INTELIGENSI
TEORI
INTELIGENSI
·
Faktor Analytic
Theories of Intelligence
Sejarahnya, teori
analitik faktor membentuk dua kubu: mereka yang menemukan teori faktor umum (g)
inteligensi dan orang-orang yang mendukung teori multiple-faktor.
Charles E. Spearman adalah salah satu pendukung awal faktor
pendekatan analitik untuk kecerdasan. Spearman mengusulkan teori dua faktor
kecerdasan untuk menjelaskan pola korelasi yang diamati antara tes kelompok
intelijen. Teori ini menyatakan bahwa faktor umum (g) ditambah satu atau faktor
yang lebih spesifik (s) per tes dapat menjelaskan kinerja pada tes kecerdasan.
Spearman memikirkan faktor g sebagai energi mental umum, dengan aktivitas
mental yang rumit yang mengandung jumlah terbesar dari g. Faktor ini terlibat
dalam operasi yang bersifat deduktif, terkait dengan keterampilan, kecepatan,
intensitas, dan tingkat output intelektual seseorang. Kegiatan kognitif yang
berhubungan dengan g adalah eduction hubungan (menentukan hubungan antara dua
atau lebih ide) dan eduction dari korelasi (menemukan ide kedua terkait dengan
yang dinyatakan sebelumnya satu)
“The g factor” merupakan indeks kemampuan mental umum atau kecerdasan dan mewakili "inventif" sebagai kontras dengan "reproduksi" aspek kemampuan mental (Jensen, 1979a). Tes dengan g beban tinggi memerlukan usaha mental yang sadar dan kompleks, seperti yang ditemukan tugas penalaran, pemahaman, dan hipotesis-pengujian. Rangsangan untuk tugas-tugas ini dapat baik yang dirasakan atau diambil dari memori. Sebaliknya, tes dengan g beban rendah kurang kompleks, menekankan proses seperti pengakuan, mengingat, kecepatan, kemampuan visual-motor, dan kemampuan motorik.
Meskipun bukti sangat mendukung gagasan bahwa g penting dalam kemampuan manusia, ini tidak berarti bahwa g adalah hal atau badan. Satu dapat menerima bukti Spearman g tanpa menerima penjelasan Spearman g sebagai "energi mental, atau penjelasan lain yang menunjukkan sesuatu kesatuan yang mendasari fenomena perilaku" (Humphreys, Parson, & Park, 1979, hal. 75).
Thorndike
Edward L. Thorndike dipahami kecerdasan sebagai produk dari sejumlah besar kemampuan intelektual yang saling berhubungan namun berbeda. Pandangan ini sekarang dikenal sebagai teori multifaktor. Aktivitas mental tertentu memiliki unsur kesamaan dan bergabung membentuk cluster. Tiga kelompok tersebut telah diidentifikasi: kecerdasan sosial (berhubungan dengan orang), beton (berurusan dengan hal-hal), dan abstrak (berurusan dengan simbol verbal dan matematika) (Thorndike, 1927). Konsepsi Thorndike didasarkan pada perspektif teoritis, bukan pada metode faktor analisis.
Thurstone
Pandangan dari kecerdasan manusia paling berbeda dari Spearman adalah bahwa Louis L. Thurstone. Thurstone menyatakan bahwa intelijen tidak dapat dianggap sebagai suatu sifat kesatuan. Dia beranggapan bahwa kecerdasan manusia memiliki organisasi yang sistematis tertentu, dengan struktur yang dapat disimpulkan dari analisis statistik dari pola interkorelasi ditemukan dalam kelompok tes. Menggunakan metode analisis faktor cocok untuk faktor menganalisa sekaligus (metode centroid), ia mengidentifikasi faktor-faktor berikut sebagai kemampuan mental yang utama: verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif, jumlah, memori hafalan, penalaran deduktif, kata kelancaran, dan ruang atau visualizaation. Thurstone percaya bahwa kecerdasan dapat dibagi ke dalam beberapa faktor, yang masing-masing memiliki bobot yang sama. Dia melanjutkan untuk mengembangkan Primer Mental Kemampuan Tes untuk mengukur faktor-faktor ini. Meskipun teori multidimensi Thurstone pada awalnya dihilangkan g sebagai komponen penting dari fungsi mental, faktor utama yang ditemukan berkorelasi cukup di antara mereka sendiri, yang mengarah Thurstone untuk mendalilkan adanya faktor orde kedua yang mungkin terkait dengan g.
Guilford
Teori multifaktor yang paling menonjol di Amerika Serikat adalah JP Guilford. Dia mengembangkan Struktur tiga dimensi model Akal sebagai alat untuk mengatur faktor-faktor intelektual ke dalam sistem. Salah satu dimensi merupakan operasi yang terlibat dalam pengolahan informasi, dimensi kedua merupakan isi, dan dimensi ketiga mewakili produk. Dengan kata lain, kegiatan intelektual dapat dipahami dalam hal jenis operasi mental yang dilakukan, jenis konten yang operasi mental yang dilakukan, dan produk yang dihasilkan. Model ini berpendapat lima operasi yang berbeda (kognisi, memori, produksi divergen, produksi konvergen, dan evaluasi), empat jenis konten (figural, simbolik, semantik, dan behaviorial), dan enam produk (unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi, dan implikasi). Dengan demikian, 120 kemungkinan faktor-5 operasi x 4 jenis konten x 6 isi produk -Apakah mendalilkan dalam model. Kombinasi dari satu elemen dari masing-masing tiga dimensi menghasilkan faktor, seperti kognisi unit semantik. Kognisi mengacu pada dimensi operasi, semantik dengan dimensi konten, dan unit dengan dimensi produk. Dalam hal ini, faktor mengacu pada mengetahui arti sebuah kata.
Vernon
Dalam teori hirarki Philip E. Vernon kecerdasan, g atau kemampuan umum di tingkat tertinggi. Dua faktor kelompok besar di tingkat berikutnya umum keterampilan di bidang verbal-pendidikan dan spasial-mekanik. Pada tingkat yang lebih rendah dari umum adalah subdivisi kecil dari faktor kelompok ini (atau faktor kelompok minor). Kemampuan kreatif, kefasihan lisan, dan faktor numerik adalah faktor kelompok kecil di bawah faktor informasi verbal-pendidikan, dan tata ruang, psikomotor, dan mekanik merupakan faktor kelompok kecil di bawah ruang-mekanik. Keterampilan lain yang lebih khusus (atau faktor spesifik) khas tes tertentu muncul di tingkat berikutnya. Faktor-faktor yang rendah dalam hirarki merujuk untuk mempersempit rentang perilaku, sedangkan yang tinggi dalam hierarki merujuk berbagai perilaku. Vernon percaya bahwa faktor kelompok umum (g) harus dipertimbangkan dalam setiap usaha untuk memahami kecerdasan. Keyakinan ini didukung oleh temuan interkorelasi positif subtantial antara hasil tes saat tes kognitif yang diberikan kepada penduduk yang cukup representatif.
