Perkembangan
Kognitif pada Masa Early Childhood
TAHAP
PRAOPERASIONAL PIAGET
Pada masa kanak-kanak awal dari
sekitar usia 2 sampai 7 tahun, Jean Piaget menamakannya sebagai tahap
praoperasional.
Tahap
Praoperasional dalam teori Piaget
adalah tahap utama kedua perkembangan
kognitif di mana anak-anak semakin kompleks dalam menggunakan pemikiran
simbolis tetapi belum mampu menggunakan pemikiran logis. Operation dalam
teori Piaget adalah tindakan mental yang dapat dibalikkan yang membolehkan anak
melakukan apa yang sebelumnya mental mereka lakukan secara fisik, karena anak-anak belum siap untuk
terlibat dalam operation
atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis (Santrock,
2015).
Karakteristik perkembangan dalam
tahap kedua praoperatioanal
Piaget
adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan
representasional, yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor. Tahap
pekembangan ini dibagi menjadi dua sub-tahap: sub-tahap fungsi simbolis dan
sub-tahap pemikiran intuitif.
Subtahap
Fungsi Simbolik
Sub-tahap fungsi simbolik merupakan tahap pertama yang
muncul pada usia 2 sampai 4 tahun anak pra sekolah dari tahap praoperational.
Fungsi simbolik merupakan istilah Piaget dalam kemampuan representasi mental
akan angka, kata, atau gambar sebagai tempat anak meletakkan makna. Anak-anak
prasekolah menunjukkan fungsi simbolis melalui imitasi tertunda (defered
imitation), bermain sandiwara (pretend play), dan bahasa. Pemahaman terhadap
simbolisme datang secara garadual, dimana anak yang berusia 3 tahun bisa tampak
bingung dengan gambar di layar. ketika ditanya apakah popcorn yang ada di
televisi akan tumpah apabila televisi di putar terbalik, kebanyakan anak
menjawab "ya" (Papalia, Old, &
Feldman, 2008). Meskipun demikian, anak praseolah tetap memiliki
batas-batasan yang penting, diantaranya egosentrisme dan animisme.
1.
Egosentrisme
Egosentrisme menurut Piaget adalah kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain, dimana anak-anak terpusat pada sudut pandangnya sendiri sehingga mereka tidak dapat menerima pandangan orang lain. Piaget melakukan sutatu percobaan dalam mempelajari egosentrisme. seorang anak duduk di depan meja menghadap tiga tumpukan tanah berbentuk gunung dan sebuah boneka ditempatkan berhadapan dengan sang anak. Saat anak ditanyai bagaimana tiga gunung tersebut menurut pandangan boneka, anak akan menjawab pertanyaan tersebut dengan mendeskripsikan gunung tersebut dari sudut pandangnya (Santrock, 2015).
Akan tetapi, percobaan yang lain menampilkan masalah yang sama dengan cara yang berbeda memberikan hasil yang berbeda. seorang anak didudukkan di hadapan sebuah papan persegi empat yang dibagi ke dalam empat bagian "dinding". Sebuah polisi mainan ditempat di ujung papan; dan sebuah boneka digerakan dari satu bagian ke bagian lain. Setelah beberapa perpindahan, si anak ditanyai, "Apakah si polisi dapat melihat si boneka?" dan si anak diminta untuk menyembunyikan boneka dari kedua petugas tersebut, 30 anak usia 3-5 tahun menjawab dengan tepat. (Papalia, Old, & Feldman, 2008).
Kesimpulannya adalah anak-anak mungkin menunjukkan egosentrisme khususnya dalam situasi yang berbeda di luar pengalaman yang pernah mereka alami, dimana sebagian anak mengenal boneka dan polisi, tetapi sebagian besar anak tidak pernah melihat gunung (Papalia, Old, & Feldman, 2008).
