Friday 21 August 2015

Perkembangan Kognitif pada Masa Early Childhood

Perkembangan Kognitif pada Masa Early Childhood

TAHAP PRAOPERASIONAL PIAGET
            Pada masa kanak-kanak awal dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun, Jean Piaget menamakannya sebagai tahap praoperasional. Tahap Praoperasional dalam teori Piaget adalah tahap utama kedua  perkembangan kognitif di mana anak-anak semakin kompleks dalam menggunakan pemikiran simbolis tetapi belum mampu menggunakan pemikiran logis. Operation dalam teori Piaget adalah tindakan mental yang dapat dibalikkan yang membolehkan anak melakukan apa yang sebelumnya mental mereka lakukan secara fisik, karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operation atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis (Santrock, 2015).

            Karakteristik perkembangan dalam tahap kedua praoperatioanal Piaget adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan representasional, yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor. Tahap pekembangan ini dibagi menjadi dua sub-tahap: sub-tahap fungsi simbolis dan sub-tahap pemikiran intuitif.

Subtahap Fungsi Simbolik
            Sub-tahap fungsi simbolik merupakan tahap pertama yang muncul pada usia 2 sampai 4 tahun anak pra sekolah dari tahap praoperational. Fungsi simbolik merupakan istilah Piaget dalam kemampuan representasi mental akan angka, kata, atau gambar sebagai tempat anak meletakkan makna. Anak-anak prasekolah menunjukkan fungsi simbolis melalui imitasi tertunda (defered imitation), bermain sandiwara (pretend play), dan bahasa. Pemahaman terhadap simbolisme datang secara garadual, dimana anak yang berusia 3 tahun bisa tampak bingung dengan gambar di layar. ketika ditanya apakah popcorn yang ada di televisi akan tumpah apabila televisi di putar terbalik, kebanyakan anak menjawab "ya" (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Meskipun demikian, anak praseolah tetap memiliki batas-batasan yang penting, diantaranya egosentrisme dan animisme.
1.      Egosentrisme
               Egosentrisme menurut Piaget adalah kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain, dimana anak-anak terpusat pada sudut pandangnya sendiri sehingga mereka tidak dapat menerima pandangan orang lain. Piaget melakukan sutatu percobaan dalam mempelajari egosentrisme. seorang anak duduk di depan meja menghadap tiga tumpukan tanah  berbentuk gunung dan sebuah boneka ditempatkan berhadapan dengan sang anak. Saat anak ditanyai bagaimana tiga gunung tersebut menurut pandangan boneka, anak akan menjawab pertanyaan tersebut dengan mendeskripsikan gunung tersebut dari sudut pandangnya (Santrock, 2015).
               Akan tetapi, percobaan yang lain menampilkan masalah yang sama dengan cara yang berbeda memberikan hasil yang berbeda. seorang anak didudukkan di hadapan sebuah papan persegi empat yang dibagi ke dalam empat bagian "dinding". Sebuah polisi mainan ditempat di ujung papan; dan sebuah boneka digerakan dari satu bagian ke bagian lain. Setelah  beberapa perpindahan, si anak ditanyai, "Apakah si polisi dapat melihat si boneka?" dan si anak diminta untuk menyembunyikan boneka dari kedua petugas tersebut, 30 anak usia 3-5 tahun menjawab dengan tepat. (Papalia, Old, & Feldman, 2008).  
               Kesimpulannya adalah anak-anak mungkin menunjukkan egosentrisme khususnya dalam situasi yang berbeda di luar pengalaman yang pernah mereka alami, dimana sebagian anak mengenal boneka dan polisi, tetapi sebagian besar anak tidak pernah melihat gunung (Papalia, Old, & Feldman, 2008).  
               Piaget menyatakan bahwa anak-anak yang egosentris, mampu merenungkan dunia hanya dari perspektif pribadi mereka. Sebagai contoh, seorang anak usia tiga tahun memberikan ibunya sebuah model truk sebagai hadiah ulang tahunnya; "ia sangat berhati-hati membungkus hadiah itu dan memberikannya kepada ibunya dengan ekspresi yang jelas menunjukkan ia berharap ibunya  menyukainya." Anak laki-laki tiga tahun tidak memilih hadiah itu dari sudut keegoisan dan keserakahan, tapi dia hanya gagal untuk menyadari bahwa, dari sudut pandang ibunya, ibunya mungkin tidak menikmati model mobil sebanyak dia. Mereka mulai  merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar dan cenderung egosentris, yaitu mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain serta mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan orang di sekitarnya (Wikipedia, Egocentrism, 2015).
2.      Animisme
            Kecenderungan mengatributkan kehidupan kepada objek tak bernyawa disebut animisme. (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Animisme adalah kepercayaan bahwa benda-benda mati mampu bertindak seperti manusia hidup dan memiliki kualitas. Contohnya adalah seorang anak percaya bahwa trotoar gila dan membuat mereka jatuh ke bawah (Sonsaka, 2011). Percaya akan benda tak bernyawa seolah hidup dan mampu bergerak. Hal ini disebabkan karena anak-anak pra sekolah belum mampu memperhatikan realitas (Santrock, 2015). Misalnya anak-anak yang berbicara pada bonekanya, memberikan bonekanya minum dan makan seolah-olah bonekanya hidup.