Cattel dan Horn
Cattel dan Horn telah mengembangkan teori yang inovatif pada struktur intelijen. Teori mereka menyatakan bahwa ada dua jenis kecerdasan-cairan dan mengkristal. Kecerdasan cairan mengacu pada dasarnya nonverbal, relativitas efisiensi mental budaya bebas, sedangkan kecerdasan mengkristal mengacu keterampilan yang diperoleh dan pengetahuan yang sangat tergantung untuk pengembangan mereka pada paparan budaya. Kecerdasan cairan melibatkan kemampuan belajar adaptif dan baru dan berhubungan dengan operasi mental dan proses, sedangkan kecerdasan mengkristal melibatkan fungsi kognitif overlearned dan mapan dan berhubungan dengan produk mental dan prestasi.
Meningkat kecerdasan cairan sampai kadang-kadang selama masa remaja, ketika Plato; kemudian mulai menurun karena degenerasi bertahap struktur psikologis. Kecerdasan cairan juga lebih sensitif terhadap efek dari cedera otak. Kecerdasan mengkristal, yang mencerminkan asimilasi budaya, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di pendidikan formal dan informal di seluruh rentang kehidupan dan dengan demikian terus meningkat sampai dewasa tengah. Ini adalah melalui latihan kecerdasan cairan yang mengkristal intelijen berkembang.
Gustafsson
Jan-Eric Gustafsson mengusulkan model tiga tingkat untuk menjelaskan struktur kemampuan intelektual. Pada tingkat tertinggi adalah g (kecerdasan umum), yang mewakili konsepsi Spearman kecerdasan. Pada tingkat berikutnya tiga faktor yang luas: kecerdasan mengkristal (informasi verbal), kecerdasan cairan (kemampuan non verbal adaptif), dan kecerdasan umum.
·
Information Processing
Approaches To Intelligence
Campione, Brown, dan Borkowski
Joseph Campione dan Ann Brown digunakan kerangka pemrosesan informasi untuk mengembangkan teori umum inteeligence, yang diperluas oleh John Borbowski. Teori ini mendalilkan bahwa kecerdasan memiliki dua komponen dasar; sistem arhitectural, yang merupakan komponen struktural, dan sistem eksekutif, ahich merupakan komponen kontrol.
Sistem arsitektur. Sistem arsitektur mengacu biologis / properti berdasarkan genetika yang diperlukan untuk memproses informasi, seperti rentang memori, retensi stimulus jejak, dan efisiensi (atau kecepatan encoding dan decoding informasi). Keterampilan ini terkait erat dengan kemampuan persepsi dari individulas dan mencerminkan aktivitas sensorik dan integritas sistem saraf. Keterampilan relatif tahan terhadap perbaikan dengan lingkungan dan sangat penting untuk operasi kognitif dasar, seperti persepsi dan memori langsung. Dengan demikian sistem arsitektur sesuai dengan toko-toko besar, atau perangkat keras sistem.
Sifat struktur dalam sistem arsitektur termasuk kapasitas, atau jumlah ruang yang tersedia di unit (misalnya, jumlah slot memori jangka pendek dan jumlah pengajuan ruang dalam memori jangka panjang); daya tahan, atau tingkat di mana informasi yang hilang; dan efisiensi operasi, atau karakteristik duniawi terkait dengan pemilihan dan penyimpanan informasi (misalnya, kecepatan encoding, tingkat pencarian memori, kecepatan dengan yang perhatian swicthed, dan durasi kewaspadaan). Sistem arsitektur register dan merespon masukan sensorik.
Sistem eksekutif. Sistem eksekutif mengacu komponen belajar lingkungan yang memandu pemecahan masalah, termasuk (a) basis pengetahuan (pengambilan pengetahuan dari memori jangka panjang), (b) skema (seperti yang ditemukan dalam teori Piaget), (c) proses kontrol ( strategi latihan), dan (d) metakognisi (pengetahuan introspektif). Komponen dalam sistem eksekutif keterampilan yang muncul dari pengalaman dan dari instruksi dalam tugas-tugas pemecahan masalah yang kompleks. Keterampilan yang berkaitan dengan sistem eksekutif memungkinkan individu untuk terlibat dalam kreatif, pembelajaran adaptif dengan memulai dan mengatur pengambilan pengetahuan dari memori jangka panjang, memodifikasi basis pengetahuan, dan mediasi pemecahan masalah. Keterampilan ini memungkinkan individu untuk naik di atas hafalan, pembelajaran nonstrategic. Mereka tampak produk dari pengalaman belajar yang diperkaya dan karenanya sangat dimodifikasi.
Pengetahuan. Pengetahuan memainkan peran sentral dalam perilaku cerdas karena "pengetahuan infofms persepsi, menyediakan rumah untuk kenangan baru di tengah-tengah penyimpanan yang lama, dan menginformasikan rutinitas dan strategi kognitif dalam menghadapi masalah kompleks" (Borkowski, 1985, p, 112).
Skema. Dalam skema perspektif Piaget menyebut struktur kognitif abstrak dengan cara yang individu mengasimilasi atau mengakomodasi informasi baru. Skema (aturan berpikir) adalah aspek aktif dan konstruktif dari kecerdasan manusia. Dalam teori Piaget tahap utama pengembangan kognitif-sensorimotor, praoperasional, konkrit operasional, dan operasional formal.
Proses kontrol. Proses kontrol mengacu pada aturan dan strategi yang membantu menghafal, memahami, pemecahan masalah, dan kegiatan kognitif lainnya. Perilaku strategis seperti self-checking, latihan, dan prosedur diri instruksional lainnya dapat taughed untuk mempromosikan generalisasi strategi yang lebih besar.
Metakognisi. Metakognisi mengacu pada pemikiran tentang pemikiran atau kesadaran proses berpikir sendiri dan strategi pemikiran. Metakognisi membantu untuk menginformasikan dan mengatur rutinitas dan strategi kognitif. Integrasi pengetahuan metakognitif dengan perilaku strategis menghasilkan pemecahan masalah yang lebih efektif. Bantu metakognisi dalam perencanaan, pemantauan diri, dan cipta dan dapat menyebabkan pemilihan strategi, self-kritik, dan bahkan generasi strategi baru.
Sternberg
Robert J. Sternberg membagi kecerdasan manusia menjadi tiga dimensi; componential, pengalaman, dan contextual.There tiga tipe dasar komponen; metacomponents adalah proses tingkat tinggi yang digunakan dalam perencanaan, monitoring, dan evaluasi kinerja tugas. Komponen kinerja adalah proses yang digunakan dalam pelaksanaan tugas. Komponen akuisisi pengetahuan adalah proses yang digunakan dalam mempelajari hal-hal baru.
Dimensi pengalaman berhubungan intelijen untuk kedua eksternal dan dunia internal individu. Ini bagian dari teori menentukan pada titik intelijen paling kritis terlibat dalam pengalaman individu dengan tugas-tugas penanganan atau situasi.Dimensi kontekstual berkaitan intelijen untuk dunia luar individu. Ini menekankan adaptasi, seleksi, dan membentuk lingkungan.
Das
Model pemrosesan informasi telah diusulkan oleh Jagannath Das dan rekan-rekannya sebagai cara mengelompokkan kemampuan kognitif. Model, sebagian didasarkan pada karya Aleksandr Luria di neuropsikologi, memiliki dua mode utama. Dalam satu modus, disebut pengolahan simultan, rangsangan disusun secara simultan untuk membuat sebagai keputusan. Pengolahan secara terpadu, biasanya semi-spasial, bentuk. Contoh tugas mengukur pengolahan simultan adalah Raven Progressive Matrices, Gambar Menyalin, dan Memory untuk Designs. Dalam modus lainnya, disebut pengolahan berturut-turut, rangsangan disusun secara berurutan untuk membuat keputusan. Pengolahan dalam sequence-dependent, seri berdasarkan temporal tergantung urutan. Contoh tugas pengolahan berturut adalah pendengaran memori jangka pendek, memori jangka pendek visual, membaca kata, dan warna penamaan. Inteligensi dipandang sebagai kemampuan untuk menggunakan informasi yang diperoleh melalui prosedur transformasi simultan dan berurutan untuk merencanakan dan perilaku struktur secara efektif untuk mencapai tujuan.
