran menyimpang dan mencoba untuk melakukan perlawanan dengan cara  pengadilan atau membeladiri dll.
5     Ingatan. Setelah individu meninggalkan kelompok kedua belah pihak bernostalgia. Ini mungkin recall menyukai 'ingat ketika. . . ' ketik atau latihan lebih ekstrim dari rezim totaliter dalam menulis ulang sejarah.
Salah satu cara untuk menjelaskan paradoks ini adalah dalam hal teori disonansi kognitif (Festinger, 1957) yang dijelaskan dalam Bab 6. Sebuah inisiasi permusuhan menciptakan disonansi berikutnya antara dua kognisi 'Saya sadar menjalani pengalaman yang menyakitkan untuk bergabung dengan grup ini' dan 'Beberapa aspek kelompok ini adalah tidak baik '(kehidupan kelompok biasanya campuran posi-tive dan aspek negatif). Sebagai inisiasi tidak bisa dipungkiri (setelah semua, biasanya acara publik), disonansi dapat dikurangi dengan merevisi pendapat seseorang dari kelompok (mengecilkan aspek negatif dan fokus pada aspek yang lebih positif). Konsekuensinya adalah evaluasi yang lebih menguntungkan kelompok dan komitmen demikian besar.






NORMS (NORMA)
               Beberapa tahun yang lalu Sumner (1906) berbicara tentang NOR sebagai 'folkways' yang berarti adat kebiasaan yang ditampilkan oleh kelompok. Kemudian sherif (1936) menjelaskan norma sebagai 'kebiasaan', tradisi, standar, aturan, nilai-nilai, mode, dan semua kriteria lain dari perilaku yang dibakukan sebagai konsekuensi dari kontak individu. Meskipun norma-norma dapat mengambil bentuk aturan eksplisit yang diberlakukan oleh undang-undang dan sanksi (misalnya norma-norma sosial yang harus dilakukan dengan milik pribadi, polusi dan agresi), kebanyakan psikolog sosial setuju dengan Cialdini dan Trost (1968) bahwa norma-norma merupakan aturan dan standar yang dipahami oleh anggota kelompok hal tersebut membatasi perilaku sosial tanpa kekuatan hukum. Norma-norma ini muncul dari hasil interaksi dengan orang lain yang mungkin atau tidak mungkin dinyatakan secara eksplisit.
               Garfinkel (1967) memfokuskan sangat banyak norma-norma implisit, tidak teramati, diambil-untuk latar belakang dan diberikan untuk kehidupan sehari-hari. Orang biasanya menganggap norma merupakan suatu hal yang 'alami' atau hanya 'sifat manusia' sehingga biasanya orang-orang 'hanya' menganggapnya sebagai hal yang normatif, memang, teori Piaget berpengaruh terhadap perkembangan kognitif yang menjelaskan bagaimana anak-anak perlahan-lahan mulai menyadari bahwa norma bukanlah fakta objektif, dan menunjukkan bahwa bahkan orang dewasa merasa sulit untuk datang ke realisasi ini (Piaget 1928, 1955).
               Garfinkel merancang metodologi, yang disebut ethnomethodology, untuk mendeteksi norma mengenai latar belakang ini. Salah satu metode yang terlibat adalah pelanggaran norma-norma dalam rangka untuk menarik perhatian orang kepada mereka. Misalnya, Garfinkel memiliki siswa yang bertindak di rumah selama lima belas menit seolah-olah mereka sedang berada di asrama, bersikap sopan, berbicara secara formal dan hanya berbicara bila diajak bicara. Keluarga mereka bereaksi dengan takjub, bingung, shock, malu dan marah, didukung dengan tuduhan keegoisan dan kurangnya pertimbangan. Norma implisit untuk interaksi keluarga itu terungkap, dan pelanggaran yang memicu reaksi keras.
Identitas sosial teoritis menempatkan penekanan khusus pada dimensi kelompok-mendefinisikan norma (Abrams & hogg, 1990a; Abrams Wetherell, Cochrane, Hogg, & Turner, 1990; Hogg 2010; Hogg & Smith, 2007; Turner, 1991). Norma adalah sikap dan perilaku keteraturan yang memetakan kontur kelompok sosial (kelompok kecil atau kategori sosial yang besar) sehingga diskontinuitas normatif menandai batas kelompok. Atribut norma yang menggambarkan salah satu kelompok menentukan siapa kita, norma kelompok juga perspektif, mengatakan kepada kita bagaimana kita harus bersikap sebagai anggota kelompok. Sehingga perilaku mahasiswa dan dosen di sebuah universitas didasari oleh norma-norma yang sangat berbeda.
               Perspektif pada norma-norma ini melampaui (lihat Hogg & Reid, 2006) perbedaan tradisional ditarik dalam psikologi sosial antara norma deskriptif ('adalah' norma) yang menggambarkan regularites perilaku dan norma injuctive ('harus' norma) yang menyampaikan persetujuan atau ketidaksetujuan dari perilaku (Cialdini, kallgren, & Reno, 1991), Sebaliknya, dengan hal norma untuk keanggotaan kelompok deskriptif dan aspek injungtif norma menjadi terintegrasi.
               Norma dan stereotip yang terkait erat ialah 'normative behaviour' dan 'perilaku stereotip' yang hampir merupakan hal yang sama. Namun, tradisi penelitian umumnya memisahkan dua wilayah; norma reffering untuk perilaku yang dibagi dalam kelompok, dan pendapat klise (lihat Bab 2, 10, dan 11) untuk generalisasi bersama yang dibuat oleh individu tentang anggota dari kelompok lain.
               Norma kelompok dapat memberikan efek yang kuat pada orang lain. Misalnya, Newcomb (1965) melakukan studi klasik norma di tahun 1930-an di sebuah kampus kecil di Amerika yaitu Bennington. Kolase memiliki norma-norma yang progresif dan liberal tapi menarik siswa dari konservatif kandidat, sedangkan siswa ketiga dan keempat tahun telah bergeser preferensi suara mereka terhadap liberal dan komunis/sosialis calon. Mungkin, kontak yang terlalu lama dengan norma-norma liberal telah menghasilkan perubahan prefence politik.
               Siegel dan Siegel EAS (1957) mengemukakan studi yang sedikit lebih terkontrol. Siswa baru di sebuah perguruan tinggi swasta Amerika secara acak ditugaskan untuk melakukan berbagai jenis akomodasi siswa dan asrama. Di perguruan tinggi tertentu, perkumpulan mahasiswa memiliki etos konservatif dan asrama memiliki norma-norma liberal lebih progresif. Siagel mengukur tingkat konservatisme siswa di awal dan akhir tahun. Gambar 8.16. jelas menunjukkan bagaimana paparan norma liberal berkurang konservatisme.
Mereka menentukan rentang terbatas perilaku yang dapat diterima dalam konteks tertentu dan dengan demikian mereka mengurangi ketidakpastian dan memfasilitasi pilihan yakin kursus 'benar' tindakan. Norma memberikan kerangka acuan di mana untuk menemukan perilaku kita sendiri. Anda akan ingat bahwa ide ini dieksplorasi oleh sherif (1936) dalam percobaan klasik berurusan dengan pembentukan norma, Sherif menunjukkan ketika orang membuat penilaian persepsi sendiri, mereka mengandalkan perkiraan mereka sendiri sebagai bingkai acuan; Namun, ketika mereka berada dalam kelompok, mereka menggunakan kelompok dengan berbagai penilaian untuk berkumpul dengan cepat pada kelompok berarti.
               Sherif Nike mengatakan bahwa orang-orang menggunakan perkiraan anggota lainnya sebagai bingkai sosial acuan untuk membimbing mereka; ia merasa bahwa ia telah menghasilkan norma grup primitif eksperimental. Norma adalah properti yang muncul dari interaksi antara anggota kelompok, tetapi sekali menciptakannya mengakuisisi kehidupan sendiri. Anggota kemudian diuji sendiri dan masih sesuai dengan norma. Dalam salah satu studi yang diuji ulang secara individu sebanyak setahun kemudian adalah cukup dan masih tetap dalam acuan oleh kelompok norma (Rohrer, Baron Hoffman, & Swander, 1954).
               Titik yang sama ini ditunjukkan dalam beberapa studi auto kinetik yang terkait (Jacobs & Campbell, 1961; MacNeil & Sherif, 1976). Dalam kelompok yang terdiri dari tiga Konfederasi-erates, yang memberi perkiraan yang ekstrim, dan satu peserta benar, norma relatif ekstrim muncul. Kelompok ini pergi melalui sejumlah generasi, di mana konfederasi akan meninggalkan dan peserta lain yang benar akan bergabung, sampai keanggotaan kelompok yang ada tidak memiliki anggota asli. Norma ekstrim masih kuat dipengaruhi oleh perkiraan peserta. Ini adalah pertunjukan yang sangat elegan yang norma adalah fenomena kelompok yang benar: hal itu dapat muncul hanya dari kelompok, namun dapat mempengaruhi perilaku individu tanpa adanya fisik dari kelompok (Turner, 1991). 
               Norma juga melayani fungsi untuk kelompok sejauh mereka mengkoordinasikan tindakan anggota terhadap pemenuhan tujuan kelompok. Dalam sebuah studi awal norma produksi pabrik, Coch dan Perancis (1948) menggambarkan sebuah kelompok yang menetapkan sendiri standar dari lima puluh unit per jam sebagai tingkat minimum untuk mengamankan masa jabatan pekerjaan. Anggota baru dengan cepat mengadopsi norma ini. Mereka yang tidak sedang kuat disetujui oleh pengucilan dan dalam beberapa kasus memiliki pekerjaan mereka di sabotase. Secara umum, ada bukti yang baik dari studi penetapan tujuan dalam tim kerja organisasi itu, di mana norma-norma kelompok mewujudkan tujuan kelompok yang jelas untuk penampilan dan produksi, anggota kelompok bekerja lebih keras dan lebih puas (Guzzo 8 (Dickson, 1996; Weldon 8c Weingart, 1993).
               Norma secara inheren tahan terhadap perubahan - setelah semua, fungsi mereka adalah untuk memberikan stabilitas dan prediktabilitas. Namun, norma awalnya muncul untuk menangani keadaan tertentu. Mereka bertahan selama keadaan mereka benar tetapi akhirnya berubah dengan mengubah sirkum sikap. Norma bervariasi dalam 'lintang perilaku yang dapat diterima: ada yang sempit dan terbatas (misalnya kode pakaian militer) dan lain-lain yang lebih luas dan kurang membatasi (misalnya kode berpakaian untuk dosen universitas). Secara umum, norma-norma yang berhubungan dengan loyalitas kelompok dan untuk aspek sentral dari kehidupan kelompok memiliki lintang sempit perilaku yang dapat diterima, sementara norma-norma yang berkaitan dengan fitur yang lebih kepada kelompok yang lebih longgar. Akhirnya, anggota kelompok tertentu diperbolehkan lintang yang lebih besar dari perilaku yang dapat diterima daripada yang lain: anggota-status yang lebih tinggi (misalnya pemimpin) bisa lolos dengan lebih dari anggota-status yang lebih rendah dan pengikut.
               Ada bukti untuk pola dan struktur dari berbagai jenis norma dari penelitian perintis Sherif dan Sherif (1964) dari geng remaja di kota-kota Amerika. Pengamat peserta menyusup geng ini dan mempelajari mereka selama beberapa bulan. Geng telah memberikan diri nama, telah mengadopsi berbagai lencana dan memiliki kode ketat tentang bagaimana anggota geng harus berpakaian. Kode pakaian yang penting, karena sebagian besar melalui gaun bahwa geng dibedakan diri dari satu sama lain. Geng juga memiliki norma-norma yang ketat con-cerning kebiasaan seksual dan bagaimana menghadapi orang luar (misalnya orang tua, polisi); Namun, pemimpin yang memungkinkan beberapa lintang dalam ketaatan mereka dengan norma-norma ini dan lainnya. Norma adalah tolok ukur perilaku kelompok, dan melalui norma-norma bahwa kelompok-kelompok influ-ence perilaku anggotanya. 