Subtahap Berpikir Intuitif
          Tahap kedua dari praoperational Piaget adalah sub-tahap intuitif pemikiran antara usia 4 dan 7 tahun, anak-anak cenderung menjadi sangat penasaran dan mengajukan banyak pertanyaan, mulai penggunaan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban yang singkat dari pertanyaannya. Periode 4 hingga 6 tahun munculnya kepentingan penalaran dan ingin tahu  "mengapa hal" adalah cara mereka, pertanyaan yang muncul biasanya berupa "apa", "mengapa". Misalnya " Apa yang membuatmu tumbuh?", "Mengapa matahari bersinar?", "Apa itu Bola?". Piaget menyebutnya substage intuitif karena anak-anak menyadari bahwa mereka memiliki sejumlah besar pengetahuan, tetapi mereka tidak menyadari bagaimana mereka mendapatkannya, diamana mereka mengetahui tentang sesuatu tetapi, tahu itu tidak menggunakan pemikiran rasional (Santrock, 2015).
Pemutusan dan Keterbatasan Pemikiran Praoperasional
            Salah satu dari tahap praoperational, sentrasi adalah kecenderungan untuk fokus pada satu aspek penting dari situasi dan mengabaikan aspek-aspek lain yang mungkin relevan. Konservasi mengacu pada kemampuan untuk menentukan bahwa jumlah tertentu akan tetap sama meskipun penyesuaian wadah, bentuk, atau ukuran yang jelas.
            Salah satu Tugas konservasi Piaget, yaitu konservasi cairaan tugas, anak ditunjukkan dua gelas yang dipenuhi dengan cairan yang tinggi sama. Anak ditanyai apakah dua gelas berisi cairan dengan jumlah yang sama, dimana anak menjawab "ya". Selanjutnya, cairan dituangakan dari salah satu gelas ke gelas ketiga, dimana gelas ketiga  berukuran lebih tinggi dan lebih sempit dari dua gelas sebelumnya. Anak itu kemudian ditanyai apakah jumlah cairan masih sama. Pada tahap ini anak menjawab "tidak". Ketika ditanya mengapa mereka mengatakan "tidak" itu diakibatkan praoperasional anak akan menjawab bahwa jumlahnya tidak sama, karena lebih tinggi.Akan tetapi,  setelah anak telah mencapai tahap operasional konkret, anak akan menyimpulkan jumlah cairan masih sama (Santrock, 2015).