Other
Approaches To Intelligences (Pendekatan Kecerdasan Lain)
Jensen
Arthtur Jensen (1970a, 1980) berpendapat bahwa kecerdasan
mental terdiri dari dua kelas utama : associative (level I) dan kognitif (level
II). Kecerdasan asosiatif melibatkan hafalan, dan ingatan jangka pendek dan
diukur melalui tugas yang melibatjkan angka memori. Kecerdasan kognitif
melibatkan penalaran dan pemecahan masalah dan diukur dengan test kecerdasab
umum, khususnya tugas-tugas yang melibatkan penalaran, pemecahan masalah,
pembentukan kosnep, analogi verbal dan gambar, seri angka, dan matriks.
Perbedaan utama antara level I dengan level II adalah tugas
yang melibatkan kecerdasan level I mengharuskan perubahan kecil pada input.
Proses level II, sebaliknya, melibatkan sebuah perubahan dari stimulus
input. Perbedaan penting antara level I
dan level II adalah kompleksitas transformasi dan manipulasi mental yang
terjadi antara penyajian tugas dan respon yang diberikan.
Gardner
Howard Gardner (1983) membagi kecerdasan menjadi enak
kompetensi. Pertama adalah keceradasan linguistic, kecerdasan musical, kemampuan
logika-matematika, kemampuan spatial, kemampuan tubuh-kinestetik, kemampuan
personal. Kompetensi ini dapat menjadi tempat dimana pikiran dan tindakan
berkembang.
The multiple intelligence ini dapat digunakan sebagai dasar
untuk menilai anak-anak; hasilnya berguna untuk bimibingan dan pendidikan.
Perbedaan strategi penilaian diperlukan pada anak-anak dengan berbagai usia.
Contohnya, percobaab seperti menyembunyikan benda saat berusia 1 tahun,
memberikan puzzle pada usia 6 tahun, dan menyediakan kotak rubik untuk anak
masa pra-remaja.
Piaget
Jean Piaget (1986-1980) memahami kecerdasan sebagai bentuk
adaptasi biologis dari individu terhadap lingkungan. Menurut Piaget, proses
kognitif muncul melalui proses pembangunan yang bukan fungsi langsung dari pengembangan
biologi atau ungsi langsung dari pembelajaran, sebaliknya munculny
reorganisasi, merupakan struktur psikologi yang dihasilkan dari interaksi
organismic-lingkungan.
Piaget menganggap pembangunan sosial, bermain dan seni
sebagai komponen struktur kognitif yang besar. Pandangan ini menyebabkan piaget
mengabaikan dikotomi antara kematangan dan belajar, dan antara kognitif dan
komponen sosial-emosional dari perkembangan.
Piaget mengemukakan dua
kecenderungan yang memengaruhi interaksi dengan lingkungan: organisasi dan
adaptasi. Organisasi adalah kecenderungan untuk menggabungkan dua atau lebih
skema yang terpisah menjadi satu tingkat tinggi, skema terpadu (integrated
scheme). Skema adalah struktur individu yang menghasilkan perubahan dalam
perkembangan kognitif-terrlibat dalam menagkap suatu objek atau memahami konsep
waktu.
Adaptasi mengandung dua proses yang saling melengkapi:
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses mengambil informasi dan
pengalaman dengan tepat mereka ke dalam skema atau konsep yang sudah dikuasai.
Akomodasi adalah proses dimana sturktur kognitif dan perilaku yang ada
dimodifikasi untuk memperhitungkan informasi baru dan pengalaman. Asimilasi dan
akomodasi dapat muncul bersamaan saat anak berada pada suatu peristiwa dilingkungan,
namun keseimbangan tertentu anatara keduanya akan bervariasi dari situasi ke
situasi.
Contoh asimilasi adlah membuat permainan-percaya. Dimana
karakter asli objek diabaikan dan diganti dengan sesuatu yang lain. Akomodasi
ditampilkan saat anak belajar skema baru dari perilaku meniru orang lain.
Piaget developmental model of intelligence
(model perkembangan dari inteligensi piaget). Adalah satu hirarki, dimana
perkembangan intelektual dibagi menjadi emapt periode utama. Setiap periode
merupakan bentuk organisasi kognitif yang lebih kompleks dari yang sebelumnya.
Berikut tabel empat perode dari kecerdasan.
PERIODE
|
|
|
I.
Periode sensorimotor
1.
Latihan reflex
2.
Primary cilcular reactions
3.
Secondary circular reactions
4.
Coordination of secondary schemes
5.
Tertiary cilculation
reactions
6.
Infention of news through mental combination
|
Lahir
sampai 2 tahun
lahir sampai 1 bulan
1 sampai 4
bulan
4 sampai 8
bulan
8 sampai 12
bulan
12 sampai
18 bulan
18 sampai
24 bulan
|
Anak
melewati enam tahap, dimulai dengan latihan dari releks sederhana dan
diakhiri dengan tanda-tanda pertama dari representasi internal mauopun
tindakan simbolis.
Aktivitas
rerleks sederhana sering keluar: siap membuat skema sensorimotor
Aktivitas
hanya meliputi tubuh bayi dan dan terus berulang. Adaptasi pertama diperoleh,
seperti integrasi dan koordinasi aktivitas ( menghisap jari atau meligat satu
tangan )
Prosedur
berkembang untuk membuat pemandangan menarik. Reaksi juga termasuk kejadian
atau objek di dunia luar (menggoyang mainan untuk mendengar suara)
Dua atau
lebih skema berkombinasi untuk memeperoleh tujuan: tindakan menjadi
internasional (mencari bola dibaik bantal)
Perilaku
trial-and-error dan aktivitas-mencari dirancang untuk menghasilkan yang baru:
variasi gerakan yang disengaja dan hasil yang diamati (menarik bantal lebih
dekat dengan tujuan agar mainan berada di
dekatnya.
Kombinasi
mental muncul: mulai merepresensasi pikiran (menggunakan tongkat untuk
mengambil mainan)
|
II.
Preoperational period
|
2 sampai 7
tahun
|
Anak
memperoleh funsi bahasa dan simbolik (kemampuan untuk mencari objek yang
hilang, menampilkan imitasi, terlibat dalam permainan simbolik, dan
menggunakan bahasa)
|
III.
Concrete operational period
|
7 sampai 11
tahun
|
Anak-anak membnagun
kemampuan berbicara: operasi mental teraplikasi nyata (konkret) pada objek
atau kejadian
|
IV.
Formal operations period
|
11 sampai
seterusnya
|
Anak-anak
bisa berpikir abstrack, membuat hipotesis, menggunakan alasan deduktif, dan
memastikan solusi.
|
Piaget vs psychometry approaches
Persamaan
|
Perbedaan
|
|
Piaget
|
Psychometry
|
|
1.