GROUP STRUCTURE (STRUKTUR KELOMPOK)

Kekompakan, sosialisasi dan norma menggambarkan keseragaman dalam kelompok. Namun, struktur kelompok dapat menjadi pola dan diferensiasi norma dalam suatu kelompok. Dalam beberapa kelompok hal itu terjadi kepada semua anggota, melakukan kegiatan yang sama atau berkomunikasi secara bebas dengan satu sama lain. Struktur kelompok jelas tercermin dalam peran, hubungan status dan jaringan komunikasi. Grup juga terstruktur dalam hal subkelompok dan dalam hal kepercayaan keanggotaan kelompok pusat atau marjinal anggota tertentu.

ROLES (PERAN)

Peran seperti norma terlihat dari sejauh mana mereka menggambarkan dan mendreskipsikan  perilaku. Namun, sementara ini norma berlaku untuk kelompok secara keseluruhan, dan peran berlaku untuk setiap anggota group. Sementara norma tersebut  mungkin membedakan individu antara kelompok, mereka umumnya secara tidak sengaja diturunkan untuk manfaat kerangka kelompok dalam masyarakat. Sebaliknya peran dirancang secara khusus untuk membedakan antara anggota-anggota dalam kelompok. Hal ini dilakukan untuk kebaikan kelompok secara keseluruhan. Peran adalah resep untuk  perilaku yang ditugaskan untuk orang. Mereka bisa menjadi informal dan implisit dalam kelompok (teman-teman) atau formal dan eksplisit (misalnya tugas di pesawat peran umum di kecil antara (ide-ide, yang menyelesaikan sesuatu) dan spesialis sosioemosional (orang-orang suka karena mereka dapat mengatasinya) (misalnya Slater, 1955). Peran mungkin muncul dalam kelompok untuk sejumlah alasan:
  1. Mereka mewakili pembagian kerja; hanya dalam kelompok yang paling sederhana yang tidak menerapkan pembagian kerja.
  2. Mereka memberikan harapan sosial yang jelas dalam kelompok dan memberikan informasi tentang bagaimana anggota berhubungan satu sama lain.
  3. Mereka memberikan anggota definisi diri dan tempat dalam kelompok yang jelas, peran tersebut muncul untuk memfasilitasi fungsi kelompok.
Peran muncul untuk memfasilitasi fungsi kelompok. Namun, ada bukti bahwa inflexible diferensiasi peran kadang-kadang dapat merugikan kelompok. Gersick dan Hackman (1990) menemukan bahwa diferensiasi peran kaku yang berkaitan dengan cek-penerbangan oleh para awak pesawat dari pesawat penumpang menyebabkan kru gagal untuk terlibat perangkat de-icing, dengan konsekuensi yang tragis bahwa pesawat itu jatuh tak lama setelah mengambil- off. Peran kadang-kadang dapat di asosiasikan oleh keanggotaan dalam kategori yang lebih besar (misalnya kelompok profesional) di luar kelompok berorientasi tugas spesifik dalam hal tugas kelompok yang berorientasi dapat menjadi konteks untuk peran konflik. Contoh nya adalah intergrup. Konflik dirumah sakit antara dokter dan perawat.
Salah satu implikasi praktis dari ini adalah bahwa Anda harus menghindari peran rendah status dalam kelompok, atau Anda menang kemudian merasa sulit untuk melarikan diri warisan mereka Mungkin yang paling kuat dan mereka menggunakan teknik psikologis untuk melemahkan solidaritas.
 
STATUS
Tidak semua peran adalah sama: beberapa lebih dihargai dan dihormati dan dengan demikian memberi status yang lebih besar pada orang-orang yang menduduki peran tersebut. Status peran yang paling tinggi didalam kelompok adalah peran pemimpin. Secara umum, status peran yang lebih tinggi cenderung memiliki dua sifat:
1.      Consensual Prestige (martabat)
2.      Sebuah kecenderungan untuk memulai ide dan kegiatan yang diadopsi oleh kelompok
Hierarki status dalam kelompok tidak tetap: mereka dapat bervariasi dari waktu ke waktu, dan juga dari situasi ke situasi. Sebagai contoh, kelompok orkestra: pemain biola yang memimpin mungkin memiliki peran status tertinggi di dalam konser, sedangkan perwakilan orkestra yang lainnya memiliki peran status biasa dalam negosiasi dengan manajemen. Salah satu penjelasan mengapa hierarki status yang muncul begitu mudah dalam kelompok adalah dari segi teori perbandingan sosial (Festinger, 1954; Suls & Miller, 1977). Status hierarki adalah ekspresi dan refleksi dari perbandingan sosial intragrup (antar kelompok).
Peran tertentu dalam kelompok memiliki kekuasaan dan pengaruh yang lebih. Perbandingan sosial pada dimensi perilaku yang relevan dengan peran-peran ini menunjukkan bahwa mayoritas anggota kelompok yang tidak berhasil dalam mengamankan peran mereka akan dianggap kurang mampu dari mereka yang sukses. Sehingga timbul lah pandangan bersama bahwa mereka menduduki peran yang lebih unggul dan status yang tinggi.
Status hirarki sering dijadikan lembaga, sehingga anggota individu tidak terlibat dalam perbandingan sosial yang sedang berlangsung sistematis. Sebaliknya, mereka hanya menganggap bahwa peran tertentu atau penghuni peran status yang lebih tinggi dari peran mereka sendiri atau untuk diri mereka sendiri. Penelitian mengenai pembentukan hierarki status yang baru dibuat oleh sebuah kelompok cenderung mendukung pandangan ini.
Salah satu penjelasan dari fenomena ini diusulkan oleh expectation states theory (Berger, Fisek, Norman & Zelditch, 1977; Berger, Wagner & Zelditch, 1985; de Gilder & Wilke, 1994; Ridgeway, 2001). Status berasal dari dua sumber yang berbeda:
1.      Specific status characteristics: Atribut seseorang yang berhubungan langsung dengan kemampuan pada tugas kelompok (contoh: menjadi seorang atlit yang berbakat di sebuah tim olahraga, musisi yang baik di sebuah band).
2.      Diffuse status characteristics: Atribut seseorang yang tidak berhubungan langsung dengan kemampuan tugas kelompok yang umumnya dihargai secara positif maupun negatif di masyarakat (contoh: menjadi seseorang yang kaya, memiliki pekerjaan yang baik, dan memiliki kulit putih).
Diffuse status characteristics menghasilkan harapan umum yang menguntungkan untuk segala macam situasi, bahkan bagi mereka yang mungkin tidak memiliki relevansi apapun. Anggota kelompok hanya perlu mengasumsikan suatu hal (contoh: dokter) yang akan lebih mampu mempengaruhi orang lain untuk mempromosikan tujuan kelompok (contoh: menganalisis transkrip persidangan dalam rangka untuk membuat vonis).

