Wednesday 19 August 2015

SISTEM-SISTEM ATURAN BERBAHASA

SISTEM-SISTEM ATURAN BERBAHASA

Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi baik yang diucapkan, ditulis, atau diisyaratkan yang didasarkan pada sebuah sistem simbol.Ketika penulis amerika abad kesimbilan belas Raplh Emorson mengatakan, “Dunia dibangun secara teratur, dan atom-atomnya bebaris secara rapi, ia pasti sedang berpikir mengenai bahasa”. Bahasa sangatlah teratur dan teorganisasi(Berko Gleason,2015). Organisasi bahasa melibatkan lima sistem ketentuan: fonologi, morfologi, sintaksis, ilmu semantik, dan pragmatik.

Fonologi
Semua bahasa tersusun atas bunyi-bunyi dasar. Fonologi adalah studi mengenai sistem bunyi bahasa, mengenai bunyi-bunyi yang biasa digunakan dan kombinasinya. Sebagai contoh, bahasa inggris memiliki kelompok konsonan awal spr seperti dalam spring, namun tidak ada sebuah katapun yang diawali dengan kelompok konsonan rsp.Fonologi menjadi dasar untuk membangun menyusun serangkaian kata-kata yang bersumber dari dua atau tiga ribu fonem. Fonem adalah satuan bunyi dasar dalam bahasa; fonem merupakan satuan bunyi terkecil dari bunyi bahasa yang mempengaruhi makna.

Morfologi
Morfologimerujuk merujuk pada unit-unit maknayang terlibat dalam pembentukan kata. Morferm adalah unit makna terkecil: morferm berupa sebuah kata atau suatu bagian dari sebuah kata yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi bagian lebih kecil yang masih bermakna. Setiap kata dalam bahsa inggris dapat tersusun atas saru morferm atau lebih. Beberapa kata dapat terdiri sebuah morferm tunggal(sebagai misalnya helper memiliki dua morferm, help + er, dengan morferm  -er berarti “orang yang”, dalam kasus ini berarti “orang yang membantu”. Dengan demikian, tidak semua morfem adalah kata;sebagai contoh, pre-,-tion, dan-ing, adlah morferm dalam bahsa inggris.

Sintaksis
Sintaksis  mencakup bagaimana kata-kata dikombinasikan untuk membentuk ungkapan dan kalimat yang masuk akal. Apabila seseorang mengatakan kepada Anda,”Bob memukul Tom” atau “Bob dipukul oleh Tom,” Anda mengetahui dengan pasti siapa yang memukul dan siapa yang dipukul dalam mkasing-masing kalimat tersebut. Anda juga memahami bahwa kalimat “Anda tidak menginap,bukan?” adalah benar secara tata bahasa dan bahwa “Anda tidak menginap, tidak?” tidak masuk akal dan ambigu.

Semantik
Semantikmerujuk pada makna kata-kata atau kalimat setiap kata memiliki seperangkat karakteristik semantik yang diperlukan sebagai atribut yang berkaitan dengan makna. Sebagai, girl dan woman memiliki sejumlah gambaran semantik yang sama, namun secara semantik kedua kata itu berbeda dalam hubungannya dengan usia.

Pragmatik
Perangkat terakhir dari ketentuan-ketentuan bahasa adalah pragmatik, yakni penggunaan bahasa yang sesuai konteks yang berbeda-beda pragmatig melibatkan sejumlah besar wawasan. Apabila anda memperoleh giliran disebuah diskusi atau menggunakan sebuah perntanyaan yang mengungkapkan perintah (“mengapa disini sangat berisik?” “Apa ini, Grand Central station?”),  Anda memperagakan pengetahuan pragmatik. Anda juga dapat menerapkan pragmatik bahasa inggris ketika Anda menggunakan bahasa yang sopan sesuai situasi(sebagai contoh, apabila berbicara dengan guru Anda) atau menceritakan sebuah kisah yang menariik, humor yang lucu, dan tipu daya yang meyakinkan. Dalam setiap kasus seperti ini, Anda memperagakan pemahaman mengenai ketentuan-ketentuan budaya untuk menyesuaikan bahsa anda agar cocok dengan konteks.