Keduanya menerima genetic penentu dari kecerdasan.
2.
Keduanya menerima kematangan menentukan kecerdasan.
3.
Keduanya menggunakan nonexperimental metodologi.
4.
Keduanya berupaya untuk mengukur fungsi intelektual bahwa
berkembnag pada usia tertentu.
5.
Keduanya memahami kecerdasan sebagai dasar rasional.
6.
Keduanya mengamsusikan bahwa pematangan proses intelektual
selesai pada masa remaja akhir.
7.
Keduanya mampu memprediksi perilaku intelektual diluar
kondisi pengujian
|
1.
Mengamsusikan bahwa ada faktor-faktor yang memberikan
pengembangan yang pasti non-random direction. Mengamsusikan bahwa pertumbuhan
mental kualitatif dan mengandalkan perbedaan yang signifikan dalam pemikiran
yang lebih muda dibandingkan anak yang lebih tua. Berkaitan dengan perubahan
intar-individu yang terjadi dalam proses perkembangan.
2.
Memandang pertumbuhan mental sebagai struktur formasi
mental yang baru dan munculnya kemampuan mental baru.
3.
Mengamsusikan genetic dan faktor lingkungan berinteraksi
secara fungsional dan dinamis sehubungan dengan kontrol regulasi mereka atas
aktivitas mental.
|
1.
Mengamsusikan bahwa kecerdasan diuji secara acak
didistribusikan dalam populasi tertentu, dengan pembagian sebagai kurva
normal. Berkaitan dengan perbedaaan antar-individuals.
2.
Memandang jalannya pertumbuhan mental sebagai kurva, dari
jumlah kecerdasan di beberapa usia kriteria dapat diprediksi berdasarkan
kecerdasan pada setiap usia sebelumnya.
3.
Mengamsusikan bahwa genetic dan lingkungan berkonstribusi
untuk kecerdasan dapat diukur.
|
TES INTELIGENSI
Tes inteligensi adalah tes psikologi yang
mengukur inteligensi seseorang. Dalam definisinya, Wechsler menyatakan bahwa
inteligensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak
secara terarah, serta menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara efektif.
Ada beberapa macam tes inteligensi. Ada tes inteligensi untuk anak, ada tes
inteligensi untuk orang dewasa. Ada yang diberikan secara individual, ada yang
diberikan secara klasikal atau kelompok. Ada yang lisan, ada yang tertulis.
Ada yang diukur oleh tes inteligensi yang
satu belum tentu sama dengan apa yang diukur oleh tes inteligensi yang lain,
meskipun kedua-duannya bertujuan untuk mengukur inteligensi. Hal ini disebabkan
adanya kemungkinan landasan teori tentang inteligensi pada tes inteligensi yang
satu berbeda dengan landasan teori tentang inteligensi pada tes inteligensi
yang lain. Mungkin juga dasar pengukuran yang digunakan berbeda-beda.
Sehubungan dengan apa yang diukur oleh
tes inteligensi ada beberapa macam tes inteligensi:
·
Test
inteligensi umum, yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang umum mengenai taraf inteligensi umum dari seseorang.
·
Test
inteligensi khusus, yang hanya memberikan keterangan tentang satu segi atau faktor yang spesifik dari
inteligensi.
·
Test
inteligensi diferensial yang memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang di dalam berbagai-bagai segi atau faktor
inteligensi yang memungkinkan didapatkannya profil atau gambaran
segi-segi kekuatan dan kelemahan dari berfungsinya inteligensi seseorang.
Berikut beberapa contoh tes-tes yang sering digunakan:
1.
Stanford-Binet Intelligence Scale
Revisi terhadap Skala Stanford-Binet yang
diterbitkan pada tahun 1972, yaitu norma penilaiannya yang diperbaharui.
Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbgai level
usia mulai dari Usia II sampai dengan Usia Dewasa-Superior. Dalam
masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf
kesukaran yang tidak jauh berbeda. Bagi setiap level usia terdapat pula tes
pengganti yang setara, sehingga apabila suatu tes pada level usia tertentu
tidak dapat digunakan karena sesuatu hal maka tes penggantipun dapat
dimanfaatkan.
Skala Stanford-Binet dikenakan
secara individual dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh
pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes haruslah orang yang mempunyai latar
belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam
penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut.
Skala ini tidak cocok untuk dikenakan
pada orang dewasa, karena level tersebut merupakan level intelektual dan
dimaksudkan hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh
anak-anak. Versi terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986.
Dalam revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi
empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes.
Yaitu penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak,
memori jangka pendek.
2. Tes Inteligensi dari Wechsler, yang
mengukur taraf inteligensi umum.
·
Khusus untuk anak-anak yang berusia 4 tahun
sampai 6,5 tahun adalah WPPSI (Wechsler
Preschool and Primary Scale of Intelligance).
·
Untuk anak-anak yang berusia 6,5 tahun sampai
16,5 tahun adalah WISC (Wechsler
Intelligance Scale for Children).
·
Untuk orang-orang dewasa adalah WB (Wechsler Bellevue), dan WAIS (Wechsler Adult Intelligance Scale).
Tes
inteligensi Wechsler adalah tes individual, yang diberikan secara lisan dan
dijawab secara lisan pula, serta dasar pengkurannya adalah Deviation IQ dengan nilai rata-rata = 100 dan besar penyimpangan =
15.
a.
The
Wechsler Intelligance Scale for Children – Revised (WISC-R)
Revisi skala WISC yang dinamai WISC-R
diterbitkan tahun 1974 dan dimaksudkan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia
6 sampai dengan 16 tahun. WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diantaranya
digunakan hanya sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian subtes.
Keduabelas subtes tersebut dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu skala
Verbal dan skala Performansi.
Skala Verbal :
|
Skala Performansi :
|
· Information (Informasi)
· Comprehension (Pemahaman)
· Arithmetic (Hitungan)
· Similarities (Kesamaan)
· Vocabulary (Kosakata)
· Digit Span (Rentang Angka)
|
· Picture Completion (Kelengkapan Gambar)
· Picture Arrangement (Susunan Gambar)
· Block Design (Rancangan Balok)
· Object Assembly (Perakitan Objek)
· Coding (Sandi)
· Mazes (Taman Sesat)
|
Kekurangan skala Wechsler yaitu kurangnya
pendasaran teoritis yang menyulitkan penemuan basis interpretasi yang koheren.
Selain itu juga komposisi skala-skala ini tampak menganggap bahwa domain
kemampuan yang dipilih oleh subtesnya dalam semua tingkat umur sama.Pemberian
skor pada subtes WISC-R didasarkan atas kebenaran jawaban dan waktu yang diperlukan
oleh subjek dalam memberikan jawaban yang benar tersebut. Skor tersebut
kemudian di terjemahkan ke dalam bentuk angka standar melalui table norma sehingga
akhirnya diperoleh satu angka IQ-deviasi untuk skala verbal, satu angka
IQ-deviasi untuk keseluruhan skala.
b.
The
Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R)
WAIS-R terdiri dari skala verbal dan
skala performansi. Skala Verbal terdiri dari:
1.
Informasi
Berisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan
umum yang dianggap dapat diperoleh oleh setiap orang dari lingkungan
sosial dan budaya sehari-hari dimana ia berada.
2.
