Tuesday 25 August 2015

INTELIGENSI

INTELIGENSI

TEORI INTELIGENSI
·         Faktor Analytic Theories of Intelligence

Sejarahnya,  teori analitik faktor membentuk dua kubu: mereka yang menemukan teori faktor umum (g) inteligensi dan orang-orang yang mendukung teori multiple-faktor.

Spearman

Charles E. Spearman adalah salah satu pendukung awal faktor pendekatan analitik untuk kecerdasan. Spearman mengusulkan teori dua faktor kecerdasan untuk menjelaskan pola korelasi yang diamati antara tes kelompok intelijen. Teori ini menyatakan bahwa faktor umum (g) ditambah satu atau faktor yang lebih spesifik (s) per tes dapat menjelaskan kinerja pada tes kecerdasan. Spearman memikirkan faktor g sebagai energi mental umum, dengan aktivitas mental yang rumit yang mengandung jumlah terbesar dari g. Faktor ini terlibat dalam operasi yang bersifat deduktif, terkait dengan keterampilan, kecepatan, intensitas, dan tingkat output intelektual seseorang. Kegiatan kognitif yang berhubungan dengan g adalah eduction hubungan (menentukan hubungan antara dua atau lebih ide) dan eduction dari korelasi (menemukan ide kedua terkait dengan yang dinyatakan sebelumnya satu)

“The g factor” merupakan indeks kemampuan mental umum atau kecerdasan dan mewakili "inventif" sebagai kontras dengan "reproduksi" aspek kemampuan mental (Jensen, 1979a). Tes dengan g beban tinggi memerlukan usaha mental yang sadar dan kompleks, seperti yang ditemukan tugas penalaran, pemahaman, dan hipotesis-pengujian. Rangsangan untuk tugas-tugas ini dapat baik yang dirasakan atau diambil dari memori. Sebaliknya, tes dengan g beban rendah kurang kompleks, menekankan proses seperti pengakuan, mengingat, kecepatan, kemampuan visual-motor, dan kemampuan motorik.

Meskipun bukti sangat mendukung gagasan bahwa g penting dalam kemampuan manusia, ini tidak berarti bahwa g adalah hal atau badan. Satu dapat menerima bukti Spearman g tanpa menerima penjelasan Spearman g sebagai "energi mental, atau penjelasan lain yang menunjukkan sesuatu kesatuan yang mendasari fenomena perilaku" (Humphreys, Parson, & Park, 1979, hal. 75).

Thorndike

Edward L. Thorndike dipahami kecerdasan sebagai produk dari sejumlah besar kemampuan intelektual yang saling berhubungan namun berbeda. Pandangan ini sekarang dikenal sebagai teori multifaktor. Aktivitas mental tertentu memiliki unsur kesamaan dan bergabung membentuk cluster. Tiga kelompok tersebut telah diidentifikasi: kecerdasan sosial (berhubungan dengan orang), beton (berurusan dengan hal-hal), dan abstrak (berurusan dengan simbol verbal dan matematika) (Thorndike, 1927). Konsepsi Thorndike didasarkan pada perspektif teoritis, bukan pada metode faktor analisis.

Thurstone

Pandangan dari kecerdasan manusia paling berbeda dari Spearman adalah bahwa Louis L. Thurstone. Thurstone menyatakan bahwa intelijen tidak dapat dianggap sebagai suatu sifat kesatuan. Dia beranggapan bahwa kecerdasan manusia memiliki organisasi yang sistematis tertentu, dengan struktur yang dapat disimpulkan dari analisis statistik dari pola interkorelasi ditemukan dalam kelompok tes. Menggunakan metode analisis faktor cocok untuk faktor menganalisa sekaligus (metode centroid), ia mengidentifikasi faktor-faktor berikut sebagai kemampuan mental yang utama: verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif, jumlah, memori hafalan, penalaran deduktif, kata kelancaran, dan ruang atau visualizaation. Thurstone percaya bahwa kecerdasan dapat dibagi ke dalam beberapa faktor, yang masing-masing memiliki bobot yang sama. Dia melanjutkan untuk mengembangkan Primer Mental Kemampuan Tes untuk mengukur faktor-faktor ini. Meskipun teori multidimensi Thurstone pada awalnya dihilangkan g sebagai komponen penting dari fungsi mental, faktor utama yang ditemukan berkorelasi cukup di antara mereka sendiri, yang mengarah Thurstone untuk mendalilkan adanya faktor orde kedua yang mungkin terkait dengan g.

Guilford

Teori multifaktor yang paling menonjol di Amerika Serikat adalah JP Guilford. Dia mengembangkan Struktur tiga dimensi model Akal sebagai alat untuk mengatur faktor-faktor intelektual ke dalam sistem. Salah satu dimensi merupakan operasi yang terlibat dalam pengolahan informasi, dimensi kedua merupakan isi, dan dimensi ketiga mewakili produk. Dengan kata lain, kegiatan intelektual dapat dipahami dalam hal jenis operasi mental yang dilakukan, jenis konten yang operasi mental yang dilakukan, dan produk yang dihasilkan. Model ini berpendapat lima operasi yang berbeda (kognisi, memori, produksi divergen, produksi konvergen, dan evaluasi), empat jenis konten (figural, simbolik, semantik, dan behaviorial), dan enam produk (unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi, dan implikasi). Dengan demikian, 120 kemungkinan faktor-5 operasi x 4 jenis konten x 6 isi produk -Apakah mendalilkan dalam model. Kombinasi dari satu elemen dari masing-masing tiga dimensi menghasilkan faktor, seperti kognisi unit semantik. Kognisi mengacu pada dimensi operasi, semantik dengan dimensi konten, dan unit dengan dimensi produk. Dalam hal ini, faktor mengacu pada mengetahui arti sebuah kata.

Vernon

Dalam teori hirarki Philip E. Vernon kecerdasan, g atau kemampuan umum di tingkat tertinggi. Dua faktor kelompok besar di tingkat berikutnya umum keterampilan di bidang verbal-pendidikan dan spasial-mekanik. Pada tingkat yang lebih rendah dari umum adalah subdivisi kecil dari faktor kelompok ini (atau faktor kelompok minor). Kemampuan kreatif, kefasihan lisan, dan faktor numerik adalah faktor kelompok kecil di bawah faktor informasi verbal-pendidikan, dan tata ruang, psikomotor, dan mekanik merupakan faktor kelompok kecil di bawah ruang-mekanik. Keterampilan lain yang lebih khusus (atau faktor spesifik) khas tes tertentu muncul di tingkat berikutnya. Faktor-faktor yang rendah dalam hirarki merujuk untuk mempersempit rentang perilaku, sedangkan yang tinggi dalam hierarki merujuk berbagai perilaku. Vernon percaya bahwa faktor kelompok umum (g) harus dipertimbangkan dalam setiap usaha untuk memahami kecerdasan. Keyakinan ini didukung oleh temuan interkorelasi positif subtantial antara hasil tes saat tes kognitif yang diberikan kepada penduduk yang cukup representatif.