            Contoh lain adalah ketika seorang anak melihat 7 anjing dan 3 kucing di layar dan bertanya apakah anjing lebih banyak daripada kucing? Anak akan merespons secara positif, yaitu "ya". Namun ketika ditanya apakah ada lebih anjing daripada hewan lain?, anak akan kembali merespon positif. Seperti kesalahan mendasar dalam logika menunjukkan transisi antara intuitif dalam memecahkan masalah dan penalaran logis sejati diperoleh di tahun-tahun berikutnya ketika anak tumbuh (Sonsaka, 2011).
            Selain dari konservasi cairan tugas, terdapat juga konservasi tugas lainnya, seperti , konservasi berat tugas, dimana anak-anak menunjukkan konservasi berat dan panjang melalui tugas yang sama. Dalam hal ini, anak-anak ditunjukkan dua bola dari tanah liat yang berukuran sama. Ketika ditanya apakah mereka sama atau tidak, semua anak menjawab bahwa "ya". Setelah itu, Piaget menggulung salah satu bola ke dalam string yang lebih panjang dan mengajukan pertanyaan yang sama, "Mana yang lebih besar?". Anak-anak yang praoperational akan melihat bola dari tanah liat yang berbentuk baru, atau lebar bola, dan sering mengatakan bahwa satu atau yang lain lebih besar. Akan tetapi anak yang mampu untuk fokus pada dimensi, baik panjang dan lebar, mampu mengatakan bahwa kedua tanah liat masih ukuran yang sama. Anak-anak praoperational juga gagal dalam mengkonservasi nomor, panjang, area, dan volume (Santrock, 2015).
Nomor
Untuk konservasi nomor, tugas yang dirancang untuk menguji anak-anak melibatkan satu set beberapa kelereng. Kelereng ini ditempatkan dalam dua baris sejajar yang memiliki panjang yang sama. Maka peneliti menyebar salah satu baris kelereng, lebih panjang dari yang lain. Peneliti bertanya "Apakah jumlahnya masih sama atau ada nomor yang berbeda antara kedua baris kelereng?" Seorang anak menjawab bahwa ada kelereng lebih di garis panjang, sementara anak lainnya menjawab tidak ada perbedaan dan jumlahnya sama (Wikipedia, Conservation (psychology), 2015).
Kuantitas padat
Untuk konservasi kuantitas padat, menggunakan 2 bola berbentuk lonjong dari tanah liat dalam bentuk yang sama. Kemudian peneliti membentang salah satu tanah liat menjadi bentuk persegi panjang. Peneliti bertanya pada anak "Apakah bentuk kedua dari tanah liat persegi panjang memiliki kuantitas padat yang sama dari tanah liat lainnya?". Seorang anak menjawab bahwa bentuk kedua memiliki kuatitas padat yang berbeda dari tanah liat yang berbentuk lonjong. Konservasi kuantitas padat lebih sulit bagi anak-anak untuk belajar dari konservasi cairan (Wikipedia, Conservation (psychology), 2015).
            Untuk konservasi berat, tugas melibatkan dua gumpalan tanah liat dan keseimbangan. Peneliti menempatkan dua bola yang sama dari tanah liat dengan berat yang sama. Peneliti kemudian mengubah salah satu bola dari tanah liat menjadi bentuk persegi panjang, dan bertanya pada anak "Apakah tanah liat yang berbentuk bola dan persegi panjang memiliki berat yang sama?". Seorang anak menjawab berat keduanya berbeda, sementara seorang anak yang mengenali bahwa bentuk tidak mempengaruhi berat dan menjawab bahwa keduanya memiliki berat yang sama (Wikipedia, Conservation (psychology), 2015).










Daftar Pustaka

Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) (9th ed.). (A. K. Anwar, Trans.) Jakarta: Kencana.
Santrock, J. W. (2015). Life-Span Development (9th ed.). New York: Mc Graw Hill Education.
Sonsaka. (2011, Oktober 25). PIAGET DAN TEORI BELAJAR KOGNITIF. Retrieved April 23, 2015, from Psychological Discourse: http://sonsaka.blog.ugm.ac.id/2011/10/25/piaget-dan-teori-belajar-kognitif/
Wikipedia. (2015, April 9). Conservation (psychology). Retrieved April 23, 2015, from Wikipedia:  http://en.wikipedia.org/wiki/Conservation_(psychology)
Wikipedia. (2015, April 6). Egocentrism. Retrieved April 23, 2015, from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Egocentrism

No comments:

Post a Comment