Rentang Angka
Berupa rangkaian angka antara 3 sampai 9 angka yang
disebutkan secara lisan dan subjek diminta untuk mengulangnya dengan urutan
yang benar.
3.
Kosa Kata
Berisi 40 kata-kata yang disajikan dari yang
paling mudah didefinisikan sampai kepada yang paling sulit.
4.
Hitungan
Berupa problem hitungan yang setaraf dengan soal
hitungan di sekolah dasar.
5.
Pemahaman
Isi subtes ini dirancang untuk mengungkap pemahaman
umum.
6.
Kesamaan
Berupa 13 soal yang menghendaki subjek untuk menyatakan
pada hal apakah dua benda memiliki kesamaan.
Skala performansi antara lain :
1.
Kelengkapan Gambar
Subjek diminta menyebutkan bagian yang hilang
dari gambar dalam kartu yang jumlahnya 21 kartu.
2.
Susunan Gambar
Berupa delapan seri gambar yang masing-masing terdiri
dari beberapa kartu yang disajikan dalam urutan yang tidak teratur.
3.
Rancangan Balok
Terdiri atas suatu seri pola yang masing-masing
tersusun atas pola merah-putih. Setiap macam pola diberikan di atas kartu
sebagai soal.
4.
Perakitan Objek
Terdiri dari potongan-potongan langkap bentuk benda
yang dikenal sehari-hariyang disajikan dalam susunan tertentu.
5.
Simbol Angka
Berupa Sembilan angka yang masing-masing mempunyai
simbolnya sendiri-sendiri. Subjek diminta menulis symbol untuk masing-masing
angka di bawah deretan angka yang tersedia sebanyak yang dapat dia lakukan
selama 90 detik.
3. Test
Raven
a. The Standard Progressive Matrices
(SPM)
Merupakan salah satu contoh bentuk
skala inteligensi yang dapat diberikan secara individual ataupun kelompok.
Skala ini dirancang oleh J.C. Raven dan terbit pada tahun 1960. SPM merupakan
tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya
diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk
gambar-gambar. Raven sendiri menyebut skala ini sebagai tes kejelasan
pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum.
SPM
tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat
atau level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan
usia subjek yang dites, yaitu:
Grade
I : Kapasitas
intelektual Superior.
Grade
II : Kapasitas
intelektual Di atas rata-rata
Grade
III : Kapasitas
intelektual Rata-rata.
Grade
IV : Kapasitas
intelektual Di bawah rata-rata.
Grade
V : Kapasitas
intelektual Terhambat.
b. Colours Progressive Matrices (CPM)
Bentuk tes CPM ada dua
macam yaitu berbentuk cetakan buku dan yang lainnya
berbentuk papan dan gamabr-gambarnya tidak berbeda dengan yang di
buku cetak. Materi tes terdiri dari 36 item/gambar. Item ini dikelompokkan
menjadi 3 kelompok atau 3 set yaitu set A, set AB dan set B. Item
disusun bertingkat dari item yang mudah ke item yang sukar. Tiap
item terdiri dari sebuah gambar besar yang berlubang dan dibawahnya terdapat 6
gambar penutup. Tugas testi adalah memilih salah satu diantara gambar ini yang
tepat untuk menutupi kekosongan pada gambar besar. Pada dasarnya kedua bentuk
tersebut dalam pelaksanaan tes memberikan hasil yang sama. (Raven, 1974)
Kedua bentuk tes CPM dicetak berwarna,
dimaksudkan untuk menarik dan memikat perhatian anak-anak kecil. (Raven, 1974)
·
Aspek yang diukur
Raven berpendapat bahwa tes CPM dimaksudkan untuk
mengungkap aspek:
1.
berpikir logis
2.
kecakapan pengamatan ruang
3.
kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan
antara keseluruhan dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisa dan
kemampuan integrasi
4.
kemapuan berpikir secara analogi.
·
Tujuan
Tes CPM dapat digunakan untuk mengungkap taraf
kecerdasan bagi anak-anak yang berusia 5 sampai 1 tahun. Di
samping itu juga digunakan untuk orang-orang yang lanjut usia dan bahkan utnuk
anak-anak defective.
c. Advance
Progressive Matrices (APM)
Disusun oleh J.C Raven pada tahun 1943
·
Bentuk yang tersedia
Tes APM terdiri dari 2 set dan bentuknya
non-verbal. Set 1 disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II
berisikan 36 butir soal tes.
·
Aspek yang diukur
Tes APM dimaksudkan untuk mengungkap kemampuam
efisiensi intelektual. Tes APM ini sesungguhnya
untuk membedakan secara jelas antara individu-individu
yang berkemampuan intelektual lebih dari normal bahkan yang
berkemampuan intelektual superior.
·
Tujuan
Untuk mengatur tingkat intelegensi, di samping untuk
tujuan analisis klinis.
4. The
Kauffman Assesment Battery for Children (K-ABC)
K-ABC merupakan rangkaian tes yang
relatif baru yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun.
Tes ini diciptakan oleh Alan S. Kaufman dan Nadeen L. Kaufman dari University
of Alabama. Karena kurang mengandalkan kemampuan verbal, K-ABC bisa
merupakan pengukuran pilihan untuk anak-anak yang kemahiran bahasa
inggrisnya terbatas atau pendengarannya rusak. Skala-skala inteligensi dalam
baterai ini adalah:
1. Sequential Processing Scale, yaitu skala
yang mengungkap kemampuan memecahkan permasalahan secara bertahap dengan
penekanan pada hubungan serial atau hubungan temporal di antara stimulus.
2. Simultaneous
Processing Scale, yaitu skala yang bertujuan mengungkap kemampuan anak
memecahkan permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan memadukan banyak
stimulus sekaligus dalam waktu yang sama.
Baterai dalam skala ini juga menyajikan
kombinasi Sequential dan Simultaneous Processing yang
masing-masing disebut Mental Processing Composite Scale,
Achievement Scale, dan Non-verbal Scale.
5. Culture
Fair Intelligence Test (CFIT), Scale 2 and 3 From A and From B
·
Bentuk yang tersedia
Buku soal dan lembar jawaban yang terpisah.
·
Aspek yang diukur
Tes ini mengukur faktor kemampuan
mental umum (g-factor)
·
Tujuan
Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan
factor kemampuan mental umum atau kecerdasan. Skala 2 untuk anak-anak usia
8-14 tahun dan untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di bawah
normal. Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan
kecerdasan tinggi.
TES BAKAT
Bakat adalah kemampuan atau potensi
khusus, dengan pendidikan atau latihan tertentu akan dapat diasah. Tes bakat
bertujuan membantu merencanakan dan membuat
keputusan mengenai pilihan pendidikan dan pekerjaan. Dari tes bakat
diperoleh gambaran mengenai seseorang di dalam berbagai bidang kemampuan.
Musterberg adalah salah seorang ahli yang memprakarsai pembuatan tes bakat
pertama kali. Mula-mula tes bakat digunakan pada masa perang dunia I untuk
menyeleksi pilot, pengemudi kemudian meluas ke bidang industri.
Dasar dari tes bakat adalah membandingkan
profil nilai seseorang dengan profil nilai orang lain yang dianggap
berkemampuan tinggi mengenai bidang tertentu. Dengan demikian terukur kadar
bakatnya, dengan cara menyimpulkan kekuatan atau kelemahannya dalam segi
itu. Ketepatan penggunaan dasar
pemikiran ini sangat tergantung dari analisa psikologis yang teliti dan tepat
mengenai bidang tertentu itu. Misalnya, bila dapat dianalisa dengan tepat
sifat-sifat apa yang ada pada seniman, maka dapat dibuat tes yang dapat
meramalkan bakat seniman.