Figur 6.11 Sistem Aturan Bahasa

Sistem Aturan
Deskripsi
Contoh
fenologi
Sistem bunyi bahasa.fenomena adalah satuan bunyi terkecil yang terdapat dalam bahasa.
Kata chat memiliki tiga fonem atau bunyi: /ch/ /a/ / t/.contoh dari ketentuan fonologis dalam bahasa inggris,fonem /r/ dapat mengikuti fonem /t/atau/d/ dalam kelomok konsonan inggris (misalnya track atau drab)tapi fonem // tidak dapat mengikuti fonem-fonem tersebut.
morfologi
Sistem mengenai satuan-satuan bermakna yang digunakan untuk membentuk kata.
Satuan bunyi terkecil yang memiliki makna tersebut morfem,atau satuan makna,kata girl adalah sebuah morfem,atau satuan makna;kata ini tidak dapat di pecah lagi dan tetap memiliki makna.ketika akhiran s mengubah makna dari kata tersebut,yang mengidikasikan bahwa terdapat lebih dari satu girl.
sintaksis
Sistem mengenai cara mengobinasikan kata-kata untuk membentuk frase dan kalimat yang masuk akal.
Dalam bahasa inggris,urutan kata yang sangat penting dalam menentukan makna.sebagai contoh,kalimat”sebastian pushed the bike”(sebastian mendorong sepeda itu)memiliki makna yang berbeda dari ‘the bikr pushed sebastian”(sepeda itu mendorong sebastian)
semantik
Sistem mengenai makna kata atau kalimat
Mengetahuin makna dari masing-masing kata –yakni,kosakata (vocablary).sebagai contoh,semantik berarti mengetahui makna dari kata –kata seperti orange (jeruk),transportation(transportasi),dan itelligent (cerdas).
pragmatik
Sistem mengenai cara menggunakan percakapan yang sesuaidan pengetahuan mengenai cara menggunakan bahasa secara efektif sesuai konteksnya.
Salah satu contohnya adalah mengunakan bahasa yang sopan dalam situasi yang sesuai,seperti mengikuti tata-krama apabila berbicara kepada guru.mengetahui giliran untuk berbicara dalam sebuah percakapan adalah sebuah penerapan pramatik.





Masa bayi

               Sejak awal tahun 1970-an, telah diketahui bahwa bayi dapat mendeteksi perbedaan yang sangat halus antara fonem bahasa Inggris (unit fungsional bunyi ujaran). Misalnya, mereka dapat mendeteksi perbedaan antara "pa" dan "ba", atau antara "da" dan "ga." Tentu saja, mereka tidak melekatkan makna pada perbedaan selama 12 bulan atau lebih. Teknik asli menyelidiki kapasitas ini memanfaatkan kemampuan bawaan bayi mengisap puting. Puting terkait dengan perangkat yang memberikan suara bergantung pada isapan bayi. Bayi diperkenalkan ke perangkat ini menyedot keras untuk mendengar suara, bahkan ketika itu berulang-ulang "ba ba ba ba." Karena bayi juga bosan dengan pengulangan, mereka berhenti mengisap keras setelah beberapa menit. Pada saat itu peneliti dapat mengubah suara dengan cara yang halus, dan melihat apakah bayi menunjukkan ketertarikan. Sebagai contoh, mungkin menjadi contoh yang berbeda dari "ba", mungkin salah satu dengan sedikit lebih hembusan nafas. Atau, bisa memainkan suara yang akan jatuh ke dalam kelas fonem baru untuk orang dewasa, seperti "pa." Bayi mengabaikan jenis pertama perubahan, sama seperti orang dewasa akan, tapi mereka mengisap dengan semangat     baru        untuk      fonem     baru.
               Bayi telah tersetel persepsi ketika datang ke suara pidato, dan, yang lebih penting, mereka tampaknya mengklasifikasikan banyak suara speaker cara dewasa sama akan, sebuah fenomena yang dikenal sebagai persepsi kategoris. Suara ini yang mereka anggap sebagai kategori terpisahkan umumnya mereka yang membentuk dasar bagi banyak sistem pidato dalam bahasa dunia, daripada mereka yang digunakan hanya jarang, seperti "th." Bayi datang ke dunia yang sudah cenderung untuk membuat perbedaan dan klasifikasi tertentu: rupanya mereka tidak didorong untuk membuat mereka oleh paparan bahasa.