               Menurut sebuah studi oleh Knottnerus dan Greenstein (1981), specific dan diffuse status adalah sumber independen dan status aditif dalam kelompok yang baru terbentuk. Peserta perempuan bekerja dengan konfederasi perempuan pada dua tugas yang saling berkaitan. Specific status dimanipulasi dengan menginformasikan peserta yang telah tampil lebih baik atau lebih buruk dari tugas yang diberi pertama, yaitu tugas persepsi. Diffuse status dimanipulasi oleh peserta terkemuka untuk memercayai bahwa mereka lebih tua maupun lebih muda dari konfederasi tersebut. Tugas kedua, yaitu tugas konstruksi kata, memungkinkan ukuran yang menghasilkan saran konfederasi untuk digunakan sebagai indeks status efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta menghasilkan lebih banyak hal jika mereka percaya bahwa status tertentu lebih rendah atau menyebar lebih rendah dari konfederasi tersebut.

Perkembangan Kanak-kanak Awal Hingga Kanak-kanak Akhir

PERKEMBANGAN KANAK-KANAK AWAL

1. PERKEMBANGAN FISIK
A. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUBUH
Perubahan fisik yang secara nyata menandai masa kanak-kanak awal adalah pertumbuhan didalam hal tinggi dan berat tubuh. Secara tidak sadar pada masa ini juga terjadi perubahan didalam otak dan sistem saraf yang penting bagi perkembangan kognisi dan bahasa anak-anak.
1. Tinggi dan Berat
 Perubahan yang nyata dan tampak jelas pada anak-anak usia kanak-kanak awal adalah pertumbuhan dalam hal tinggi dan berat badan. Di masa kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi 2,5 inci dan bertambah berat 5-7 pon setiap tahunnya. Selama usia ini, anak-anak baik itu laki-laki maupun perempuan akan terlihat kurus karena tungkai mereka yang bertambah tinggi, namun umumnya tubuh anak perempuan sedikit lebih kecil dan lebih ringan jika dibandingkan dengan tubuh anak laki-laki.
Ukuran besar kepala juga mengalami perubahan, terutama di akhir usia prasekolah. Tulang, otot, dan lemak tubuh juga mengalami perubahan. Dengan perubahan yang banyak tersebut, maka akan memungkinkan seorang anak yang tadinya gemuk pendek tiba-tiba berubah menjadi kurus dan ramping, atau yang awalnya tidak mampu bicara menjadi fasih dan lancar. Namun perlu diingat bahwa setiap perubahan di atas bervariasi untuk setiap anak. Variasi tersebut dipengaruhi hal-hal seperti oleh status sosial ekonomi, gizi, kesehatan, dan faktor keturunan.
2. Otak
            Salah satu perkembangan fisik terpenting dimasa kanak-kanak awal adalah perkembangan otak dan berbagai bagian lain dari sistem saraf secara terus menerus. Meskipun perkembangan otak yang berlangsung dimasa kanak-kanak awal tidak secepat seperti yang berlangsung dimasa bayi, perkembangan ini menghasilkan perubahan anatomi yang berarti. Ketika anak berusia tiga tahun, ukuran otak ¾ ukuran otak dewasa. Ketika berusia enam tahun, otak telah mencapai sekitar 95% ukuran otak dewasa sehingga otak anak berusia lima tahun hampir menyerupai ukuran otak anak tersebut ketika dewasa.
Perkembangan otak pada usia ini berbeda antara belahan otak kanan dengan belahan otak kiri, dimana belahan otak kiri lebih berkembang penuh dibandingkan perkembangan otak kanan. Perkembangan otak ini berpengaruh terhadap kecenderungan penggunaan salah satu tangan yang dominan dibanding yang lainnya (handedness). Anak laki-laki lebih cenderung bertangan kidal dibandingkan anak perempuan.