Macam-macam tes bakat adalah sebagai
berikut:
1.
Multiple Aptitude Batteries
Yaitu tes bakat
yang mengukur bermacam-macam kemampuan, seperti: pengertian bahasa, kemampuan
angka-angka, penglihatan keruangan, penalaran dalam berhitung, kecepatan
persepsi. Dalam tes ini dapat dilihat kemampuan, kelemahan dan kekurangan
seseorang yang masing-masing dinyatakan dalam angka tersendiri. Hasilnya adalah
profil angka-angka, berbeda dengan tes inteligensi umum, di mana semua
aspek-aspek inteligensi keluar satu angka, antara lain yang dinyatakan sebagai
IQ.
A.
Differential Aptitude Test (DAT)
Seri test
multiple bakat Differential Aptitude Test (DAT),
yang dalam Bahasa Indonesia dapat dipakai istilah Tes Perbedaan Bakat, merupakan
salah satu seri tes multiple bakat yang paling banyak dipakai dalam bidang
pendidikan dan kerja. DAT pertama kali terbit tahun 1947, dan telah direvisi
pada tahun 1963. Penyusun DAT adalah G. Bennett, H.G.Seashore, dan A.G.Wesman
dari USA. DAT memakai teori kelompok faktor kecerdasan model PMA atau Kemampuan
Mental (KMP) dari Thurstone. Adapun maksud dan tujuan DAT antara lain:
a.
Sebagai sarana akademik untuk mendapatkan prosedur penilaian
yang ilmiah, terintegrasi, dan standart bagi murid murid.
b.
Dirancang untuk bimbingan pendidikan dan vokasional
(pekerjaan).
c.
Dapat dipakai dalam bidang industri untuk penempatan
karyawan dan promosi jabatan selanjutnya (perkembangan pembinaan karyawan
pabrik).
d.
DAT terdiri dari 8 tes, masing-masing
berdiri sendiri, sehingga dapat digunakan secara terpisah, untuk
seleksi dalam bidang industri pada jenis pekerjaan tertentu.
Kemungkinan hanya membutuhkan beberapa
tes saja dari baterai tes ini. Dalam bidang pendidikan akan lebih baik jika
semua tes digunakan secara bersamaan ke delapan tes tersebut jika dikelompokkan
maka akan terdiri dari 2 kelompok besar, yaitu:
a.
Kelompok Tes Verbal, meliputi:
Verbal Reasoning,
Numerical Ability,
Clerical Speed Accuracy,
Language Usage.
b.
Kelompok Tes Non Verbal, meliputi:
Abstract Reasoning,
Mechanical Reasoning,
Space Relation.
Adapun deskripsi delapan sub test tersebut
adalah:
a. Verbal Reasoning (VR)/Test
Penalaran Verbal
Dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir abstrak,
generalisasi, dan konstruktif memahami konsep verbal. Perbendaharaan kata yang
digunakan dalam test ini meliputi perbendaharaan kata yang biasa digunakan
dalam berbagai bidang, diantaranya sejarah, geografi, sastra, dan sains. Materi
test ini berupa analogi sederhana, yang biasa digunakan dalam test intelegensi
umum, walaupun analogi sederhana ini telah mendasarkan pada asosiasi daripada berpikir.
Hasil pengukuran test VR ini diharapkan untuk prediksi kesuksesan dalam bidang
yang mementingkan pemahaman konsep verbal. Contoh pertanyaan tes verbal reasoning: Pilihlah pasangan kata
– kata yang benar untuk melengkapi kalimat dibawah ini !
..…bisa dipakai dalam resepsi,
dan pakaian seragam SD dipakai di...
a. Baju kerudung – wisata
b. Pecis dan sarung – mesjid
c. Setelan jas – sekolah
d. Kain kebaya – kondangan
e. Jas dasi – rumah.
Pilihan yang tepat adalah C
b.
Numerical
Ability (NA) / Kemampuan Aritmatik.
Dirancang untuk mengukur kemampuan memahami hubungan
numerik dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsep numerik. Test ini
lebih mengukur kemampuan komputasi daripada penalaran numerik. Test ini sangat
penting untuk prediksi dalam bidang matematika, fisika, kimia, teknik, dan
bidang lain yang membutuhkan kemampuan berpikir secara kuantitatif. Prediksi
dalam bidang pekerjaan seperti akuntansi, statistik, dan asisten laboratorium.
NA bersama dengan VR digunakan untuk estimasi kemampuan General Learning.
Contoh pertanyaan tes numerical ability:
79
48 +
.....
a. 125
b. 157
c. 126
d. 127
e. 137
Pilihan yang tepat adalah D.
c.
Abstract
Reasoning(AR) / Penalaran Abstrak
Dirancang untuk mengukur penalaran non verbal. Dalam
setiap butir test ini menuntut pemahaman logis tentang prinsip–prinsip yang
digunakan untuk mengubah diagram dan kemampuan membedakan perbedaan yang kecil
pada garis, daerah, maupun bentuk. AR merupakan suplemen VR+ NA, guna estimasi
intelegensi. AR digunakan untuk prediksi dalam bidang pendidikan dan profesi
yang menuntut pemahaman relasi antara benda atau objek. Skor AR dapat dipakai
sebagai bahan pertimbangan untuk memahami penalaran seseorang jika seseorang
mengalami kesukaran bahasa dan mendapatkan skor rendah pada test VR.
d.
Relation
(SR) / Hubungan Spasial atau ruang.
Mengukur kemampuan visualisasi terhadap konstruksi objek tiga
dimensi yang dibangun dari pola dua dimensi dan kemampuan membayangkan berbagai
cara yang digunakan untuk memutar objek tersebut sehingga mempunyai bangunan
seperti yang tampak dalam gambar. Test ini dirancang untuk memprediksi
kesuksesan dalam bidang perencanaan tata ruang, desainer, arsitektur,
seni, dan dekorasi.
e.
Mechanical Reasoning
(MR) / Penalaran Mekanikal
Test ini merupakan bentuk baru dari test bakat
Spatial Mechanical Comprehension. Setiap butir dari test ini menyajikan gambar
situasi mekanik disertai pertanyaan dalam kata–kata sederhana. Test ini
mengukur pemahaman prinsip–prinsip mekanik dan fisika dalam situasi familiar.
Skor test ini akan dipengaruhi oleh pengalaman individu, walaupun hanya
meningkatkan beberapa point saja. Hasil ini digunakan untuk prediksi kesuksesan
dalam belajar dan pekerjaan yang menuntut pemahaman prinsip-prinsip umum dari fisika.
Prediksi dalam pekerjaan seperti bidang mekanik, perakitan,
pertukangan kayu. Perlu diketahui testee yangmendapat skor tinggi pada tes ini
akan dengan mudah mem-pelajari prinsip–prinsip kerja dan reparasi alat yang
ber-sifat kompleks.
f.
Clerical Speed Accuracy
(CSA)/Kecepatan dan Keakuratan klerikal.