Cattel dan Horn

Cattel dan Horn telah mengembangkan teori yang inovatif pada struktur intelijen. Teori mereka menyatakan bahwa ada dua jenis kecerdasan-cairan dan mengkristal. Kecerdasan cairan mengacu pada dasarnya nonverbal, relativitas efisiensi mental budaya bebas, sedangkan kecerdasan mengkristal mengacu keterampilan yang diperoleh dan pengetahuan yang sangat tergantung untuk pengembangan mereka pada paparan budaya. Kecerdasan cairan melibatkan kemampuan belajar adaptif dan baru dan berhubungan dengan operasi mental dan proses, sedangkan kecerdasan mengkristal melibatkan fungsi kognitif overlearned dan mapan dan berhubungan dengan produk mental dan prestasi.

Meningkat kecerdasan cairan sampai kadang-kadang selama masa remaja, ketika Plato; kemudian mulai menurun karena degenerasi bertahap struktur psikologis. Kecerdasan cairan juga lebih sensitif terhadap efek dari cedera otak. Kecerdasan mengkristal, yang mencerminkan asimilasi budaya, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di pendidikan formal dan informal di seluruh rentang kehidupan dan dengan demikian terus meningkat sampai dewasa tengah. Ini adalah melalui latihan kecerdasan cairan yang mengkristal intelijen berkembang.

Gustafsson
Jan-Eric Gustafsson mengusulkan model tiga tingkat untuk menjelaskan struktur kemampuan intelektual. Pada tingkat tertinggi adalah g (kecerdasan umum), yang mewakili konsepsi Spearman kecerdasan. Pada tingkat berikutnya tiga faktor yang luas: kecerdasan mengkristal (informasi verbal), kecerdasan cairan (kemampuan non verbal adaptif), dan kecerdasan umum.

·         Information Processing Approaches To Intelligence

Campione, Brown, dan Borkowski

Joseph Campione dan Ann Brown digunakan kerangka pemrosesan informasi untuk mengembangkan teori umum inteeligence, yang diperluas oleh John Borbowski. Teori ini mendalilkan bahwa kecerdasan memiliki dua komponen dasar; sistem arhitectural, yang merupakan komponen struktural, dan sistem eksekutif, ahich merupakan komponen kontrol.
Sistem arsitektur. Sistem arsitektur mengacu biologis / properti berdasarkan genetika yang diperlukan untuk memproses informasi, seperti rentang memori, retensi stimulus jejak, dan efisiensi (atau kecepatan encoding dan decoding informasi). Keterampilan ini terkait erat dengan kemampuan persepsi dari individulas dan mencerminkan aktivitas sensorik dan integritas sistem saraf. Keterampilan relatif tahan terhadap perbaikan dengan lingkungan dan sangat penting untuk operasi kognitif dasar, seperti persepsi dan memori langsung. Dengan demikian sistem arsitektur sesuai dengan toko-toko besar, atau perangkat keras sistem.

Sifat struktur dalam sistem arsitektur termasuk kapasitas, atau jumlah ruang yang tersedia di unit (misalnya, jumlah slot memori jangka pendek dan jumlah pengajuan ruang dalam memori jangka panjang); daya tahan, atau tingkat di mana informasi yang hilang; dan efisiensi operasi, atau karakteristik duniawi terkait dengan pemilihan dan penyimpanan informasi (misalnya, kecepatan encoding, tingkat pencarian memori, kecepatan dengan yang perhatian swicthed, dan durasi kewaspadaan). Sistem arsitektur register dan merespon masukan sensorik.
Sistem eksekutif. Sistem eksekutif mengacu komponen belajar lingkungan yang memandu pemecahan masalah, termasuk (a) basis pengetahuan (pengambilan pengetahuan dari memori jangka panjang), (b) skema (seperti yang ditemukan dalam teori Piaget), (c) proses kontrol ( strategi latihan), dan (d) metakognisi (pengetahuan introspektif). Komponen dalam sistem eksekutif keterampilan yang muncul dari pengalaman dan dari instruksi dalam tugas-tugas pemecahan masalah yang kompleks. Keterampilan yang berkaitan dengan sistem eksekutif memungkinkan individu untuk terlibat dalam kreatif, pembelajaran adaptif dengan memulai dan mengatur pengambilan pengetahuan dari memori jangka panjang, memodifikasi basis pengetahuan, dan mediasi pemecahan masalah. Keterampilan ini memungkinkan individu untuk naik di atas hafalan, pembelajaran nonstrategic. Mereka tampak produk dari pengalaman belajar yang diperkaya dan karenanya sangat dimodifikasi.

Pengetahuan. Pengetahuan memainkan peran sentral dalam perilaku cerdas karena "pengetahuan infofms persepsi, menyediakan rumah untuk kenangan baru di tengah-tengah penyimpanan yang lama, dan menginformasikan rutinitas dan strategi kognitif dalam menghadapi masalah kompleks" (Borkowski, 1985, p, 112).

Skema. Dalam skema perspektif Piaget menyebut struktur kognitif abstrak dengan cara yang individu mengasimilasi atau mengakomodasi informasi baru. Skema (aturan berpikir) adalah aspek aktif dan konstruktif dari kecerdasan manusia. Dalam teori Piaget tahap utama pengembangan kognitif-sensorimotor, praoperasional, konkrit operasional, dan operasional formal.
Proses kontrol. Proses kontrol mengacu pada aturan dan strategi yang membantu menghafal, memahami, pemecahan masalah, dan kegiatan kognitif lainnya. Perilaku strategis seperti self-checking, latihan, dan prosedur diri instruksional lainnya dapat taughed untuk mempromosikan generalisasi strategi yang lebih besar.

Metakognisi. Metakognisi mengacu pada pemikiran tentang pemikiran atau kesadaran proses berpikir sendiri dan strategi pemikiran. Metakognisi membantu untuk menginformasikan dan mengatur rutinitas dan strategi kognitif. Integrasi pengetahuan metakognitif dengan perilaku strategis menghasilkan pemecahan masalah yang lebih efektif. Bantu metakognisi dalam perencanaan, pemantauan diri, dan cipta dan dapat menyebabkan pemilihan strategi, self-kritik, dan bahkan generasi strategi baru.

Sternberg

Robert J. Sternberg membagi kecerdasan manusia menjadi tiga dimensi; componential, pengalaman, dan contextual.There tiga tipe dasar komponen; metacomponents adalah proses tingkat tinggi yang digunakan dalam perencanaan, monitoring, dan evaluasi kinerja tugas. Komponen kinerja adalah proses yang digunakan dalam pelaksanaan tugas. Komponen akuisisi pengetahuan adalah proses yang digunakan dalam mempelajari hal-hal baru.

Dimensi pengalaman berhubungan intelijen untuk kedua eksternal dan dunia internal individu. Ini bagian dari teori menentukan pada titik intelijen paling kritis terlibat dalam pengalaman individu dengan tugas-tugas penanganan atau situasi.Dimensi kontekstual berkaitan intelijen untuk dunia luar individu. Ini menekankan adaptasi, seleksi, dan membentuk lingkungan.