B. PERKEMBANGAN MOTORIK
Yaitu sebagian besar anak-anak akan mengalami keaktifan yang sama sepanjang hidup mereka.
1. Keterampilan Motorik Kasar
Seorang anak tidak lagi berusaha keras hanya untuk berdiri tegas dan berjalan keliling. Ketika anak dapat melangkahkan kakinya secara lebih yakin dan bertindak deangan tujuan tertentu, dengan sendirinya anak akan melakukan aktifitas keliling dilingkungannya. Ketika berusia 3 tahun anak-anak gemar melakukan gerakan-gerakan sederhana seperti meloncat serta berlari kedepan dan kebelakang, semua ini dilakukan untuk sekedar menyenangkan hati ketika menampilkan aktifitasnya.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih menikmati berbagai aktifitas sejenis, namun kini mereka menjadi lebih berani. Mereka memanjat alat gymnasium yang rendah untuk memperlihatkan kemampuan atletiknya.
2. Keterampilan Motorik Halus
Diusia 3 tahun kadang-kadang  anak-anak sudah mampu memungut objek-objek yang paling kecil dengan menggunakan ibi jari dan telunjuknya, meskipun masih canggung. Seorang anak 3 tahun secara tidak sangka dapat membangun menara yang tinggi dengan menggunakan balok
Pada usia 4 tahun  koordinasi motorik halus anak sudah memperlihatkan kemajuan yang bersifat substansial dan ia juga menjadi lebih cermat.
C. TIDUR
Para ahli merekomondasikan agar anak-anak tidur selama 11 hingga 13 jam setiap malam. sebagian besar anak-anak kcil tidur sepanjang malamdan satu kali tidur siang. Sebuah penelitian baru menemukan bahwa penolakan terhadap waktu tidur berkaitan dengan masalah prilaku atau hiperaktifitas pada anak-anak. Anak-anak dapat mengalami sejumlah masalah tidur, termasuk narcolepsy (rasa mengantuk yang extrem disiang hari), isomnia (sulit tidur atau selalu terjaga), dan mimpi buruk.
D. NUTRISI DAN OLAHRAGA
       kebiasaan makan merupakan aspek yang penting bagi perkembangan dimasa kanak-kanak awal . segala sesuatu yang dimakan oleh anak mempengaruhi pertumbuhan kerangka tulang, bentuk tubuh, dan kerentanan terhadap penyakit. Olahraga dan aktifitas fisik pun penting dalam kehidupan anak-anak.
1. Anak yang kegemukan
            Kelebihan berat tubuh dapat menjadi masalah yang serius dimasa anak-anak awal. Studi nasional terbaru mengungkap bahwa 45% menu makanan anak-anak terlalu banyak mengandung lemak transgenik dan lemak jenuh, yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dan resiko penyakit jantung. Perilaku makan anak-anak sangat dipengaruhi oleh perilaku orang tua mereka. Perilaku makan anak-anak membaik ketika orang tua makan bersama anak-anak mereka dengan jadual tertentu, makan sehat, menjadikan suasana makan menyenangkan, dan melakukan berbagai gaya dalam membuat makanan. Berbagai gangguan seperti televisi, argumentasi keluarga, dan aktivitas persaingan harus dikurangi agar anak-anak berfokus pada kegiatan makan.
2. Olahraga
            Aktifitas yang rutin sebaiknya dilakukan sehari-hari bagi anak-anak. Rekomendasi bagi aktifitas fisik anak adalah 2 jam perhari, tediri dari 1 jam aktifitas terstruktur dan 1 jam aktifitas yang tidak terstruktur. Berikut adalah studi penelitian terbaru yang mempelajari olahraga dan aktifitas anak:
Ø Observasi anak-anak prasekolah usia 3 hingga 5 tahun selama bermain diluar ruangan mengungkap bahwa anak-anak praseakolah sebagian besar hanya bersantai bahkan ketika bermain di luar ruangan.
Ø Aktivitas fisik anak-anak prasekolah di perkuat oleh keterlibatan anggota keluarga dalam kegiatan berolahraga bersama dan oleh persepsi orang tua bahwa anak-anak aman bermain diluar rumah.
Ø Kurikulum aktivitas fisik yang memadukan ‘’bermain dan belajar’’ meningkatkan level aktivitas anak usia 3 hingga 5 tahun di program prasekolah setengah hari.
3. Malnutrisi pada Anak-anak dari Keluarga dengan Sosial-Ekonomi Rendah
Salah satu masalah nutrisi yang paling umum dihadapi kanak-kanak awal adalah masalah anemia yang terkait dengan kekurangan zat besi, dimana kondisi nini mengakibatkan kelelahan kronis. Masalah ini di sebabkan oleh kurangnya konsumsi daging dan sayuran hijau. Bebanyakan anak-anak kecil yang berasal dari keluarga dengan tingkat penghasilan rendah cenderung mengalami anemia yang terkait dengan kekurangan zat besi.
E. PENYAKIT DAN KEMATIAN
            Di Amerika Serikat, kecelakaan kendaraan bermotor menjadi penyebab terbesar dari kematian anak-anak, disusul oleh kanker dan penyakit pembuluh jantung (National Vital Statistics Reports, 2004). Disamping itu, juga terdapat kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lainnya, seperti tenggelam, jatuh, luka bakar, dan keracunan (Bessey dkk, 2006).
Salah satu keadaan rumah yang membahayakan kesehatan anak-anak adalah orang tua yang merokok. Hampir 22% dari anak-anak dan remaja di amerika serikat terekpose asap tembakau dirumah. Kini semakin banyak studi yang menyatakan bahwa anak-anak memiliki resiko untuk mengalami masalah kesehatan jika mereka tinggal di rumah yang orang tuanya merokok. Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa paparan asap rokok terkait dengan gangguan tidur anak-anak, termasuk gangguan pernapasan ketika tidur. Diperkirakan sekitar 3 juta anak-anak di AS dengan usia dibawah 6 tahun beresik terkena racun timah. Selain keracunan timah, anak-anak dari keluarga sosial-ekonomi rendah di AS menghadapi masalah kesehatan lainnya dan sering kali tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, ketika orang tua mereka tidak memiliki asuransi kesehatan. Anak-anak dari keluarga miskin memiliki angka kecelakaan, kematian, dan penyakitasma yang lebih tinggi daripada anak-anak dari keluarga berpenghasilan tinggi.
F. KONDISI SAKIT DAN SEHAT DARI ANAK-ANAK SEDUNIA
Setiap tahun UNICEF memberikan sebuah sebuah laporan yang berjudulThe State of the world children. Dampak mematikan dari kesehatan anak-anak terjadi di negara-negara dengan tingkat kemiskinan yang tinggi ( UNICEF 2010) orang miskin menjadi mavoritas di hampir satu dari setiap lima negara didunia. Kematian anak-anak diseluruh dunia dapat dicegah dengan mengurangi kemiskinan dan meningkatkan nutrisi, sanitasim pendidikan, serta layanan kesehatan (UNICEF 2006, 2010).
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Pembahasan mengenai perkembangan kognitif di masa kanak-kanak awal memfokuskan pada tiga teori: teori piaget, teori vygotsky, dan teori pemrosesan informasi.
A. TAHAP PRAOPRASIONAL PIAGET
Tahap Praoperasional (preoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun, tahap kedua menurut piaget. Dalam tahap ini, anak-anak mulai merepresentasikan dunia dengan menggunakan kata-kata. Pada saat yang bersamaan, dunia kognitif anak kecil didominasi oleh egosentrisme keyakinan magis.
Karena oleh Piaget tahap ini disebut “praoperasional”, maka seolah-olah periode ini merupakan periode menunggu yang tidak penting. Hal ini tidak benar. Meskipun demikian, lebel praoperasional memberi penekanan bahwa anak belum melakukan operasi (operation), yaitu aktivitas mental yang baik, yang memungkinkan anak-anak untuk membayangkan hal-hal yang dulunya hanya dapat dilakukan secara fisik.
1. Subtahap Fungsi Simbol
subtahap fungsi simbolik (symbolik funcion substage) merupakan subtahap pertama dari pemikiran paroprrasional, yang terjadi antara usia 2 hingga 4 tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil memeperoleh  kemampuan untuk membayangkan penampilan objek yang hadir secara fisik. Kemampuan ini secara cepat dapat memperluas dunia mental anak (carlson & zelazo ,2008). Anak-anak kecil menggunakan coretan coretan untuk mereprentasikan manusia, rumah,mobil, awan,dan sebagainya; mereka mulai menggunakan bahasa dan terlibat dalam permainan pura-pura. Meskipun di dalam sub-tahap ini anak-anak kecil sudah membuat kemajuan yan g berarti, pemikiran mereka masih terbatas; dan bentuk keterbatasan ini adalah egosentrisme dan animisme.


1.a Egosentrisme
Egosentrisme (egosentrism) adalah ketidak mampuan membedakan antara perspektifnya sendiri  dan perspektif orang lain. Piaget dan Barbel  Inhelder (1969) awalnya mempelajari  egoseantersme  anak-anak kecil dengan membagi tugas mengenai tiga gunung.
1.b Animisme
Animisme (animism), keterbatasan lain dari pemikiran praopresional, adalah keyakinan bahwa benda-benda mati memiliki kualitas yang seolah-olah hidup dan mampu bereaksi. Seorang anak kecil mungkin memperlihatkan animisme ketika  mengatakan,’’Pohon itu mendorong daun , sehingga pohonnya jatuh,’’ atau’’ Trotoar itu membuat saya marah; tritoaritu membuat saya jatuh .’’ seorang anak kecil yang mengunakan animisme sulit membedakan antara peristiwa-peristiwa yang tepat bagi penggunaan perspektif manusia dan bukan manusia.
            Hal itu mungkin disebabkan anak-anak kecil tidak terlalu menatuh perhatian pada realitas; hasil gambar mereka bersifat khayalan dan berdaya-cipta. Matahari  yang berwarna biru, langit yang berwarna kuning , dan mobil yang melayang di awan, semuanya adalah dunia simbolis dan imajinatifnya. Seorang anak tiga setengah tahun melihat hasil coretannya  yang baru saya selesai digambarnya  kemudian  mendeskripsikannya sebagai seekor perilaku  yang sedang mencium seekor anjing laut.
1.c Subtahap Berpikir Intutif
Subtahap berpikir intuitif adalah subtahap kedua dari berpikir prapresional dan berlangsung ketika  anak berusia antara 4 hingga 7 tahun.  Pada subtahap ini anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban terhadap setiap jenis pernyataan. Seorang anak yang berusia 4 tahun dan berada di subtahap berfikit intutif. Meskipun ia mulai mengembangkan ide-idenya sendiri mengenai dunia dimana ia tinggal, idenya masih sederhana , dan ia belum terlalu baik dalam menyelesaikan masalah .Ia memiliki kesulitan dalam memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi namun tidak bisa melihatnya.
            Pemusatan dan Keterbatasan Pemikiran Praopresional salah satu adalah pemusatan, yakni memusatkan atensi pada sebuah katakteristik sehingga mengesampingkan karakteristik lainnya. Pemisatan adalah gejala yang paling jelas muncul pada anak-anak kecil yang belum memiliki konserfasi , yakni kesadaran bahwa mengubah suatu objek atau suara substansi tidak mengubah properti dasarnya . sebagai contoh , orang dewasa pasti memahami betul bahwa cairan akan tetap sama meskipun bentuk wadahnya berbeda . hal ini tidak jelas bagi anak-anak kecil,mereka justru terpaku pada ketinggian cairan yang berada dalam wadah; mereka memfokuskan karakteristik wadah sehingga mengesampingkan karakteristik lainnya.
B .TEORI VYGOTSKY’S
Teori Piaget merupakan teori perkembangan yang utama. Teori perkembangan lain yang berfokus koqnisi anak-anak adalah teori vygotsky’s. seperti piaget vygotsky (1962) menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan dan pemahamannya. Sedangkan menurut teori piaget anak-anak mengembangkan cara berfikir dan memahami melalui tindakan dalam interaksi mereka dengan dunia secara fisik. Perkembangan koqnitif anak tergantung pada perangkat yang disediakan oleh lingkungan , dan pikiran mereka dibentuk oleh konteks kultural di mana mereka tinggal (Gredler, 2008; Holzman, 2009). Di bab 1, kami mendeskripsikan beberapa gagasan dasar mengenai teori vygotsky’s disini kita akan melihat lebih dekat ide-ide tentang pandangan mengenai peran bahasa dalam perkembangan koqnitif.