Piaget menyatakan bahwa anak-anak yang egosentris, mampu merenungkan dunia hanya dari perspektif pribadi mereka. Sebagai contoh, seorang anak usia tiga tahun memberikan ibunya sebuah model truk sebagai hadiah ulang tahunnya; "ia sangat berhati-hati membungkus hadiah itu dan memberikannya kepada ibunya dengan ekspresi yang jelas menunjukkan ia berharap ibunya menyukainya." Anak laki-laki tiga tahun tidak memilih hadiah itu dari sudut keegoisan dan keserakahan, tapi dia hanya gagal untuk menyadari bahwa, dari sudut pandang ibunya, ibunya mungkin tidak menikmati model mobil sebanyak dia. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar dan cenderung egosentris, yaitu mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain serta mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan orang di sekitarnya (Wikipedia, Egocentrism, 2015).
2.
Animisme
Kecenderungan
mengatributkan kehidupan kepada objek tak bernyawa disebut animisme. (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Animisme adalah kepercayaan bahwa benda-benda mati mampu
bertindak seperti manusia hidup dan memiliki kualitas. Contohnya
adalah seorang anak percaya bahwa trotoar gila dan membuat mereka jatuh ke bawah (Sonsaka, 2011). Percaya akan benda
tak bernyawa seolah hidup dan mampu bergerak. Hal ini disebabkan karena
anak-anak pra sekolah belum mampu memperhatikan realitas (Santrock, 2015).
Misalnya anak-anak yang berbicara pada bonekanya, memberikan bonekanya minum
dan makan seolah-olah bonekanya hidup.
Subtahap
Berpikir Intuitif
Tahap
kedua dari praoperational Piaget adalah sub-tahap intuitif pemikiran antara
usia 4 dan 7 tahun, anak-anak cenderung menjadi sangat penasaran dan mengajukan
banyak pertanyaan, mulai penggunaan penalaran primitif dan ingin mengetahui
jawaban yang singkat dari pertanyaannya. Periode 4 hingga 6 tahun munculnya
kepentingan penalaran dan ingin tahu
"mengapa hal" adalah cara mereka, pertanyaan yang muncul
biasanya berupa "apa", "mengapa". Misalnya " Apa yang
membuatmu tumbuh?", "Mengapa matahari bersinar?", "Apa itu
Bola?". Piaget menyebutnya substage
intuitif karena anak-anak menyadari bahwa mereka memiliki sejumlah besar
pengetahuan, tetapi mereka tidak menyadari bagaimana mereka mendapatkannya,
diamana mereka mengetahui tentang sesuatu tetapi, tahu itu tidak menggunakan
pemikiran rasional (Santrock, 2015).
Pemutusan
dan Keterbatasan Pemikiran Praoperasional
Salah satu dari tahap praoperational,
sentrasi adalah kecenderungan untuk fokus pada satu aspek penting dari situasi
dan mengabaikan aspek-aspek lain yang mungkin relevan. Konservasi mengacu pada
kemampuan untuk menentukan bahwa jumlah tertentu akan tetap sama meskipun
penyesuaian wadah, bentuk, atau ukuran yang jelas.
Salah
satu Tugas konservasi Piaget, yaitu konservasi cairaan tugas, anak ditunjukkan
dua gelas yang dipenuhi dengan cairan yang tinggi sama. Anak ditanyai apakah
dua gelas berisi cairan dengan jumlah yang sama, dimana anak menjawab
"ya". Selanjutnya, cairan dituangakan dari salah satu gelas ke gelas
ketiga, dimana gelas ketiga berukuran
lebih tinggi dan lebih sempit dari dua gelas sebelumnya. Anak itu kemudian ditanyai
apakah jumlah cairan masih sama. Pada tahap ini anak menjawab
"tidak". Ketika ditanya mengapa mereka mengatakan "tidak"
itu diakibatkan praoperasional anak akan menjawab bahwa jumlahnya tidak sama,
karena lebih tinggi.Akan tetapi, setelah
anak telah mencapai tahap operasional konkret, anak akan menyimpulkan jumlah
cairan masih sama (Santrock, 2015).
Contoh lain adalah ketika seorang anak melihat 7 anjing dan 3
kucing di layar dan bertanya apakah anjing lebih banyak daripada kucing? Anak akan merespons secara positif, yaitu "ya". Namun ketika ditanya apakah ada lebih anjing daripada hewan lain?,
anak akan kembali merespon positif. Seperti kesalahan mendasar dalam logika
menunjukkan transisi antara intuitif dalam memecahkan masalah dan penalaran
logis sejati diperoleh di tahun-tahun berikutnya ketika anak tumbuh (Sonsaka, 2011).