Das

Model pemrosesan informasi telah diusulkan oleh Jagannath Das dan rekan-rekannya sebagai cara mengelompokkan kemampuan kognitif. Model, sebagian didasarkan pada karya Aleksandr Luria di neuropsikologi, memiliki dua mode utama. Dalam satu modus, disebut pengolahan simultan, rangsangan disusun secara simultan untuk membuat sebagai keputusan. Pengolahan secara terpadu, biasanya semi-spasial, bentuk. Contoh tugas mengukur pengolahan simultan adalah Raven Progressive Matrices, Gambar Menyalin, dan Memory untuk Designs. Dalam modus lainnya, disebut pengolahan berturut-turut, rangsangan disusun secara berurutan untuk membuat keputusan. Pengolahan dalam sequence-dependent, seri berdasarkan temporal tergantung urutan. Contoh tugas pengolahan berturut adalah pendengaran memori jangka pendek, memori jangka pendek visual, membaca kata, dan warna penamaan. Inteligensi dipandang sebagai kemampuan untuk menggunakan informasi yang diperoleh melalui prosedur transformasi simultan dan berurutan untuk merencanakan dan perilaku struktur secara efektif untuk mencapai tujuan.

Other Approaches To Intelligences (Pendekatan Kecerdasan Lain)
Jensen
Arthtur Jensen (1970a, 1980) berpendapat bahwa kecerdasan mental terdiri dari dua kelas utama : associative (level I) dan kognitif (level II). Kecerdasan asosiatif melibatkan hafalan, dan ingatan jangka pendek dan diukur melalui tugas yang melibatjkan angka memori. Kecerdasan kognitif melibatkan penalaran dan pemecahan masalah dan diukur dengan test kecerdasab umum, khususnya tugas-tugas yang melibatkan penalaran, pemecahan masalah, pembentukan kosnep, analogi verbal dan gambar, seri angka, dan matriks.
Perbedaan utama antara level I dengan level II adalah tugas yang melibatkan kecerdasan level I mengharuskan perubahan kecil pada input. Proses level II, sebaliknya, melibatkan sebuah perubahan dari stimulus input.  Perbedaan penting antara level I dan level II adalah kompleksitas transformasi dan manipulasi mental yang terjadi antara penyajian tugas dan respon yang diberikan.
Gardner
Howard Gardner (1983) membagi kecerdasan menjadi enak kompetensi. Pertama adalah keceradasan linguistic, kecerdasan musical, kemampuan logika-matematika, kemampuan spatial, kemampuan tubuh-kinestetik, kemampuan personal. Kompetensi ini dapat menjadi tempat dimana pikiran dan tindakan berkembang.
The multiple intelligence ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai anak-anak; hasilnya berguna untuk bimibingan dan pendidikan. Perbedaan strategi penilaian diperlukan pada anak-anak dengan berbagai usia. Contohnya, percobaab seperti menyembunyikan benda saat berusia 1 tahun, memberikan puzzle pada usia 6 tahun, dan menyediakan kotak rubik untuk anak masa pra-remaja.
Piaget
Jean Piaget (1986-1980) memahami kecerdasan sebagai bentuk adaptasi biologis dari individu terhadap lingkungan. Menurut Piaget, proses kognitif muncul melalui proses pembangunan yang bukan fungsi langsung dari pengembangan biologi atau ungsi langsung dari pembelajaran, sebaliknya munculny reorganisasi, merupakan struktur psikologi yang dihasilkan dari interaksi organismic-lingkungan.
Piaget menganggap pembangunan sosial, bermain dan seni sebagai komponen struktur kognitif yang besar. Pandangan ini menyebabkan piaget mengabaikan dikotomi antara kematangan dan belajar, dan antara kognitif dan komponen sosial-emosional dari perkembangan.
            Piaget mengemukakan dua kecenderungan yang memengaruhi interaksi dengan lingkungan: organisasi dan adaptasi. Organisasi adalah kecenderungan untuk menggabungkan dua atau lebih skema yang terpisah menjadi satu tingkat tinggi, skema terpadu (integrated scheme). Skema adalah struktur individu yang menghasilkan perubahan dalam perkembangan kognitif-terrlibat dalam menagkap suatu objek atau memahami konsep waktu.
Adaptasi mengandung dua proses yang saling melengkapi: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses mengambil informasi dan pengalaman dengan tepat mereka ke dalam skema atau konsep yang sudah dikuasai. Akomodasi adalah proses dimana sturktur kognitif dan perilaku yang ada dimodifikasi untuk memperhitungkan informasi baru dan pengalaman. Asimilasi dan akomodasi dapat muncul bersamaan saat anak berada pada suatu peristiwa dilingkungan, namun keseimbangan tertentu anatara keduanya akan bervariasi dari situasi ke situasi.
Contoh asimilasi adlah membuat permainan-percaya. Dimana karakter asli objek diabaikan dan diganti dengan sesuatu yang lain. Akomodasi ditampilkan saat anak belajar skema baru dari perilaku meniru orang lain.
            Piaget developmental model of intelligence (model perkembangan dari inteligensi piaget). Adalah satu hirarki, dimana perkembangan intelektual dibagi menjadi emapt periode utama. Setiap periode merupakan bentuk organisasi kognitif yang lebih kompleks dari yang sebelumnya. Berikut tabel empat perode dari kecerdasan.

PERIODE


I.           Periode sensorimotor





1.          Latihan reflex




2.          Primary cilcular reactions






3.          Secondary circular reactions

4.          Coordination of secondary schemes





5.          Tertiary cilculation
 reactions




6.          Infention of news through mental combination
Lahir sampai 2 tahun





lahir sampai 1 bulan




1 sampai 4 bulan







4 sampai 8 bulan


8 sampai 12 bulan






12 sampai 18 bulan





18 sampai 24 bulan
Anak melewati enam tahap, dimulai dengan latihan dari releks sederhana dan diakhiri dengan tanda-tanda pertama dari representasi internal mauopun tindakan simbolis.

Aktivitas rerleks sederhana sering keluar: siap membuat skema sensorimotor

Aktivitas hanya meliputi tubuh bayi dan dan terus berulang. Adaptasi pertama diperoleh, seperti integrasi dan koordinasi aktivitas ( menghisap jari atau meligat satu tangan )

Prosedur berkembang untuk membuat pemandangan menarik. Reaksi juga termasuk kejadian atau objek di dunia luar (menggoyang mainan untuk mendengar suara)

Dua atau lebih skema berkombinasi untuk memeperoleh tujuan: tindakan menjadi internasional (mencari bola dibaik bantal)

Perilaku trial-and-error dan aktivitas-mencari dirancang untuk menghasilkan yang baru: variasi gerakan yang disengaja dan hasil yang diamati (menarik bantal lebih dekat dengan tujuan agar mainan berada di
dekatnya.