1. Zona Perkembangan Proksimal
Keyakinan vygotsky’s mengenai pentingnya pengaruh-pengaruh sosial khususnya instruksi dalam perkembangan koqnitif anak-anak tercermin didalam kosepnya yaitu zona perkembagan proksimal. Dengan istilah rentang tugas-tugas yang terlalu sulit bagi anak untuk dikuasai sendiri nnamun dapat dipelajari melalui bimbingan atau bantuan dari orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil. ZPD menangkap keterampilan koqnitif anak yang berada didalam proses pematangan dan dapat dicapai melalui bantuan dari orang dari orang yang lebih terampil.
2. Scaffolding
Scaffolding berarti mengubah level dukungan. Sepanjang sesi pengajaran, seorang yang lebih terampil (guru atau kawan yang lebih pandai) dapat menyesuaikan besarnya bimbingan yang diberikan, dengan prestasi anak. Ketika siswa mempelajari suatu tugas baru, orang yang terampil dapat menggunakan intruksi langsung. Seiring dengan meningkatnya kompetensi siswa, bimbingan dapat dikurangi.
3. Bahasa dan Pemikiran
Menurut vygotsky, tujuan dari percakapan yang dilakukan anak-anak sebetulnya tidak hanya untuk melakukan komunikasi sosial namun juga untuk membantu mereka dalam menyelesaikan tugas. Penggunaan bahasa untuk meregulasi diri ini disebut private speech. Dalam pandangan piaget, private speech merupakan sesuatu yang bersifat egosentris dan tidak matang, namun bagi vygotsky private speech merupakan sarana berpikir yang penting dimasa kanak-kanak awal.anak-anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat berfokus ke dalam pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak-anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa selama periode waktu yang lama, sebelum akhirnya mereka mampu melakukan transisi ini terjadi antara usia 3 higga 7 tahun dan mencakup berbicara pada diri sendiri.
Vygotsky berkeyakinan bahwa anak-anak yang menggunakan private speech dalam jumlah banyak adalah anak-anak yang lebih memiliki kompetensi sosial dibandingkan mereka yang tidak. Para peneliti juga telah menemukan bahwa anak-anak yang menggunakan private speech menjadi lebih perhatian dan meningkat prestasinya dibandingkan anak-anak yang tidak menggunakan private speech.
4. Strategi pengajaran
Berikut adalah beberapa cara dimana teori vigotsky dapat digunakan didalam kelas:
Ø  Menilai ZPD anak. Seperti Piaget, Vygotsky tidak merekomendasi tes-tes formal dan terstandardisasi sebagai cara terbaik dalam menilai kegiatan pembelajaran anak-anak. Seorang pelatih yang terampil akan menyajikan kepada anak tugas-tugas dengan kesulitan yang bervariasi untuk menentukan level yang terbaik dalam memulai intruksi.
Ø  Menggunakan zona perkembangan proksimal dalam mengajar. Mengajar sebaiknya dimulai dengan mengarah daerah batas atas, supaya anak dapat meraih sasaran melalui bantuan serta beranjak ke level keterampilan dan pengetahuan yang lebih tinggi. Anda dapat memperhatikan dan menghargai latihan anak atau menawarkan dukungan ketika anak lupa apa yang harus diperbuat.
Ø  Menggunakan kawan-kawan sebaya yang lebih terampil sebagai guru. Anak-anak juga memperoleh keuntungan melalui dukungan dan bimbingan yang diberikan oleh anak-anak yang lebih terampil.
Ø  Tempatkan intruksididalam konteks yang bermakna. Kini para pendidik sudah meninggalkan penyajian materi secara abstrak, kini mereka lebih banyak menyediakan kesempetan untuk memperoleh pengalaman belajar didalam lingkungan dunia yang nyata.
Ø  Mengubah ruang kelas dengan ide-ide Vygotsky. Anak-anak dapat membaca suatu cerita kemudian menginterpretasikan artinya. Sebagian besar aktivitas itu dilakukan dalam kelompok kecil.
C. PEMROSESAN INFORMASI
       Belakangan ini, pendekatan pemrosesan informasi telah menghasilkan riset yang memberikan penerangan mengenai bagaimana anak-anak memproses informasi di masa prasekolah.
1. Atensi
Kemampuan anak untuk memberikan perhatian meningkat secara signifikan selama masa prasekolah . anak kecil yang baru belajar berjalan, berkeliling disekitarnya, mengalihkan perhatian dari akivitas yang stu ke aktivitas lainnya, dan tampak bahwa perhatiannya pada objek atau peristiwa apa pun hanya berlangsung sebentar.
2. Memori
Memori atau ingatan mengenai informasi sepanjang waktu merupakan sebuah proses yang utama didalam perkembangan kognitif anak-anak. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan memori seorang anak kecil:
Ø  Terdapat perbedaan usia berkaitan dengan kepekaan anak terhadap sugesti. Anak-anak prasekolah adalah kelompok usia yang paling mudah disugesti dibandingkan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.
Ø  Perbedaan individual dalam kepekaan. Beberapa anak prasekolah sangat resisten terhadap sugesti dari pewawancara, sementara anak-anak lainnya langsung menerima sugesti kecil sekalipun.
Ø  Teknik-teknik wawancara dapat menagakibatkan distorsi yang bersifat substansial dalam laporan anak mengenai peristiwa-peristiwa yang sangat mencolok. Sugesti anak-anak tidaklah hanya yang berkaitan dengan detail-detail yang bersifat pemukaan saja, namun juga mengenai aspek-aspek sentral dari suatu peristiwa.
Ø  Singkatnya, benar tidaknya kesaksian yang diberikan oleh anak-anak kecil, tergantung pada sejumlah faktor seperti, tipe, jumlah, dan intensitas dari teknik-teknik sugesti yang telah dialami anak. Tampaknya reliabilitas dari laporan anak-anak kecil memiliki kaitan erat dengan keterampilan dan motivasi dari pewawancara maupun daengan keterbatasan alamiah dalam memori anak kecil.
3. Strategi dan Pemecahan Masalah
Strategi terdiri dari aktivitas mental yang dilakukan secara sengaja untuk meningkatkan pemrosesan informasi.Selama masa kanak-kanak awal, anak-anak yang baru mulai berjalan dan mudah digerakan oleh stimulus itu, berubah menjadi seorang anak yang cakap, fleksibel,dan memecahkan masalah secara terarah. Jika seorang anak berusia 3 hingga 4 tahun gagal memahami bahwa kita di mungkinkan memberikan berbagai deskripsi terhadap stimulus yang sama, mereka akan terus bertahan untuk mendeskripsikan stimulus itu sebagai pengetahuan awalnya.
3.a PERUBAHAN PERKEMBANGAN
Theory of mind anak-anak berubah sejalan dengan perkembangan mereka dimasa kanak-kanak. Beberapa perubahan terjadi dimasa-masa awal perkembangan. Dari usia 18 bulan hingga 3 tahun, anak-anak mulai memahami tiga kondisi mental:
Ø Persepsi
Ketika berusia 2 tahun, anak menyadari bahwa orang lain melihat apa yang ada didepan mata mereka dan bukan apa yang ada didepan mata anak itu, dan pada usia 3 tahun, anak menyadari bahwa anak melihat menjadikannya mengetahui apa yang ada didalam sebuah kotak mainan.
Ø Emosi
Anak mampu membedakan antara emosi-emosi positif dan emosi-emosi negatif. Seorang anak mungkin mengatakan “tomi merasa sedih”.
Ø Keinginan
Semua manusis memiliki keinginan. Namun, kapankah anak mulai menyadari bahwa orang lain mungkin berbeda dengan keimginannya? Anak balita memahami bahwa seandainya seseorang menginginkan sesuatu, orang itu akan mencoba mendapatkannya.
Seorang anak usia 2 hingga 3 tahun memahami bagaimana keinginan memiliki kaitan dengan aksi dan emosi-emosi sederhana. Anak-anak lebih sering dan lebih dulu mengacu pada keinginan daripada pernyataan kognitif seperti pemikiran dan pengetahuan.
Antara usia 3 hingga 5 tahun, anak-anak mulai memahami bahwa pikiran dapat merepresentasikan objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara akurat maupu tidak akurat. Dalam sebuah studi klasik mengenai keyakinan yang keliru, anak-anak kecil diperlihatkan sebuah kotak plester vdan diminta untuk menebak isinya. Namun, terdapat banyak alasan untuk mempertanyakan fokus momen penting ini dalam perkembangan theory of mind. Setelah usia prasekolah anak-anak memiliki apresiasi mendalam terhadap pikiran dan tidak sekedar memehami kondisi mental. Mereka juga mualai berkembang dari hanya sekedar memahami bahwa keyakinan dapat keliru, menjadi mampu menyadari bahwa peristiwa yang sama dapat terbuka terhadap berbagai interprestasi.
            Meskipun sebagian besar peneliti theory of mind berfokus anak-anak pada sekitar atau sebelum usia prasekolah, pada usia 7 tahun dan sesudahnya terdapat perkembangan penting dalam kemampuan memahami keyakinan dan pemikiran orang lain. Memahami bahwa orang akan memiliki interpretasi yang berbeda itu penting, demikian pula dengan mengetahui bahwa beberapa interprestasi dan keyakinan harus dievaluasi berdasarkan aargumen dan bukti-bukti. Dimasa remaja awal, anak-anak mulai memahami bahwa orang dapat memiliki perasaan ambivalen. Mereka akan mulai mengetahui bahwa orang yang sama dapat merasa senang sekaligus sedih mengenai suatu kejadian. Anak-anak juga lebih terlibat dalam pemikiran rekursif: memikirkan apa yang dipikirkan orang lain.