Tes ini dirancang untuk mengukur kecepatan dan ketelitian
respon dalam tugas–tugas yang membutuhkan persepsi sederhana. Tugas testee
adalah memilih kombinasi angka atau huruf yang sama dengan kombinasi yang telah
diberi garis bawah pada buku soal, dengan cara memberi garis bawah pada
kombinasi pilihannya. Butir tes ini merupakan elemen yang sering digunakan pada
berbagai tugas administrasi. Hasil tes ini untuk prediksi kemampuan
me-ngerjakan hal-hal penting rutin administrasi seperti mengatur arsip. Manfaat
untuk bidang pendidikan dapat dikatakan relatif kecil, tetapi
skor rendah menunjukkan bahwa testee mengalami kesulitan dalam hal
keberhasilan, ketepatan,kecepatan dalam mengerjakan tugas.
g.
Language
Usage, bagian I
Perbendaharaan kata dalam tes ini merupakan hasil seleksi
dari Gate’s Spelling Differential in 3876 Words, dan merupakan perbendaharaan
kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Skor yang rendah pada
subtes ini menunjukkan kesulitan dalam Spelling.
h.
Language Usage,
bagian II
Test ini dirancang untuk mengukur kemampuan membedakan
tata bahasa yang baik dengan yang jelek ,memahami pemberian tanda baca
yang tepat dan penggunaan kata yang tepat dalam bahasa inggris. Kemampuan
tersebut banyak digunakan dalam bidang jurnalistik, korespodensi bisnis. Perlu
diketahui tes ini lebih menyerupai tes prestasi jika dibandingkan dengan
tes yang lain.
B. General Aptitude Test Battery (GATB)
Tes ini diciptakan oleh Charles E.
Odell, yang digunakan pada konseling pekerjaan di States Employment Service Office. Aptitude yang diungkap GATB
adalah :
§
Aptitude G : Intelegence
Merupakan tes kemampuan belajar secara umum,
yaitu kemampuan untuk menangkap dan
mengerti prinsip-prinsip, menalar dan membuat keputusan.
§
Aptitude V : Verbal Aptitude
Merupakan tes untuk mengerti arti beberapa kata dan
memepergunakannya secara efektif, serta untuk mengerti bahasa secara
komprehensif, mengerti hubungan antar kata dan mengerti arti keseluruhan
paragraph dan kalimat.
§
Aptitude N : Nuemerical Aptitide
Merupakan kemampuan untuk mengoperasikan angka-angka
secara cepat dan tepat.
§
Aptitude S : Spatial
Merupakan kemampuan berpikir secara visual pada bentuk
geometris dan untuk menangkap objek 3 dimensi, serta mengingat hubungan dari
gerakan objek dalam satu ruang.
§
Aptitude P : Form perception
Merupakan kemampuan untuk melihat bagian-bagian dari
suatu gambar, benda, dan grafik. Membuat perbandingan dan pembedaan secara visual
dan melihat perbedaan yang nyata pada bentuk atau bayangan.
§
Aptitude Q : Clerical perception
Merupakan kemampuan untuk mengungkap obyek-obyek angka
dan huruf, serta kemampuan persepsi terhadap komputasi secara sepintas.
§
Aptitude K : Motor coordinate
Merupakan kemampuan untuk mengkoordinasikan
gerakan-gerakan organ mata, jari-jari secara terampil dan teliti pada gerakan
yang cepat dan tepat.
§
Aptitude F : Finger dexterity
Merupakan kemampuan gerakan jari jemari: memanipulasi
obyek-obyek kecil dengan jari jemari secara cepat dan teliti.
§
Aptitude M : Manual dexterity
Merupakan kemampuan untuk menggerakkan tangan dengan
mudah dan terampil. Kemampuan untuk bekerja dengan tangan dalam
menempatkan dan memindahkan sesuatu.
Adapun Jenis – Jenis dari tes
GATB, yaitu sebagai berikut :
1.
TES RUANG BIDANG
·
Nama:
Nama Asli
: Three dimentional Space
Nama Indonesia :
Tes Ruang Bidang Seri GATB
·
Bentuk yang tersedia
Bentuk tes yang
ada adalah sekumpulan soal dalam buku tes. Tersedia lembar jawaban untuk
mengerjakan.
·
Aspek yang diukur
Tes ini mengukur
kemampuan berfikir secara visual dari bentuk geometris memahami gambar dari dua
dimensi untuk menjadi bentuk tiga dimensi.
·
Tujuan
Tes ini sebagai
serangkaian tes untuk mengungkap intelegensi bersama dengan dua sub tes
lainnnya, yaitu : Tes Perbendaharaan Kata (Vocabulary) dan Tes Berhitung Soal
(Arithmetic Reasoning)
2.
TES MEPERSAMAKAN PERKAKAS
·
Nama :
Nama Asli
: Tool Matching
Nama Indonesia :
Tes Mempersamakan Perkakas
·
Bentuk yang tersedia
Tes yang ada
adalah berupa buku setebal delapan halaman dan lembar jawaban.
·
Aspek yang diukur
Tes ini mengukur
aspek kemampuan atau kecermatan dalam pengamatan. Testi diminta mengamati
gambar soal dan mencari persamaan gambar di antara tiga gambar lain yang
bentuknya sama hanya berbeda dalam corak warnanya.
·
Tujuan
Bersama
dengan sub tes yang lain, tes ini hanya bergunan untuk mengenal
Profil Bakat Seseorang dan mengenal Pola Bakat Kejujuran.
3.
TES KECEKATAN JEMARI
·
Nama :
Nama Asli
: Finger Dexterity Test
Nama Indonesia :
Tes Kecekatan Jemari
·
Bentuk yang tersedia
Tes ini dibuat
berdasarkan gambar yang ada di buku manual GATB. Tes yang asli bahannya dari
logam semua, bentuknya segi empat paanjang dengan 100 lubang, 50 baut dan ring
pada tiap tiang. Lubang itu dibagi dua bagian atas dan bawah masing – masing 50
lubang. Adapun materi tes yang ada di Fakultas Psikologi UGM (dibuat oleh
Sumitra) dibuat dari aluminium dan didalamnya ada kayunya. Bentuknya persegi
panjang, dengan panjang 35 cm dan tebal 1 cm. Lubang ada dua kelompok yang
masing – masing 50 lubang, dan jarak antara kelompok lubang bagian atas dan
kelompok bawah 15 cm. Jumlah baut sebanyak 50 buah, ring 75 buah dan satu tiang
untuk tempat ring yang dapat didirikan pada lubang yang ada di sisi kiri/kanan
tengah antara dua kelompok lubang itu. Alat – alat lain yang perlu ada untuk
tes ini yang digunakan tester adalah alat – alat tulis gambar jawaban untuk
mencatat dan stop watch untuk mengukur atau menentukan waktunya.
·
Tujuan
Sesuai dengan
faktor – faktor yang diungkap oleh tes ini maka tujuan penggunaan tes adalah
untuk mengukur bakat atau kemampuan khusus kecekatan jemari individu.
C.
Flanagan Aptitude Classifi cation
Test (FACT)
Dirancang oleh J.C.Flanagan dari USA. Adapun tujuannya adalah:
a. Untuk memperoleh sistem klasifi
kasi bakat dalam penentuan bakat dan kemampuan dasar seseorang dalam
tugas-tugas tertentu.
b. Sebagai alat baku untuk memprediksi kesuksesan bekerja
berdasarkan bakat.
c. Untuk merencanakan program latihan dalam rangka bimbingan
karier.
d. Sebagai alat seleksi dan penempatan karyawan di pabrik
dan di kantor-kantor administrasi.
e. Membantu perencanaan pendidikan berdasarkan pengembangan
bakat.