Kombinasi mental muncul: mulai merepresensasi pikiran (menggunakan tongkat untuk mengambil mainan)
II.        Preoperational period
2 sampai 7 tahun
Anak memperoleh funsi bahasa dan simbolik (kemampuan untuk mencari objek yang hilang, menampilkan imitasi, terlibat dalam permainan simbolik, dan menggunakan bahasa)
III.     Concrete operational period
7 sampai 11 tahun
Anak-anak membnagun kemampuan berbicara: operasi mental teraplikasi nyata (konkret) pada objek atau kejadian
IV.     Formal operations period
11 sampai seterusnya
Anak-anak bisa berpikir abstrack, membuat hipotesis, menggunakan alasan deduktif, dan memastikan solusi.

Piaget vs psychometry approaches
Persamaan
Perbedaan
Piaget
Psychometry
1.      Keduanya menerima genetic penentu dari kecerdasan.
2.      Keduanya menerima kematangan menentukan kecerdasan.
3.      Keduanya menggunakan nonexperimental metodologi.
4.      Keduanya berupaya untuk mengukur fungsi intelektual bahwa berkembnag pada usia tertentu.
5.      Keduanya memahami kecerdasan sebagai dasar rasional.
6.      Keduanya mengamsusikan bahwa pematangan proses intelektual selesai pada masa remaja akhir.
7.      Keduanya mampu memprediksi perilaku intelektual diluar kondisi pengujian
1.      Mengamsusikan bahwa ada faktor-faktor yang memberikan pengembangan yang pasti non-random direction. Mengamsusikan bahwa pertumbuhan mental kualitatif dan mengandalkan perbedaan yang signifikan dalam pemikiran yang lebih muda dibandingkan anak yang lebih tua. Berkaitan dengan perubahan intar-individu yang terjadi dalam proses perkembangan.
2.      Memandang pertumbuhan mental sebagai struktur formasi mental yang baru dan munculnya kemampuan mental baru.
3.      Mengamsusikan genetic dan faktor lingkungan berinteraksi secara fungsional dan dinamis sehubungan dengan kontrol regulasi mereka atas aktivitas mental.
1.      Mengamsusikan bahwa kecerdasan diuji secara acak didistribusikan dalam populasi tertentu, dengan pembagian sebagai kurva normal. Berkaitan dengan perbedaaan antar-individuals.
2.      Memandang jalannya pertumbuhan mental sebagai kurva, dari jumlah kecerdasan di beberapa usia kriteria dapat diprediksi berdasarkan kecerdasan pada setiap usia sebelumnya.
3.      Mengamsusikan bahwa genetic dan lingkungan berkonstribusi untuk kecerdasan dapat diukur.

TES INTELIGENSI
       Tes inteligensi adalah tes psikologi yang mengukur inteligensi seseorang. Dalam definisinya, Wechsler menyatakan bahwa inteligensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara efektif. Ada beberapa macam tes inteligensi. Ada tes inteligensi untuk anak, ada tes inteligensi untuk orang dewasa. Ada yang diberikan secara individual, ada yang diberikan secara klasikal atau kelompok. Ada yang lisan, ada yang tertulis.
       Ada yang diukur oleh tes inteligensi yang satu belum tentu sama dengan apa yang diukur oleh tes inteligensi yang lain, meskipun kedua-duannya bertujuan untuk mengukur inteligensi. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan landasan teori tentang inteligensi pada tes inteligensi yang satu berbeda dengan landasan teori tentang inteligensi pada tes inteligensi yang lain. Mungkin juga dasar pengukuran yang digunakan berbeda-beda.
       Sehubungan dengan apa yang diukur oleh tes inteligensi ada beberapa macam tes inteligensi:
·         Test inteligensi umum, yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang umum mengenai taraf inteligensi umum dari seseorang.
·         Test inteligensi khusus, yang hanya memberikan keterangan tentang satu segi atau faktor yang spesifik dari inteligensi.
·         Test inteligensi diferensial yang memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang di dalam berbagai-bagai segi atau faktor inteligensi yang memungkinkan didapatkannya profil atau gambaran segi-segi kekuatan dan kelemahan dari berfungsinya inteligensi seseorang.

Berikut beberapa contoh tes-tes yang sering digunakan:
1.      Stanford-Binet Intelligence Scale
       Revisi terhadap Skala Stanford-Binet yang diterbitkan pada tahun 1972, yaitu norma penilaiannya yang diperbaharui. Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbgai level usia mulai dari Usia II sampai dengan Usia Dewasa-Superior. Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda. Bagi setiap level usia terdapat pula tes pengganti yang setara, sehingga apabila suatu tes pada level usia tertentu tidak dapat digunakan karena sesuatu hal maka tes penggantipun dapat dimanfaatkan.
       Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes haruslah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut.
       Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa, karena level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak. Versi terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek.
2.      Tes Inteligensi dari Wechsler, yang mengukur taraf inteligensi umum.
·         Khusus untuk anak-anak yang berusia 4 tahun sampai 6,5 tahun adalah WPPSI (Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligance).
·         Untuk anak-anak yang berusia 6,5 tahun sampai 16,5 tahun adalah WISC (Wechsler Intelligance Scale for Children).
·         Untuk orang-orang dewasa adalah WB (Wechsler Bellevue), dan WAIS (Wechsler Adult Intelligance Scale).
       Tes inteligensi Wechsler adalah tes individual, yang diberikan secara lisan dan dijawab secara lisan pula, serta dasar pengkurannya adalah Deviation IQ dengan nilai rata-rata = 100 dan besar penyimpangan = 15.

a.       The Wechsler Intelligance Scale for Children – Revised (WISC-R)
       Revisi skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan tahun 1974 dan dimaksudkan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia 6 sampai dengan 16 tahun. WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian subtes. Keduabelas subtes tersebut dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu skala Verbal dan skala Performansi.
Skala Verbal :
Skala Performansi :
· Information (Informasi)
· Comprehension (Pemahaman)
· Arithmetic (Hitungan)
· Similarities (Kesamaan)
· Vocabulary (Kosakata)
· Digit Span (Rentang Angka)
· Picture Completion (Kelengkapan Gambar)
· Picture Arrangement (Susunan Gambar)
· Block Design (Rancangan Balok)
· Object Assembly (Perakitan Objek)
· Coding (Sandi)
· Mazes (Taman Sesat)