3.b PERBEDAAN INDIVIDUAL
Sebagaimana dalam penelitian perkembangan lainnya, terdapat perbedaaan individual dalam kapan anak-anak mencapai tahapan tertentu pada theory of mind mereka. Sebagai contoh anak-anak yang berkomunkasi kepada orang tuanya tentang perasaan mereka ketika berusia 2 tahun biasanya menunjukan performa yang baik dalam tugas-tugas theory of mind, demikian pula dengan anak-anak yang sering melakukan permainan peran.

3. PERKEMBANGAN BAHASA
Anak berusia dibawah tiga tahun memperlihatkan perkembangan yang agak cepat dari awalnya hanya mampu menghasilkan ungkapan dua kata, menjadi mampu mengabungkan, empat, dan lima kata. Ketika anak-anak kecil mempelajari fitur-fitur spesial bahasanya sendiri, terdapat keteraturan dalam cara mereka memperoleh bahasa tertentu. 
A. MEMAHAMI FOMOLOGI DAN MORFOLOGI
Selama masa prasekolah, kebanyakan anak-anak secara bertahap menjadi lebih sensitif terhadap bunyi dari kata-kata yang diucapkan dan menjadi semakin mampu menghasilkan semua bunyi dari bahsa mereka. Ketika pemahaman sudah melampaui ungkapan yang terdiri dari dua kata mereka mendemonstrasikan pengetahuan mengenai morfologi. Beberapa bukti terbaik yang memperlihatkan perubahan anak-anak dalam menggunakan aturan-aturan morfologi adalah  dalam overgeneralisasi mereka terhadap aturan-aturan, seperti ketika seorang anak prasekolh mengatakan “foot” dan buka “feet” atau “goet” dan bukan “went”.
Dalam sebuah eksperimen klasik yang dirancang untuk mempelajari ilmu pengetahuan anak-anak mengenai aturan-aturan morfologi, seperti bagaimana membuat kata jamak (plura) , jeanberko (1958) menyajikan kartu-kartu kepada mereka. Tugas ini mungkin tampaknya mudah, namun berko tertarik pada kemampuan ank-anak untuk mengaplikasikan morfologis yang sesuai, dalam kasus ini adalah untuk mengatakan “wugs” dengan bunyi z yang mengindikasikan plural. Meskipun jawaban anak-anak tidak sempurna, jawaban itu bukan hanya bersifat kebetulan saja. yang membuat study berko mengesankan adalah kata-kata itu disusun untuk eksperimen. Dengan demikian, anak-anak tidak dapat mendasarkan respons mereka pada ingatan terdapat kata-kata yang pernah didengar dimasa lalu.
1. Perubahan Dalam Sintaksis dan Semantik
Anak-anak prasekolah juga mempelajari dan menerapkan aturan-aturan sintaksis mereka memperlihatkan kemajuan dalam menguasai aturan-aturan komppleks yang berkaitan dengan cara mengurutkan kata-kata. Ambil saja contoh pertanyaan wh seperti(where is daddy going? Kemana ayah pergi) atau (what is that boy going?) apa yang dilakukan anak laki-laki? Masa kanak-kanak awal juga ditandai oleh adanya pemahaman mengenai semantik. Beberapa ahli menyimpulkan bahwa antara usia 8 bulan hingga 6 tahun anak-anak kecil belajar mengenai sebuah kata baru setiap jam (kecuali ketika tidur), (gelman dan kalis, 2006). Ketika mereka memasuki kelas satu sekolah dasar diperkirakan anak-anak sudah mengenal 1400 kata (clark, 1993).
2.  Kemajuan Dalam Pragmatik
Didalam perkembangan bahsa aank-anak kecil juga terjadi perubahan pragmatik dibandingkan anak-anak usia dua tahun, seorang anak berusian 6 tahun memiliki kemampuan bercakap-cakap yang jauh lebih baik. Seiring dengan bertambahnya usia, anak0 anak mejadi lebih mampu membicarakan hal-hal yang tidak terlihat dihadaannya (misalnya rumah nenek) dan bukan terjadi sekarang (misalnya apa yang terjadi kemaren atau apa yang terjadi besok). Ketika berusia 4-5 tahun, anak belajar mengubah gaya bicara mereka agar sesuai dengan situasinya demikian pula anak-anak itu akan menggunakan gaya yang berbeda nterhadap orang dewasa, yaitu dengan kalimat yang lebih sopan dan formal.
3. Literasi Anak-anak Kecil
Para orang tua dan guru perlu memberikan dukungan kepada nak-anak agar dapat mengembangkan kemampuan literasinya (Cristie, Enz, dan Vukelickh, 2011; Reese Sparek dan Leyva 2010). Anak-anak harus menjadi partisipan yang aktif dan larut dalam berbagai pengalaman mendegar, berbicara, membaca, dan ,enulis yang menarik. Suatu study mengungkap bahwa anak-anak yang ibunya bependidikan lebih memiliki tingkat literasi yang tinggi daripada anak-anak yang ibunya kurang berpendidikan. Instruksi harus dibangun atas apa yang telah diketahui oleh anak-anak mengenai bahasa lisan, membaca, dan menulis. Lebih jauh, keberasilan literasi dan akademis anak-anak didahului oleh keterampilan berbahasa, pengetahuan fonologi dan sintaksis, identifikasi surat, serta pengetahuan konseptual mengenai media cetak dan fungsinya(morrow 2009; 0tt0 2010). Keterampilan bahasa dan kesiapan memasuki sekolah bagi anak-anak:
Ø Kesadaran fonologi, nama huruf dan pengetahuan mengenai bayi, serta kecepatan memberi nama pada anak berusia taman kanak-kanak berkaitan dengan keberhasilan membaca ditingkat pertama dan kedua.
Ø Lingkungan rumah di masa kanak-kanak awal memengaruhi keterampilan berbahasa, sehingga dapat memprediksi kesiapan anaka-anak dalam memasuki sekolah.
Ø Jumlah huruf yang diketahui oleh anak-anak di masa taman kanak-kanak sangat berkorelasi (0,52) dengan prestasi  membaca di sekolah menegah atas. Kemajuan berbahasa yang terjadi dimasa kanak-kanak awal menjadi dasar perkembangan di masa sekolah dasar.

4. PENDIDIKAN DI MASA KANAK-KANAK AWAL
Dalam banyak cara, pendekatan reggio-emilia menerapkan gagasan-gagasan yang konsisten dengan pandangan piaget dan vygotsky sebagaimana yang di diskusikan didalam bab ini. Penjelasan kami mengenai masa kanak-kanak awal berfokus variasi program, pendidikan bagi anak-anak yang tidak beruntung, serta beberapa kontroversi pendidiksn dimasa kanak-kanak awal.
A. Variasi didalam pendidikan masa kanak-kanak awal
Dasar dari pendidikan masa kanak-kanak awal adalah taman kanak-kanak yang berpusat pada anak. Ditaman kanak-kanak yang berpusat pada anak, pengasuh masih merupakan hal yang penting. Taman kanak-kanak seperti ini menekankan pendidikan secara keseluruhan dan menaruh perhatian pada perkembangan fisik, kognitif, dan sosialemosi anak-anak.  Taman kanak-kanak yang berpusat pada anak mempertahankan tiga prinsip: setiap anak mengikuti sebuah perkembanangan yang unik; anak-anak kecil secara terbaik belajar melalui pengalaman langsung dengan berbagai orang dan materi dan bermain merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak secara total.




5. PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL

Perkembangan emosi dan sosial anak usia prasekolah ditentukan oleh kualitas hubungan anak dan keluarga.

Gaya pengasuhan yang berbeda pada setiap orangtua akan mempengaruhi.
a. Kepribadian anak
b. Kegiatan bermain

A.  KELUARGA
Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial dalam keluarga :

Ø Gaya pengasuhan
Gaya pengasuhan orang tua, secara relatif stabil untuk jangka waktu yang cukup lama.
Ø Hubungan Antar Saudara
Hubungan anak dengan orangtua lebih positif dan bervariasi dari pada dengan saudara kandung.
Ø Keluarga yang berubah
Tak selalu keluarga utuh. Perceraian menyebabkan keluarga berubah. Kondisi-kondisi yang membawa pengaruh terhadap perkembangan sosial anak :
Ø Perceraian
Perceraian adalah peristiwa yang sangat emosional dan membenamkan anak ke dalam konflik.

B. TEMAN SEBAYA
Salah satu fungsi terpenting teman sebaya adalah sebagai sumber informasi dan bahan pembanding di luar lingkungan keluarga.Melalui teman anak memperoleh umpan balik tentang kemampuan yang dimilikinya.

C. BERMAIN
Bermain merupakan hal yang essensial bagi kesehatan anak. Adapun manfaat bermain adalah :
Ø  Meningkatkan kerjasama, tanggung jawab.
Ø  Menghilangkan ketegangan
Ø  Meningkatkan perkembangan kognitif
Ø  Meningkatkan eksplorasi
Ø  Memperluas kesempatan bagi anak untuk mengobrol dan berinteraksi dengan teman sebaya.