FACT terdiri dari 14 subtes. Adapun deskripsi 14 subtes tersebut
adalah:
1. Inpection (inspeksi).
Mengukur kemampuan untuk secara cepat dan akurat
melihat kekurangan-kekurangan atau titik-titik robek pada gambar, objek, atau
serangkaian artikel. Jadi tes ini mengetes ketajaman persepsi visual secara
detail, sehingga tesnya dapat disebut tes persepsi detail. Kemampuan ini dibutuhkan
dalam memeriksa hasil-hasil pabrik yang hampir selesai atau sudah selesai.
2. Coding (penandaan,
pengkodean)
Mengukur kecepatan dan ketepatan pengkodean atau pemberian
kode atas informasi-informasi khusus perkantoran (tificial office information).
3.
Memory (ingatan)
Mengukur kemampuan mengingat dan menyebutkan kembali
kode-kode yang telah dipelajari dalam tes pengkodean.
4.
Precision (presisi, ketepatan)
Mengukur kecepatan dan keakuratan dalam gerakan-gerakan
jari secara melingkar dengan satu tangan dan dengan dua tangan. Dibutuhkan
dalam kecepatan bekerja dengan objek-objek yang kecil.
5.
Assembly (merakit)
Mengukur kemampuan visual melihat bagaimana sejumlah objek
model yang terpisah-pisah akan tampak jika diatur sesuai dengan instruksi,
tanpa model yang sesungguhnya dan berupa tes hubungan spasial 3D.
6.
Scales
(skala)
Mengukur kecepatan dan keakuratan dalam pembacaan
skala, grafik, dan peta atau denah. Kemampuan ini amat diperlukan di dalam
pekerjaan teknik.
7. Coordination (koordinasi)
Mengukur kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan
lengan dan tangan (hand and arm
coordination)
8. Judgement and comprehension
Mengukur kemampuan membaca dengan pemahaman,
penalaran logis atau mengambil keputusan secara tepat dan memakai keputusan
tersebut secara baik dalam situasi yang praktis.
9. Arithematic (berhitung)
Mengukur kecakapan dalam 4 proses dasar berhitung dalam
penjumlahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian.
10. Patterns (pola-pola)
Mengukur kemampuan untuk reproduksi pola-pola dasar
sederhana atau garis besar pola-pola sederhana (outline) secara tepat dan
teliti.
11. Components (komponen-komponen)
Mengukur kemampuan untuk mengidentifikasi
bagian-bagian komponen yang penting.
12. Tables
Mengukur kemampuan membaca 2 tipe tabel. Tabel pertama
terdiri dari angka dan tabel kedua berisi kata dan huruf alfabet.
13. Mechanics
Mengukur kemampuan pemahaman prinsip-prinsip mekanika
dan kemampuan menganalisis gerakan-gerakan mekanika.
14. Expression
Mengukur perasaan dan pengetahuan tentang bahasa
Ing-gris yang benar. Flanagan dalam menyusun seri test FACT-nya itu dengan
validitas konstruksi, artinya validitas yangberdasarkan definisi-definisi yang
disusunnya secara logis.
Ia
menganggap bahwa pendekatan unsur-unsur pekerjaan sebagai metode intermedier
antara analisis faktor-faktor primer di satu pihak dan di lain
pihak metode sampel job, dimana unsur-unsur esensial dari job real
disimulasikan dalam tes, dan kemudian dilakukan analisis statistik untuk menganalisis
validitasnya.
D.
Armed
Services Vocational Aptitude Battery (ASVAB)
1. Arithmatic Reasoning
2. Numerical Operations
3. Paragraph Comprehension
4. Word Knowledge
5. Coding Speed
6. General Science
7. Mathematics Knowledge
8. Electronics Information
9. Mechanical Comprehension
10. Authomotive and Shop Information
E.
Scholastic Aptitude Test (SAT)
Tes ini terdiri dari dua,yaitu:
1.
Verbal,meliputi:
a. Antonyms
b. Analogies
c. Sentences Completions
d. Reading Comprehension
2.
Mathematics,
meliputi:
a. Reguler Mathematics
b. Quantitative Comparisons
2.
Special Aptitude Tes atau Single
Aptitude Tes (tes bakat khusus)
Yakni tes yang hanya mengukur bakat tertentu.
Tes bakat yang terdiri dari satu jenis tes dan pada umumnya mengungkap
kemampuan khusus yang dimiliki seseorang, antara lain: tes sensory, tes
artistik, tes klerikal, tes kreativitas, tes kreaplin/Pauli, dan motor dexterity.
1. Tes sensory, tes yang mengungkap kemampuan indera, missalnya
tes ketajaman penglihatan, pendengaran. Tes ketajaman penglihatan/visual
memakai alat yang populer, yang dinamakan kartu Snellen. Kartu ini berisi
barisan huruf dimulai huruf yang besar bentuknya menurun sampai pada yang
terkecil dengan ukuran sudut visual. Subyek harus membaca dari baris atas,yang
besar-besar hurufnya lalu berturut-turut ke bawah
dengan jarak baca 8 (delapan) meter. Jika subyek
dapat membaca semuanya dengan jelas dikatakan subyek tersebut sehat atau
tajam penglihatannya.
Tes pendengaran.
Alat tes untuk mengetes ketajaman pendengaran disebut audiometer, yaitu dengan
cara subyek memakai handphone yang dihubungkan dengan sumber suara. Tiap
telinga dapat dites dengan handphone satu persatu, volume suara dapat diatur
oleh testernya. Suara yang diteskan dapat kata-kata atau kalimat-kalimat. Dimulai
dari suara yang paling lemah, di bawah ambang rangsang. Suara-suara yang tidak
didengar diulang-ulang dengan menambah volume suaranya (makin keras). Dengan
begitu tester dapat mengukur dan menilai ketajaman pendengaran seseorang.
2. Tes artistik, yaitu tes yang mengungkap bakat seni, misal: tes
gambar dan tes musik.
3. Tes
clerical, yaitu tes untuk mengukur
keakuratan (ketepatan,ketelitian) dan kecepatan respon dalam tugas-tugas
pekerjaan yang membutuhkan persepsi sederhana. Hasil tes ini untuk prediksi
kemampuan mengerjakan hal-hal penting rutin dalam administrasi, seperti
mengatur arsip.
4. Tes kreativitas
5. Tes
motor dexterity (tes
ketangkasan/ketrampilan motorik).
6. Tes Kreaplin, tes ini dibuat dengan maksud untuk mengetahui
kecepatan kerja, ketelitian kerja, keajegan kerja dan ketahanan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, D. S. (1996). Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
M., S. J. (1988). Assessment of Children Revised and Updated Third
Edition. California: Publisher Inc.
Santrock, J. W. (2015). Life-Span Development. New York:
McGraw-Hill.
Saparinah, S. (1986). Inteligensi Bakat dan "Test IQ".
Jakarta: P. T Dian Rakyat.
Nur’aeni. 2012. Tes Inteligensi dan Tes Bakat.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Anastasi. A. 2003. Psychological Testing. Jilid I dan II.
Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Indek Gramedia Grafindo
No comments:
Post a Comment