Selain
dari konservasi cairan tugas, terdapat juga konservasi tugas lainnya, seperti ,
konservasi berat tugas, dimana anak-anak menunjukkan konservasi berat dan
panjang melalui tugas yang sama. Dalam hal ini, anak-anak ditunjukkan dua bola
dari tanah liat yang berukuran sama. Ketika ditanya apakah mereka sama atau
tidak, semua anak menjawab bahwa "ya". Setelah itu, Piaget menggulung
salah satu bola ke dalam string yang lebih panjang dan mengajukan pertanyaan
yang sama, "Mana yang lebih besar?". Anak-anak yang praoperational
akan melihat bola dari tanah liat yang berbentuk baru, atau lebar bola, dan
sering mengatakan bahwa satu atau yang lain lebih besar. Akan tetapi anak yang
mampu untuk fokus pada dimensi, baik panjang dan lebar, mampu mengatakan bahwa
kedua tanah liat masih ukuran yang sama. Anak-anak praoperational juga gagal
dalam mengkonservasi nomor, panjang, area, dan volume (Santrock, 2015).
Nomor
Untuk konservasi nomor, tugas yang
dirancang untuk menguji anak-anak melibatkan satu set beberapa kelereng.
Kelereng ini ditempatkan dalam dua baris sejajar yang memiliki panjang yang
sama. Maka peneliti menyebar salah satu baris kelereng, lebih panjang dari yang
lain. Peneliti bertanya "Apakah jumlahnya masih sama atau ada nomor yang
berbeda antara kedua baris kelereng?" Seorang anak menjawab bahwa ada
kelereng lebih di garis panjang, sementara anak lainnya menjawab tidak ada
perbedaan dan jumlahnya sama (Wikipedia, Conservation (psychology), 2015).
Kuantitas padat
Untuk konservasi kuantitas padat, menggunakan
2 bola berbentuk lonjong dari tanah liat dalam bentuk yang sama. Kemudian
peneliti membentang salah satu tanah liat menjadi bentuk persegi panjang.
Peneliti bertanya pada anak "Apakah bentuk kedua dari tanah liat persegi
panjang memiliki kuantitas padat yang sama dari tanah liat lainnya?".
Seorang anak menjawab bahwa bentuk kedua memiliki kuatitas padat yang berbeda
dari tanah liat yang berbentuk lonjong. Konservasi kuantitas padat lebih sulit
bagi anak-anak untuk belajar dari konservasi cairan (Wikipedia, Conservation
(psychology), 2015).
Untuk
konservasi berat, tugas melibatkan dua gumpalan tanah liat dan keseimbangan. Peneliti
menempatkan dua bola yang sama dari tanah liat dengan berat yang sama. Peneliti
kemudian mengubah salah satu bola dari tanah liat menjadi bentuk persegi
panjang, dan bertanya pada anak "Apakah tanah liat yang berbentuk bola dan
persegi panjang memiliki berat yang sama?". Seorang anak menjawab berat
keduanya berbeda, sementara seorang anak yang mengenali bahwa bentuk tidak
mempengaruhi berat dan menjawab bahwa keduanya memiliki berat yang sama (Wikipedia,
Conservation (psychology), 2015).
Daftar
Pustaka
Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human
Development (Psikologi Perkembangan) (9th ed.). (A. K. Anwar, Trans.)
Jakarta: Kencana.
Santrock, J. W. (2015). Life-Span Development (9th
ed.). New York: Mc Graw Hill Education.
Sonsaka. (2011, Oktober 25). PIAGET DAN TEORI BELAJAR
KOGNITIF. Retrieved April 23, 2015, from Psychological Discourse: http://sonsaka.blog.ugm.ac.id/2011/10/25/piaget-dan-teori-belajar-kognitif/
Wikipedia. (2015, April 9). Conservation (psychology).
Retrieved April 23, 2015, from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Conservation_(psychology)
Wikipedia. (2015, April 6). Egocentrism.
Retrieved April 23, 2015, from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Egocentrism
No comments:
Post a Comment