       Kekurangan skala Wechsler yaitu kurangnya pendasaran teoritis yang menyulitkan penemuan basis interpretasi yang koheren. Selain itu juga komposisi skala-skala ini tampak menganggap bahwa domain kemampuan yang dipilih oleh subtesnya dalam semua tingkat umur sama.Pemberian skor pada subtes WISC-R didasarkan atas kebenaran jawaban dan waktu yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban yang benar tersebut. Skor tersebut kemudian di terjemahkan ke dalam bentuk angka standar melalui table norma sehingga akhirnya diperoleh satu angka IQ-deviasi untuk skala verbal, satu angka IQ-deviasi untuk keseluruhan skala.
b.      The Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R)
       WAIS-R terdiri dari skala verbal dan skala performansi. Skala Verbal terdiri dari:
1.      Informasi
Berisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan umum yang dianggap dapat diperoleh oleh setiap orang dari lingkungan sosial dan budaya sehari-hari dimana ia berada.
2.      Rentang Angka
Berupa rangkaian angka antara 3 sampai 9 angka yang disebutkan secara lisan dan subjek diminta untuk mengulangnya dengan urutan yang benar.
3.      Kosa Kata
Berisi 40 kata-kata yang disajikan dari yang paling mudah didefinisikan sampai kepada yang paling sulit.
4.      Hitungan
Berupa problem hitungan yang setaraf dengan soal hitungan di sekolah dasar.
5.      Pemahaman
Isi subtes ini dirancang untuk mengungkap pemahaman umum.
6.      Kesamaan
Berupa 13 soal yang menghendaki subjek untuk menyatakan pada hal apakah dua benda memiliki kesamaan.
Skala performansi antara lain :
1.      Kelengkapan Gambar
Subjek diminta menyebutkan bagian yang hilang dari gambar dalam kartu yang jumlahnya 21 kartu.
2.      Susunan Gambar
Berupa delapan seri gambar yang masing-masing terdiri dari beberapa kartu yang disajikan dalam urutan yang tidak teratur.
3.      Rancangan Balok
Terdiri atas suatu seri pola yang masing-masing tersusun atas pola merah-putih. Setiap macam pola diberikan di atas kartu sebagai soal.
4.      Perakitan Objek
Terdiri dari potongan-potongan langkap bentuk benda yang dikenal sehari-hariyang disajikan dalam susunan tertentu.
5.      Simbol Angka
Berupa Sembilan angka yang masing-masing mempunyai simbolnya sendiri-sendiri. Subjek diminta menulis symbol untuk masing-masing angka di bawah deretan angka yang tersedia sebanyak yang dapat dia lakukan selama 90 detik.

3.      Test Raven
a.      The Standard Progressive Matrices (SPM) 
       Merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan secara individual ataupun kelompok. Skala ini dirancang oleh J.C. Raven dan terbit pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Raven sendiri menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum.
       SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:
Grade I            : Kapasitas intelektual Superior.
Grade II           : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata
Grade III          : Kapasitas intelektual Rata-rata.
Grade IV          : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata.
Grade V           : Kapasitas intelektual Terhambat.
b.      Colours Progressive Matrices (CPM)
       Bentuk tes CPM ada dua macam yaitu berbentuk cetakan buku dan yang lainnya berbentuk papan dan gamabr-gambarnya tidak berbeda dengan yang di buku cetak. Materi tes terdiri dari 36 item/gambar. Item ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok atau 3 set yaitu set A, set AB dan set B. Item disusun bertingkat dari item yang mudah ke item yang sukar. Tiap item terdiri dari sebuah gambar besar yang berlubang dan dibawahnya terdapat 6 gambar penutup. Tugas testi adalah memilih salah satu diantara gambar ini yang tepat untuk menutupi kekosongan pada gambar besar. Pada dasarnya kedua bentuk tersebut dalam pelaksanaan tes memberikan hasil yang sama. (Raven, 1974)
       Kedua bentuk tes CPM dicetak berwarna, dimaksudkan untuk menarik dan memikat perhatian anak-anak kecil. (Raven, 1974)
·         Aspek yang diukur
Raven berpendapat bahwa tes CPM dimaksudkan untuk mengungkap aspek:
1.      berpikir logis
2.      kecakapan pengamatan ruang
3.      kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisa dan kemampuan integrasi
4.      kemapuan berpikir secara analogi. 


·         Tujuan
Tes CPM dapat digunakan untuk mengungkap taraf kecerdasan bagi anak-anak yang berusia 5 sampai 1 tahun. Di samping itu juga digunakan untuk orang-orang yang lanjut usia dan bahkan utnuk anak-anak defective.

c.       Advance Progressive Matrices (APM)
Disusun oleh J.C Raven pada tahun 1943
·         Bentuk yang tersedia
Tes APM terdiri dari 2 set dan bentuknya non-verbal. Set 1 disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II berisikan 36 butir soal tes.
·         Aspek yang diukur
Tes APM dimaksudkan untuk mengungkap kemampuam efisiensi intelektual. Tes APM ini sesungguhnya untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual lebih dari normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior.
·         Tujuan
Untuk mengatur tingkat intelegensi, di samping untuk tujuan analisis klinis.

4.      The Kauffman Assesment Battery for Children (K-ABC)
       K-ABC merupakan rangkaian tes yang relatif baru yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun. Tes ini diciptakan oleh Alan S. Kaufman dan Nadeen L. Kaufman dari University of Alabama. Karena kurang mengandalkan kemampuan verbal, K-ABC bisa merupakan pengukuran pilihan untuk anak-anak yang kemahiran bahasa inggrisnya terbatas atau pendengarannya rusak. Skala-skala inteligensi dalam baterai ini adalah:
1.      Sequential Processing Scale, yaitu skala yang mengungkap kemampuan memecahkan permasalahan secara bertahap dengan penekanan pada hubungan serial atau hubungan temporal di antara stimulus.
2.      Simultaneous Processing Scale, yaitu skala yang bertujuan mengungkap kemampuan anak memecahkan permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan memadukan banyak stimulus sekaligus dalam waktu yang sama.

       Baterai dalam skala ini juga menyajikan kombinasi Sequential dan Simultaneous Processing yang masing-masing disebut Mental Processing Composite Scale, Achievement Scale, dan Non-verbal Scale.
5.      Culture Fair Intelligence Test (CFIT), Scale 2 and 3 From A and From B
·         Bentuk yang tersedia
Buku soal dan lembar jawaban yang terpisah.
·         Aspek yang diukur
Tes ini mengukur faktor kemampuan mental umum (g-factor)
·         Tujuan
Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan factor kemampuan mental umum atau kecerdasan. Skala 2 untuk anak-anak usia 8-14 tahun dan untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di bawah normal. Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.
TES BAKAT
       Bakat adalah kemampuan atau potensi khusus, dengan pendidikan atau latihan tertentu akan dapat diasah. Tes bakat bertujuan membantu merencanakan dan membuat  keputusan mengenai pilihan pendidikan dan pekerjaan. Dari tes bakat diperoleh gambaran mengenai seseorang di dalam berbagai bidang kemampuan. Musterberg adalah salah seorang ahli yang memprakarsai pembuatan tes bakat pertama kali. Mula-mula tes bakat digunakan pada masa perang dunia I untuk menyeleksi pilot, pengemudi kemudian meluas ke bidang industri.
       Dasar dari tes bakat adalah membandingkan profil nilai seseorang dengan profil nilai orang lain yang dianggap berkemampuan tinggi mengenai bidang tertentu. Dengan demikian terukur kadar bakatnya, dengan cara menyimpulkan kekuatan atau kelemahannya dalam segi itu.  Ketepatan penggunaan dasar pemikiran ini sangat tergantung dari analisa psikologis yang teliti dan tepat mengenai bidang tertentu itu. Misalnya, bila dapat dianalisa dengan tepat sifat-sifat apa yang ada pada seniman, maka dapat dibuat tes yang dapat meramalkan bakat seniman.
       Macam-macam tes bakat adalah sebagai berikut:
1.      Multiple Aptitude Batteries
       Yaitu tes bakat yang mengukur bermacam-macam kemampuan, seperti: pengertian bahasa, kemampuan angka-angka, penglihatan keruangan, penalaran dalam berhitung, kecepatan persepsi. Dalam tes ini dapat dilihat kemampuan, kelemahan dan kekurangan seseorang yang masing-masing dinyatakan dalam angka tersendiri. Hasilnya adalah profil angka-angka, berbeda dengan tes inteligensi umum, di mana semua aspek-aspek inteligensi keluar satu angka, antara lain yang dinyatakan sebagai IQ.