PERKEMBANGAN KANAK-KANAK AKHIR

6. PERKEMBANGAN FISIK
A. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUBUH
1. Tinggi dan Berat
Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak tengah-akhir tidak secepat pada masa-masa awal. Perbedaan yang besar muncul dalam tinggi dan berat. Anak-anak tumbuh sekitar 5-8 cm tiap tahunnya antara usia 6 dan 11 tahun dan berat badan meningkat kira-kira dua kali lipat selama pada masa ini. Anak perempuan mempertahankan sedikit lebih banyak lapisan lemak dari pada anak laki-laki, suatu karakteristik yang akan bertahan sampai masa dewasa.
2. Otak
Salah satu yang terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini adalah pertumbuhan otak dan system syaraf. Otak dan kepala merupakan bagian yagn tumbuh paling cepat. Meningkatnya ukuran otak disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran syaraf-syaraf dalam, dan diantaranya bagian-bagian otak. Peningkatan ukuran otak disebabkan oleh peningkatan mielinisasi yaitu proses dimana sel-sel syaraf dilapisi dan diisolasi oleh sebuah lapisan sel-sel lemak, efeknya dapat meningkatkan kecepatan dan ketepatan penyaluran informasi melalui system syaraf. Mielinisasi penting bagi pendewasaan anak, peningkatan kematangan otak dikombinasikan untuk memperoleh pengalaman dan pemunculan kemampuan kognitif.

3. Perkembangan Motorik Kasar
Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.

4. Perkembangan Motorik Halus
Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok, termasuk contoh gerakan motorik halus.


7. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Menurut Piaget (1952) masa kanak-kanak adalah masa praoperasional. Anak-anak prasekolah membentuk konsep yang stabil, dan mereka memulainya dari akal, tetapi pikiran mereka rusak karena egosentris dan sistem kepercayaan magis.
A. PENDEKATAN PIAGET: OPERASIONAL KONKRET
Piaget mengemukakan bahwa tahap operational concrete terbentuk kira-kira pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan operasi konkrit, dan berpikir secara logika selama dapat diaplikasikan secara spesifik ataupun contoh yang spesifik. Ingat bahwa operasi adalah tindakan mental yang bersifat reversibel, dan operational concrete dapat diaplikasikan secara nyata, benda-benda konkrit.
Sesuai dengan contoh mengenai operational concrete dimana sebuah 2 bola lilin dibentuk dalam bentuk yang berbeda tetapi tetap memiliki jumlah yang sama. Bola pertama dibentuk tipis dan yang kedua dibentuk tetap. Anak-anak pada usia kanak-kanak awal mengatakan bahwa yang berbentuk tipis lebih banyak daripada yang berukuran bulat, sedangkan anak-anak masa akhir mengatakan keduanya memiliki jumlah yang sama. Untuk menjawab permasalahan secara tepat, anak- anak harus mengimajinasikan lilin tersebut di rolling menjadi bulat. Tipe imajinasi ini melibatkan action mental reversible ke realita dan objek konkret. Concrete operations memungkinkan anak untuk mempertimbangkan beberapa karakterisktik daripada berfokus pada satu dari obyek tersebut. Pada contoh lilin tersebut, anak – anak hanya berfokus pada tinggi dan lebar dari benda sedangkan pada anak – anak concrete preoperational mendapatkan informasi dari kordinat dari berbagai dimensi.
Anak yang telah mencapai tahap concrete operational juga mampu dalam seriation, dimana kemampuan tersebut mampu menstimulasi sepanjang dimensi kuantitatif (contohnya panjang). Seperti contoh, seorang guru meletakkan 8 buah tongkat dalam ukuran panjang yang berbeda dan guru meminta mereka untuk mengurutkannya. Namun, anak –anak mengurutkannya berdasarkan ukuran ‘besar’ dan ‘kecil’ daripada mengurutkannya sesuai ukuran. Seharusnya pengurutannya berdasarkan dari pendek ke panjang.
B. MENGEVALUASI TAHAP OPERASI KONKRET PIAGET
   Menurut Piaget, aspek yang berbeda pada tiap tahap dapat muncul dalam waktu yang bersamaan. Faktanya, bagaimanapun kemampuan concrete operational tidak dapat muncul secara sinkron. Sebagai contoh, anak-anak tidak dapat belajar pengawetan secara bersamaan dengan belajar klasifikasi silang.
Sejauh ini, edukasi dan budaya memiliki pengaruh yang kuat dalam perkembangan anak daripada apa yang Piaget kemukakan (Morrison, 2015).
Neo-Piagetions berpendapat bahwa apa yang dikatakan Piaget adalah benar tetapi beberapa teorinya memerlukan perbaikan. Mereka memberikan beberapa tekanan bagaimana anak menggunakan atensi, memori dan strategi untuk memproses informasi (Case & Mueller, 2001).
8. CAKUPAN BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment,dan handicaped. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:

A. IMPAIRMENT
Impairment merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.

B. DISABILITY
Disability merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.

C. HANDICAPED
Handicaped merupakan ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disabilityyang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu. Handicaped juga bisa diartikan  suatu keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya fungsi organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
 karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
9. JENIS-JENIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. KELAINAN MENTAL TERDIRI DARI :

1. Mental Tinggi
Sering dikenal dengan anak berbakatintelektual, di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas.

2. Mental Rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rerata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak yang memilki IQ antara 70 – 90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.

3. Berkesulitan Belajar Spesifik
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang akademik tertentu.

B. KELAINAN FISIK MELIPUTI :

1. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy (kelayuhan otak), amputasi (kehilangan organ tubuh), polio, dan lumpuh.

Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

2. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)
tunanetra menurut adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaantulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS.


3. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
Ø Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)
Ø Gangguan pendengaran ringan(41-55dB)
Ø Gangguan pendengaran sedang(56-70dB)
Ø Gangguan pendengaran berat(71-90dB)
Ø Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB)
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkankomunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

4. Kelainan bicara (Tunawicara)
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan bicara.

10. ADHD (Attention Deficit and Hiperactivity Disorder)

 

ADHD atau " Attention Deficit Hyperactivity Disorder "adalah salah satu gangguan yang paling umum yang terjadi di masa kecil. Kondisi ini dapat terus menjadi masa remaja, dan dalam beberapa kasus, sepanjang masa dewasa.


Kondisi ini ditandai dengan berbagai jenis kesulitan. Yang paling masalah umum yang terjadi adalah komplikasi yang terkait dengan memperhatikan, mengalami serangan sedang sampai berat hiperaktif, dan isu-isu yang terkait dengan pengendalian impuls yang berhubungan dengan perilaku.

A. BEBERAPA DEFINISI PENGERTIAN ADHD

ADHD didefinisikan sebagai:

Ø  Gangguan perilaku neurobiologis yang ditandai dengan tingkat inatensi yang berkembang tidak sesuai dan bersifat kronis dan dalam beberapa kasus disertai hiperaktivitas.
Ø  Gangguan biokimia kronis dan perkembangan neurologis yang mempengaruhi kemampuan seseorang untukmengatur dan mencegah perilaku serta mempertahankan perhatian pada suatu tugas .
Ø  Inefisiensi neurologis pada area otak yang mengontrol impuls dan pada pusat pengambilan keputusan (regulasi dan manajemen diri)
Dengan demikian Attention Deficit Hyperactivity  Disorder (ADHD) dapat disimpulkan “sebagai gangguan aktivitas dan perhatian (gangguan hiperkinetik) adalah suatu gangguan psikiatrik yang cukup banyak ditemukan dengan gejala utama inatensi (kurangnya perhatian), hiperaktivitas, dan impulsivitas (bertindak tanpa dipikir) yang tidak konsisten dengan tingkat perkembangan anak, remaja, atau orang dewasa”.

B. KARAKTERISTIK INATENSITAS (ADD)

Ø  Mudah terganggu perhatiannya oleh lingkungan sekitar (suara, gerakan)
Ø  Terlihat tidak mendengarkan ketika diajak bicara secara langsung
Ø  Sulit memusatkan perhatian pada tugas dan aktivitas bermain
Ø  Lupa dengan aktivitas harian
Ø  Tidak mengikuti perintah dan gagal untuk menyelesaikan tugas sekolah atau pekerjaan (bukan karena tidak mengerti)
Ø  Menghindar, tidak menyukai pekerjaan yang membutuhkan usaha pemikiran seperti tugas sekolah
Ø  Kehilangan benda-benda yang dibutuhkan untuk  menyelesaikan tugas atau beraktivitas
Ø  Sulit untuk mengorganisir tugas dan akitivitas
C. KARAKTERISTIK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
Ø  Selalu bergerak
Ø  Sering gelisah dengan tangan atau kaki atau sering bergerak-gerak saat duduk
Ø  Sering meninggalkan tempat duduk saat di dalam kelas atau situasi lain dimana duduk diam diperlukan atau diharapkan, mengharuskan duduk lama.
Ø  Sering lari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak sesuai (tak bisa diam)
Ø  Sering mengalami kesukaran mengikuti permainan atau aktivitas yang membutuhkan ketenangan (main catur, halma dsb.)
Ø  Selalu dalam keadaan bergerak atau sering melakukan aktivitas seolah-olah mengendarai motor
Ø  Sering berbicara berlebihan, banyak bicara
Ø  Sulit bermain dalam keadaan tenang



11. INTELIGENSI
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. 

A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELIGENSI

1. Faktor bawaan atau keturunan

Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

2. Faktor lingkungan

Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.