A.    Differential Aptitude Test (DAT)
       Seri test multiple bakat Differential Aptitude Test (DAT), yang dalam Bahasa Indonesia dapat dipakai istilah Tes Perbedaan Bakat, merupakan salah satu seri tes multiple bakat yang paling banyak dipakai dalam bidang pendidikan dan kerja. DAT pertama kali terbit tahun 1947, dan telah direvisi pada tahun 1963. Penyusun DAT adalah G. Bennett, H.G.Seashore, dan A.G.Wesman dari USA. DAT memakai teori kelompok faktor kecerdasan model PMA atau Kemampuan Mental (KMP) dari Thurstone. Adapun maksud dan tujuan DAT antara lain:
a.       Sebagai sarana akademik untuk mendapatkan prosedur penilaian yang ilmiah, terintegrasi, dan standart bagi murid murid.
b.      Dirancang untuk bimbingan pendidikan dan vokasional (pekerjaan).
c.       Dapat dipakai dalam bidang industri untuk penempatan karyawan dan promosi jabatan selanjutnya (perkembangan pembinaan karyawan pabrik).
d.      DAT terdiri dari 8 tes, masing-masing berdiri sendiri, sehingga dapat digunakan secara terpisah, untuk seleksi dalam bidang industri pada jenis pekerjaan tertentu.

       Kemungkinan hanya membutuhkan beberapa tes saja dari baterai tes ini. Dalam bidang pendidikan akan lebih baik jika semua tes digunakan secara bersamaan ke delapan tes tersebut jika dikelompokkan maka akan terdiri dari 2 kelompok besar, yaitu:
a.       Kelompok Tes Verbal, meliputi: 
Verbal Reasoning, 
Numerical Ability, 
Clerical Speed Accuracy, 
Language Usage.
b.      Kelompok Tes Non Verbal, meliputi: 
Abstract Reasoning, 
Mechanical Reasoning, 
Space Relation.

Adapun deskripsi delapan sub test tersebut adalah:
a.       Verbal Reasoning (VR)/Test Penalaran Verbal
     Dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir abstrak, generalisasi, dan konstruktif memahami konsep verbal. Perbendaharaan kata yang digunakan dalam test ini meliputi perbendaharaan kata yang biasa digunakan dalam berbagai bidang, diantaranya sejarah, geografi, sastra, dan sains. Materi test ini berupa analogi sederhana, yang biasa digunakan dalam test intelegensi umum, walaupun analogi sederhana ini telah mendasarkan pada asosiasi daripada berpikir. Hasil pengukuran test VR ini diharapkan untuk prediksi kesuksesan dalam bidang yang mementingkan pemahaman konsep verbal. Contoh pertanyaan tes verbal reasoning: Pilihlah pasangan kata – kata yang benar untuk melengkapi kalimat dibawah ini ! 
..…bisa dipakai dalam resepsi, dan pakaian seragam SD dipakai di... 
a.       Baju kerudung – wisata
b.      Pecis dan sarung – mesjid
c.       Setelan jas – sekolah
d.      Kain kebaya – kondangan
e.       Jas dasi – rumah. 

     Pilihan yang tepat adalah C

b.      Numerical Ability (NA) / Kemampuan Aritmatik.
     Dirancang untuk mengukur kemampuan memahami hubungan numerik dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsep numerik. Test ini lebih mengukur kemampuan komputasi daripada penalaran numerik. Test ini sangat penting untuk prediksi dalam bidang matematika, fisika, kimia, teknik, dan bidang lain yang membutuhkan kemampuan berpikir secara kuantitatif. Prediksi dalam bidang pekerjaan seperti akuntansi, statistik, dan asisten laboratorium. NA bersama dengan VR digunakan untuk estimasi kemampuan General Learning. 
Contoh pertanyaan tes numerical ability
79
48  +
.....
a. 125 
b. 157 
c. 126 
d. 127 
e. 137 

Pilihan yang tepat adalah D.

c.       Abstract Reasoning(AR) / Penalaran Abstrak 
     Dirancang untuk mengukur penalaran non verbal. Dalam setiap butir test ini menuntut pemahaman logis tentang prinsip–prinsip yang digunakan untuk mengubah diagram dan kemampuan membedakan perbedaan yang kecil pada garis, daerah, maupun bentuk. AR merupakan suplemen VR+ NA, guna estimasi intelegensi. AR digunakan untuk prediksi dalam bidang pendidikan dan profesi yang menuntut pemahaman relasi antara benda atau objek. Skor AR dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk memahami penalaran seseorang jika seseorang mengalami kesukaran bahasa dan mendapatkan skor rendah pada test VR.

d.      Relation (SR) / Hubungan Spasial atau ruang. 
     Mengukur kemampuan visualisasi terhadap konstruksi objek tiga dimensi yang dibangun dari pola dua dimensi dan kemampuan membayangkan berbagai cara yang digunakan untuk memutar objek tersebut sehingga mempunyai bangunan seperti yang tampak dalam gambar. Test ini dirancang untuk memprediksi kesuksesan dalam bidang perencanaan tata ruang, desainer, arsitektur, seni, dan dekorasi.
e.        Mechanical Reasoning (MR) / Penalaran Mekanikal 
     Test ini merupakan bentuk baru dari test bakat Spatial Mechanical Comprehension. Setiap butir dari test ini menyajikan gambar situasi mekanik disertai pertanyaan dalam kata–kata sederhana. Test ini mengukur pemahaman prinsip–prinsip mekanik dan fisika dalam situasi familiar. Skor test ini akan dipengaruhi oleh pengalaman individu, walaupun hanya meningkatkan beberapa point saja. Hasil ini digunakan untuk prediksi kesuksesan dalam belajar dan pekerjaan yang menuntut pemahaman prinsip-prinsip umum dari fisika. Prediksi dalam pekerjaan seperti bidang mekanik, perakitan, pertukangan kayu. Perlu diketahui testee yangmendapat skor tinggi pada tes ini akan dengan mudah mem-pelajari prinsip–prinsip kerja dan reparasi alat yang ber-sifat kompleks.

f.       Clerical Speed Accuracy (CSA)/Kecepatan dan Keakuratan klerikal. 
     Tes ini dirancang untuk mengukur kecepatan dan ketelitian respon dalam tugas–tugas yang membutuhkan persepsi sederhana. Tugas testee adalah memilih kombinasi angka atau huruf yang sama dengan kombinasi yang telah diberi garis bawah pada buku soal, dengan cara memberi garis bawah pada kombinasi pilihannya. Butir tes ini merupakan elemen yang sering digunakan pada berbagai tugas administrasi. Hasil tes ini untuk prediksi kemampuan me-ngerjakan hal-hal penting rutin administrasi seperti mengatur arsip. Manfaat untuk bidang pendidikan dapat dikatakan relatif kecil, tetapi skor rendah menunjukkan bahwa testee mengalami kesulitan dalam hal keberhasilan, ketepatan,kecepatan dalam mengerjakan tugas.