B. INTELIGENSI DAN IQ

Orang seringkali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Arti inteligensi sudah dijelaskan di depan, sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental Age) dengan umur kronologik (Chronological Age). Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.
C. PENGUKURAN INTELEGENSI
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun. Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini.
 Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak. Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
12. PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa adalah sebuah sistem komunikasi yang terdiri atas kata-kata dan simbol-simbol yang digabungkan dalam suatu aturan dan digunakan untuk menghasilkan pesan dalam jumlah tak terbatas. Bahasa menyediakan berbagai macam keperluan untuk anak anak yang sedang berkembang; yang membantu dia berintaksi dengan orang lain. Bahasa memberikan berbagai macam keperluan untuk periode anak yang sedang berkembang, yang membantu anak dalam berinteraksi dengan orang lain, mengkomunikasikan informasi, mengekspresikan perasaannya, keinginan, dan pandangan.
 Anak-anak dapat menggunakan bahasa untuk mempengaruhi perilaku orang lain, untuk mengeksplorasi dan belajar tentang lingkungan mereka, dan untuk diri dari kenyataan dengan menggunakan imajinasi mereka. Bahasa membantu anak untuk mengatur persepsi dan pemikiran, mengendalikan tindakan mereka, dan bahkan untuk memodifikasi emosi mereka. Salah satu bagian terpenting dalam proses belajar pada perkembangan anak adalah pengembangan komunikasi komunikatif dimana anak anak mengalami kemampuan dalam menyampaikan pikiran, perasaan, dan niat dalam cara yang berarti dan budaya. Komunikasi didefinisikan kedalam dua proses yaitu kita mengirim dan menerima pesan kepada orang lain.
A. KOMPONEN-KOMPONEN DALAM BAHASA
1.Fonologi(Phonology)
            Fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bunyi atau fonem, termasuk aturan-aturan yang digunakan untuk membentuk kata.Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip kedengarannya dan disebut sebagai dasar dalam bahasa karena dapat mempengaruhi makna,dan mengubah arti dari sebuah kata. Misalnya “pola” dengan “bola”.

2.Semantik(Semantics)
            Semantik merupakan ilmu yang mempelajari tentang makna dan kombinasi kata seperti pada frasa, klausa, dan kalimat. Pemahaman bahasa memerlukan bukan hanya pengetahuan, dan arti dari kata-kata tertentu, tetapi juga pemahaman tentang bagaimana kita menggunakan kata-kata dan bagaimana kita menggabungkan mereka dalam frasa dan kalimat. Dengan demikian sebagai manusia yang terus mengalami perubahan, maka pengetahuan semantik pun terus berkembang. Misalnya sebagai mahasiswa baru di Fakultas Psikologi, harus mempelajari kosa kata dari segi psikologis.
3.TataBahasa(Grammar)
            Tata Bahasa menjelaskan tentang struktur dari bahasa, dan terdiri dari dua bagian utama, yaitu: morfologi dan sintaksis. morfologi berkonsentrasi pada unit terkecil dari makna dalam bahasa. seperti prefiks, sufiks. dan akar kata. Unit-unit ini disebut morfem. Sintaksis merupakan aspek dari bahasa mengkhususkan kepada bagaimana kata dikombinasikan kedalam frasa, klausa, dan kalimat. Misalnya, setiap bahasa memiliki aturan sintaksis yang mengungkapkan tentang hubungan ketatabahasaan seperti negasi, kepemilikan interogasi, dan penyusunan subyek dan obyek dalam pernyataan.
4.Pragmatik(Pragmatic)
            Pragmatik merupakan seperangkat aturan yang menspesifikasikan bahasa yang sesuai untuk konteks sosial tertentu. Jadi, pragmatik secara langsung menyangkut komunikasi yang efektif dan tepat.

B. PERKEMBANGAN BAHASA PADA MASA KANAK-KANAK TENGAH
1. Kosa kata telah berkembang
Kosa kata telah berkembang dimana kemampuan anak untuk menggunakan kata-kata seperti kata kerja bertambah, seperti dalam menggambarkan suatu tindakan seperti memukul, menampar, menggebuk, menghantam. Anak-anak mengerti bahwa sebuah kata memiliki lebih dari satu makna, dan mengetahui dalam konteks mana itu dimaksudkan.
2. Pengunaan tata bahasa
Dalam penggunaan tata bahasa, anak anak pada masa ini belum menggunakan kata-kata berbentuk pasif, bentuk kata yang mencakup kata bantu have, dan kalimat bersyarat.
3. Pragmatik (pragmatics)
Pragmatik (pragmatics) merupakan wilayah utama pertumbuhan linguistik selama masa-masa sekolah. Anak- anak pada usia ini dapat mengenali kegagalan komunikasi dengan cepat dan melakukan sesuatu untuk memperbaikinya. Komunikasi anak-anak juga lebih kolaboratif ketika bekerja dengan pasangan yang berjenis kelamin sama.

13. PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL
Perkembangan emosi dan sosial pada anak ditentukan oleh kualitas hubungan anak dan keluarga.
Gaya pengasuhan yang berbeda pada setiap orangtua akan mempengaruhi.
a. Kepribadian anak
b. Kegiatan bermain

A.  KELUARGA
Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial dalam keluarga :

Ø Gaya pengasuhan
Gaya pengasuhan orang tua, secara relatif stabil untuk jangka waktu yang cukup lama.
Ø Hubungan Antar Saudara
Hubungan anak dengan orangtua lebih positif dan bervariasi dari pada dengan saudara kandung.
Ø Keluarga yang berubah
Tak selalu keluarga utuh. Perceraian menyebabkan keluarga berubah. Kondisi-kondisi yang membawa pengaruh terhadap perkembangan sosial anak :
Ø Perceraian
Perceraian adalah peristiwa yang sangat emosional dan membenamkan anak ke dalam konflik.

B. TEMAN SEBAYA
Salah satu fungsi terpenting teman sebaya adalah sebagai sumber informasi dan bahan pembanding di luar lingkungan keluarga.Melalui teman anak memperoleh umpan balik tentang kemampuan yang dimilikinya.

C. BERMAIN
Bermain merupakan hal yang essensial bagi kesehatan anak. Adapun manfaat bermain adalah
Ø  Meningkatkan kerjasama, tanggung jawab.
Ø  Menghilangkan ketegangan
Ø  Meningkatkan perkembangan kognitif
Ø  Meningkatkan eksplorasi
Ø  Memperluas kesempatan bagi anak untuk mengobrol dan berinteraksi dengan teman sebaya.

D. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

1.  Jati  diri
Jati diri
adalah dimana anak merasa bahwa dirinya adalah miliknya sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Misalnya :  Kasih saying dan pujian yang diberikan oleh orangtua kepada anak akan membentuk jati diri yang positif.
2Peran jenis kelamin
Peran jenis kelaminadalah salah satu harapan yang bersifat sosial tentang bagaimana seseorang harus bertindak dan berfikir baik sebagai perempuan ataupun sebagai laki-laki, misalnya : seorang anak laki-laki menginginkan benda dan mainan laki-laki.

3.Perkembangan moral
Perkembangan moral, hal ini berkaitan dengan peraturan dan kebiasaan yang seharusnya dilakukan oleh seseorang dalam rangka berhubungan dengan orang lain. 

E. DISIPLIN
Disiplin adalah suatu pembatasan yang dikenakan kepada anak dalam rangka pendidikan anak, ada beberapa bentuk disiplin yang biasa diterapkan orang tua yaitu :
1. Disiplin dengan pemaksaan
disiplin ini dilaksanakan dengan cara :  hukuman fisik, pemaksaan dan kekuasaan secara langsung, mengurangi pemberian materi, membatasi previllese.

2. Disiplin tanpa paksaan
Disiplin tanpa paksaan adalah konsekuensi disiplin terhadap perilaku anak. Ada dua teknik disiplin yang tergolong jenis ini, yaitu ;
Ø Tehnik disiplin yang berbentuk cinta-menolak. Dalam hal ini orangtua tidak memberikan hukuman fisik melainkan dengan cara :  mengabaikan, menunjukan ketidaksenangan.
Ø Tehnik Pembawa, yaitu tehnik mendisiplinkan anak dengan cara memberi penjelasan atau alasan mengapa anak harus mengubah tingkah laku mereka.