g.      Language Usage, bagian I 
     Perbendaharaan kata dalam tes ini merupakan hasil seleksi dari Gate’s Spelling Differential in 3876 Words, dan merupakan perbendaharaan kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Skor yang rendah pada subtes ini menunjukkan kesulitan dalam Spelling.

h.      Language Usage, bagian II 
     Test ini dirancang untuk mengukur kemampuan membedakan tata bahasa yang baik dengan yang jelek ,memahami pemberian tanda baca yang tepat dan penggunaan kata yang tepat dalam bahasa inggris. Kemampuan tersebut banyak digunakan dalam bidang jurnalistik, korespodensi bisnis. Perlu diketahui tes ini lebih menyerupai tes prestasi jika dibandingkan dengan tes yang lain.

B.     General Aptitude Test Battery (GATB)
       Tes ini diciptakan oleh Charles E. Odell, yang digunakan pada konseling pekerjaan di States Employment Service Office. Aptitude yang diungkap GATB adalah :
§  Aptitude G : Intelegence
Merupakan tes kemampuan belajar secara umum, yaitu     kemampuan  untuk menangkap dan mengerti prinsip-prinsip, menalar dan membuat keputusan.
§  Aptitude V : Verbal Aptitude
Merupakan tes untuk mengerti arti beberapa kata dan memepergunakannya secara efektif, serta untuk mengerti bahasa secara komprehensif, mengerti hubungan antar kata dan mengerti arti keseluruhan paragraph dan kalimat. 
§  Aptitude N : Nuemerical Aptitide
Merupakan kemampuan untuk mengoperasikan angka-angka secara cepat dan tepat.
§  Aptitude S : Spatial
Merupakan kemampuan berpikir secara visual pada bentuk geometris dan untuk menangkap objek 3 dimensi, serta mengingat hubungan dari gerakan objek dalam satu ruang.
§  Aptitude P : Form perception
Merupakan kemampuan untuk melihat bagian-bagian dari suatu gambar, benda, dan grafik. Membuat perbandingan dan pembedaan secara visual dan melihat perbedaan yang nyata pada bentuk atau bayangan.
§  Aptitude Q : Clerical perception
Merupakan kemampuan untuk mengungkap obyek-obyek angka dan huruf, serta kemampuan persepsi terhadap komputasi secara sepintas.

§  Aptitude K : Motor coordinate
Merupakan kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan-gerakan organ mata, jari-jari secara terampil dan teliti pada gerakan yang cepat dan tepat.
§  Aptitude F : Finger dexterity
Merupakan kemampuan gerakan jari jemari: memanipulasi obyek-obyek kecil dengan jari jemari secara cepat dan teliti.
§  Aptitude M : Manual dexterity
Merupakan kemampuan untuk menggerakkan tangan dengan mudah  dan terampil. Kemampuan untuk bekerja dengan tangan dalam menempatkan dan memindahkan sesuatu.
Adapun Jenis – Jenis dari tes GATB, yaitu sebagai berikut :
1.      TES RUANG BIDANG
·         Nama:
Nama Asli : Three dimentional Space
Nama Indonesia : Tes Ruang Bidang Seri GATB
·         Bentuk yang tersedia
Bentuk tes yang ada adalah sekumpulan soal dalam buku tes. Tersedia lembar jawaban untuk mengerjakan.
·         Aspek yang diukur
Tes ini mengukur kemampuan berfikir secara visual dari bentuk geometris memahami gambar dari dua dimensi untuk menjadi bentuk tiga dimensi.
·         Tujuan
Tes ini sebagai serangkaian tes untuk mengungkap intelegensi bersama dengan dua sub tes lainnnya, yaitu : Tes Perbendaharaan Kata (Vocabulary) dan Tes Berhitung Soal (Arithmetic Reasoning) 

2.      TES MEPERSAMAKAN PERKAKAS
·         Nama :
Nama Asli : Tool Matching
Nama Indonesia : Tes Mempersamakan Perkakas
·         Bentuk yang tersedia
Tes yang ada adalah berupa buku setebal delapan halaman dan lembar jawaban.
·         Aspek yang diukur
Tes ini mengukur aspek kemampuan atau kecermatan dalam pengamatan. Testi diminta mengamati gambar soal dan mencari persamaan gambar di antara tiga gambar lain yang bentuknya sama hanya berbeda dalam corak warnanya.
·         Tujuan
Bersama dengan  sub tes yang lain, tes ini hanya bergunan untuk mengenal Profil Bakat Seseorang dan mengenal Pola Bakat Kejujuran. 

3.      TES KECEKATAN JEMARI
·         Nama :
Nama Asli : Finger Dexterity Test
Nama Indonesia : Tes Kecekatan Jemari

·         Bentuk yang tersedia
Tes ini dibuat berdasarkan gambar yang ada di buku manual GATB. Tes yang asli bahannya dari logam semua, bentuknya segi empat paanjang dengan 100 lubang, 50 baut dan ring pada tiap tiang. Lubang itu dibagi dua bagian atas dan bawah masing – masing 50 lubang. Adapun materi tes yang ada di Fakultas Psikologi UGM (dibuat oleh Sumitra) dibuat dari aluminium dan didalamnya ada kayunya. Bentuknya persegi panjang, dengan panjang 35 cm dan tebal 1 cm. Lubang ada dua kelompok yang masing – masing 50 lubang, dan jarak antara kelompok lubang bagian atas dan kelompok bawah 15 cm. Jumlah baut sebanyak 50 buah, ring 75 buah dan satu tiang untuk tempat ring yang dapat didirikan pada lubang yang ada di sisi kiri/kanan tengah antara dua kelompok lubang itu. Alat – alat lain yang perlu ada untuk tes ini yang digunakan tester adalah alat – alat tulis gambar jawaban untuk mencatat dan stop watch untuk mengukur atau menentukan waktunya.

·         Tujuan
Sesuai dengan faktor – faktor yang diungkap oleh tes ini maka tujuan penggunaan tes adalah untuk mengukur bakat atau kemampuan khusus kecekatan jemari individu. 

C.     Flanagan Aptitude Classifi cation Test (FACT)
       Dirancang oleh J.C.Flanagan dari USA. Adapun tujuannya adalah:
a.       Untuk memperoleh sistem klasifi kasi bakat dalam penentuan bakat dan kemampuan dasar seseorang dalam tugas-tugas tertentu.
b.      Sebagai alat baku untuk memprediksi kesuksesan bekerja berdasarkan bakat.
c.       Untuk merencanakan program latihan dalam rangka bimbingan karier.
d.      Sebagai alat seleksi dan penempatan karyawan di pabrik dan di kantor-kantor administrasi.
e.       Membantu perencanaan pendidikan berdasarkan pengembangan bakat.

FACT terdiri dari 14 subtes. Adapun deskripsi 14 subtes tersebut adalah:
1.      Inpection (inspeksi). 
Mengukur kemampuan untuk secara cepat dan akurat melihat kekurangan-kekurangan atau titik-titik robek pada gambar, objek, atau serangkaian artikel. Jadi tes ini mengetes ketajaman persepsi visual secara detail, sehingga tesnya dapat disebut tes persepsi detail. Kemampuan ini dibutuhkan dalam memeriksa hasil-hasil pabrik yang hampir selesai atau sudah selesai.
2.      Coding (penandaan, pengkodean) 
Mengukur kecepatan dan ketepatan pengkodean atau pemberian kode atas informasi-informasi khusus perkantoran (tificial office information).
3.      Memory (ingatan) 
Mengukur kemampuan mengingat dan menyebutkan kembali kode-kode yang telah dipelajari dalam tes pengkodean.
4.      Precision (presisi, ketepatan) 
Mengukur kecepatan dan keakuratan dalam gerakan-gerakan jari secara melingkar dengan satu tangan dan dengan dua tangan. Dibutuhkan dalam kecepatan bekerja dengan objek-objek yang kecil.
5.      Assembly (merakit)
Mengukur kemampuan visual melihat bagaimana sejumlah objek model yang terpisah-pisah akan tampak jika diatur sesuai dengan instruksi, tanpa model yang sesungguhnya dan berupa tes hubungan spasial 3D.
6.      Scales (skala)
Mengukur kecepatan dan keakuratan dalam pembacaan skala, grafik, dan peta atau denah. Kemampuan ini amat diperlukan di dalam pekerjaan teknik.
7.      Coordination (koordinasi) 
Mengukur kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan lengan dan tangan (hand and arm coordination)
8.      Judgement and comprehension 
Mengukur kemampuan membaca dengan pemahaman, penalaran logis atau mengambil keputusan secara tepat dan memakai keputusan tersebut secara baik dalam situasi yang praktis.


9.      Arithematic (berhitung)
Mengukur kecakapan dalam 4 proses dasar berhitung dalam penjumlahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian.
10.  Patterns (pola-pola)
Mengukur kemampuan untuk reproduksi pola-pola dasar sederhana atau garis besar pola-pola sederhana (outline) secara tepat dan teliti.
11.  Components (komponen-komponen)
Mengukur kemampuan untuk mengidentifikasi bagian-bagian komponen yang penting.
12.  Tables
Mengukur kemampuan membaca 2 tipe tabel. Tabel pertama terdiri dari angka dan tabel kedua berisi kata dan huruf alfabet.
13.  Mechanics
Mengukur kemampuan pemahaman prinsip-prinsip mekanika dan kemampuan menganalisis gerakan-gerakan mekanika.
14.  Expression
Mengukur perasaan dan pengetahuan tentang bahasa Ing-gris yang benar. Flanagan dalam menyusun seri test FACT-nya itu dengan validitas konstruksi, artinya validitas yangberdasarkan definisi-definisi yang disusunnya secara logis.

       Ia menganggap bahwa pendekatan unsur-unsur pekerjaan sebagai metode intermedier antara analisis faktor-faktor primer di satu pihak dan di lain pihak metode sampel job, dimana unsur-unsur esensial dari job real disimulasikan dalam tes, dan kemudian dilakukan analisis statistik untuk menganalisis validitasnya.

D.    Armed Services Vocational Aptitude Battery (ASVAB)
1.      Arithmatic Reasoning
2.      Numerical Operations
3.      Paragraph Comprehension
4.      Word Knowledge
5.      Coding Speed
6.      General Science
7.      Mathematics Knowledge
8.      Electronics Information
9.      Mechanical Comprehension
10.  Authomotive and Shop Information
E.     Scholastic Aptitude Test (SAT)
Tes ini terdiri dari dua,yaitu:
1.      Verbal,meliputi:
a.      Antonyms
b.      Analogies
c.       Sentences Completions
d.      Reading Comprehension
2.      Mathematics, meliputi:
a.      Reguler Mathematics
b.      Quantitative Comparisons

2.      Special Aptitude Tes atau Single Aptitude Tes (tes bakat khusus)
     Yakni tes yang hanya mengukur bakat tertentu. Tes bakat yang terdiri dari satu jenis tes dan pada umumnya mengungkap kemampuan khusus yang dimiliki seseorang, antara lain: tes sensory, tes artistik, tes klerikal, tes kreativitas, tes kreaplin/Pauli, dan motor dexterity.
1.        Tes sensory, tes yang mengungkap kemampuan indera, missalnya tes ketajaman penglihatan, pendengaran. Tes ketajaman penglihatan/visual memakai alat yang populer, yang dinamakan kartu Snellen. Kartu ini berisi barisan huruf dimulai huruf yang besar bentuknya menurun sampai pada yang terkecil dengan ukuran sudut visual. Subyek harus membaca dari baris atas,yang besar-besar hurufnya lalu berturut-turut ke bawah dengan jarak baca 8 (delapan) meter. Jika subyek dapat membaca semuanya dengan jelas dikatakan subyek tersebut sehat atau tajam penglihatannya.
        Tes pendengaran. Alat tes untuk mengetes ketajaman pendengaran disebut audiometer, yaitu dengan cara subyek memakai handphone yang dihubungkan dengan sumber suara. Tiap telinga dapat dites dengan handphone satu persatu, volume suara dapat diatur oleh testernya. Suara yang diteskan dapat kata-kata atau kalimat-kalimat. Dimulai dari suara yang paling lemah, di bawah ambang rangsang. Suara-suara yang tidak didengar diulang-ulang dengan menambah volume suaranya (makin keras). Dengan begitu tester dapat mengukur dan menilai ketajaman pendengaran seseorang.
2.      Tes artistik, yaitu tes yang mengungkap bakat seni, misal: tes gambar dan tes musik.
3.     Tes clerical, yaitu tes untuk mengukur keakuratan (ketepatan,ketelitian) dan kecepatan respon dalam tugas-tugas pekerjaan yang membutuhkan persepsi sederhana. Hasil tes ini untuk prediksi kemampuan mengerjakan hal-hal penting rutin dalam administrasi, seperti mengatur arsip.
4.      Tes kreativitas
5.      Tes motor dexterity (tes ketangkasan/ketrampilan motorik).

6.   Tes Kreaplin, tes ini dibuat dengan maksud untuk mengetahui kecepatan kerja, ketelitian kerja, keajegan kerja dan ketahanan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, D. S. (1996). Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
M., S. J. (1988). Assessment of Children Revised and Updated Third Edition. California: Publisher Inc.
Santrock, J. W. (2015). Life-Span Development. New York: McGraw-Hill.
Saparinah, S. (1986). Inteligensi Bakat dan "Test IQ". Jakarta: P. T Dian Rakyat.
Nur’aeni. 2012. Tes Inteligensi dan Tes Bakat. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Anastasi. A. 2003. Psychological Testing. Jilid I dan II. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Indek Gramedia Grafindo

No comments:

Post a Comment