Mengoceh
 
               Pada awal masa kanak-kanak, suara vegetatif dan menangis mendominasi. Para pengamat mencatat bahwa pada usia empat bulan, repertoar bayi telah berkembang dengan cara yang lebih menarik. Pada titik ini bayi tersenyum pengasuh dan dengan berbuat demikian mereka terlibat dalam kebisingan cooing yang menggiurkan bagi kebanyakan orang tua. Ketika bayi diberi makan atau diubah, dia sering akan mengunci tatapan dengan pengasuh dan coo dalam cara yang menyenangkan, sering membuat suara-suara yang terdengar seperti "hai," dan gelegak. Hal ini umum untuk pengasuh untuk merespon dengan bergema suara tersebut, sehingga menciptakan pertukaran yang rumit yang dapat berlangsung beberapa menit. Hal ini mungkin tidak terjadi secara universal, namun, tidak semua budaya mengambil vokalisasi bayi begitu serius. Sifat dari suara yang dibuat pada tahap ini tidak sepenuhnya berbicara seperti, meskipun ada suara mulut terbuka seperti vokal, dan "penutupan" sesekali mirip dengan               konsonan.
Di beberapa titik antara empat dan 10 bulan, bayi mulai memproduksi lebih pidato seperti suku kata, dengan vokal resonansi lengkap dan tepat "penutupan" dari aliran suara, mendekati konsonan yang benar. Tahap ini disebut "mengoceh kanonik". Pada sekitar enam sampai delapan bulan, kisaran vokalisasi tumbuh secara dramatis, dan bayi bisa menghabiskan berjam-jam berlatih suara mereka dapat membuat dengan mulut mereka. Tidak semua ini adalah fonem manusia, dan tidak semua dari mereka ditemukan dalam bahasa di sekitar mereka. Penelitian telah menunjukkan bahwa bayi Jepang dan Amerika terdengar sama pada tahap ini, dan bahkan kongenital bayi tuli mengoceh, meskipun jarang. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa bayi yang "berolahraga" organ bicara, tapi tidak dipandu sangat banyak, jika sama sekali, dengan apa yang dia telah mendengar.
               Pada usia 10 atau 12 bulan, namun kisaran suara yang dihasilkan telah agak menyempit, dan sekarang mengoceh bayi dalam budaya yang berbeda mulai mengambil karakteristik suara dari bahasa yang mengelilingi mereka. Mengoceh pada tahap ini sering terdiri dari suku kata reduplikasi seperti "Bababa" atau "dadada" atau "mamama." Bukan kebetulan bahwa sebagian besar bahasa di dunia telah memilih, sebagai nama untuk orang tua, beberapa varian dari "papa", "mama", "papa", "nana." Ini bertepatan dengan artikulasi bahwa bayi dapat membuat paling mudah pada akhir tahun pertama.
 
Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Anak Usia 0-7 tahun Melalui Tahap-tahapnya

            Istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk padanan istilah Inggris aquisition, yakni, proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya. Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi dari pada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.
Pemerolehan bahasa pertama sangat erat hubungannya dengan perkembangan perkembangan kognitif yakni pertama, jika anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang mendasar pada tata bahasa yang rapi, tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh katagori-katagori kognitif yang mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, kualitas, dan sebagainya. Persyaratan-persyaratan kognitif terhadap pengusaan bahasa lebih banyak dituntut pada pemerolehan bahasa kedua dari pada dalam dalam pemerolehan bahasa pertama.
Menurut Kiparsky (Tarigan, 1986: 243) pemerolehan bahasa merupakan suatu proses  yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi, dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih, berdasarkan suatu ukuran atau dari bahasa tersebut. Penjelasan Kiparsky tersebut dapat dilihat dari pengamatan sehari-hari terhadap perkembangan seorang anak (dalam hal ini anak yang normal) memproses kecakapan berbahasanya. Biasanya yang dilakukan oleh anak-anak tersebut di antaranya bermula dari mendengar dan mengamati bunyi-bunyi bahasa di sekelilingnya tanpa disuruh atau disengaja. Kemudian lama kelamaan apa-apa yang didengar dan apa-apa yang diamatinya itu berkembang terus menerus tahap demi tahap sesuai dengan perkembangan kemampuan intelegensi dan latar belakang sosial-budaya yang membentuknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang dalam hal ini anak-anak belajar dan kemudian mendapatkan kelancaran dalam berbahasa. Kelancaran berbahasa yang dimaksud adalah bahasa ibunya atau bahasa pertama sekali yang didengarnya.

Tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama

Perlu untuk diketahui adalah seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa bahasa pertama dalam otaknya dan lengkap dengan semua kaidahnya. Bahasa pertama diperolehnya dalam beberapa tahap dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa. Menurut para ahli, tahap-tahap ini sedikit banyaknya ada ciri kesemestaan dalam berbagai bahasa di dunia.
Pengetahuan mengenai pemerolehan bahasa dan tahapannya yang paling pertama didapat dari buku-buku harian yang disimpan oleh orang tua yang juga peneliti ilmu psikolinguistik. Dalam studi-studi yang lebih mutakhir, pengetahuan ini diperoleh melalui rekaman-rekaman dalam pita rekaman, rekaman video, dan eksperimen-eksperimen yang direncanakan. Ada sementara ahli bahasa yang membagi tahap pemerolehan bahasa ke dalam tahap  pralinguistik dan linguistik. Akan tetapi, pendirian ini disanggah oleh banyak orang yang berkata bahwa tahap pralinguistik itu tidak dapat dianggap bahasa yang permulaan karena bunyi-bunyi seperti tangisan dan rengekan dikendalikan oleh rangsangan (stimulus) semata-mata, yaitu respons otomatis anak pada rangsangan lapar, sakit, keinginan untuk digendong, dan perasaan senang. Tahap linguistik  terdiri atas beberapa tahap, yaitu (1) tahap pengocehan (babbling); (2) tahap satu kata (holofrastis);  (3) tahap dua kata; (4) tahap menyerupai telegram (telegraphic speech).

a. Vokalisasi bunyi
Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam bentuk teriakan, rengekan, dengkur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip dengan bunyi konsonsonan atau vokal. Akan tetapi, bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknyakarena memang terdengar dengan jelas. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah bunyi-bunyi yang dihasilkan tadi merupakan bahasa? Fromkin dan Rodman (1993:395) menyebutkan bahwa bunyi tersebut tidak dapat dianggap sebagai bahasa. Sebagian ahli menyebutkan bahwa bunyi yang dihasilkan oleh bayi ini adalah bunyi-bunyi prabahasa/dekur/vokalisasi bahasa/tahap cooing.
Setelah tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh (babling). Celotehan merupakan ujaran yang memiliki suku kata tunggal seperti mu dan da .Adapun umur si bayi mengoceh tak dapat ditentukan dengan pasti. Marat (2005:43) menyebutkan bahwa ocehan ini terjadi pada usia antara 5 dan 6 bulan. Dardjowidjojo (2005: 244) menyebutkan bahwa celoteh terjadi pada umur 8 sampai dengan 10 bulan. Perbedaan pendapat seperti ini bisa saja. Yang perlu diingat bahwa kemampuan anak berceloteh tergantung pada perkembangan neurologi seorang anak.
Pada tahap celoteh ini, anak sudah menghasilkan celoteh vokal dan konsonan yang berbeda seperti frikatif dan nasal. Mereka juga mulai mencampur konsonan dengan vokal. Konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial nasal. Vokalnya adalah /a/ dengan demikian, strukturnya adalah K-V. Ciri lain dari celotehan adalah pada usia sekitar 8 bulan, struktur silabel K-V ini kemudian diulang sehingga muncullah struktur seperti: Orang tua mengaitkan kata papa dengan ayah dan mama dengan ibu.meskipun yang ada di benak tidaklah diketahui. Tidak mustahil celotehan itu hanyalah sekedar artikulori belaka (Darmowidjojo: 2005:245).
Begitu anak melewati periode mengoceh, mereka mulai menguasai segmen-segmen fonetik yang merupakan balok bangunan yang dipergunakan untuk mengucapkan perkataan. Mereka belajar  bagaimana mengucapkan sequence of segmen, yaitu silabe-silabe dan kata-kata. Cara anak-anak mencoba segmen fonetik ini adalah dengan menggunakan teori hypothesis-testing (Clark & Clark dalam Maat 2005:43). Menurut teori ini anak-anak menguji coba berbagai hipoptesis tentang bagaimana mencoba memproduksi bunyi yang benar. Pada tahap-tahap permulaan pemerolehan bahasa, biasanya anak-anak memproduksi perkataan orang dewasa yang disederhanakan.


b. Tahap satu kata atau Holofrastis
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan. Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai  sehari-hari. Pada tahap ini pula seorang anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna yang sama. Pada usia ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama. Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap satu kata satu frase atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap. Misalnya mam (Saya minta makan); pa (Saya mau papa ada di sini). Ma (Saya mau mama ada di sini).
Mula-mula, kata-kata itu diucapkan anak itu kalau rangsangan ada di situ, tetapi sesudah lebih dari satu tahun, pa berarti juga Di mana papa? dan Ma dapat juga berarti Gambar seorang wanita di majalah itu adalah mama
Menurut pendapat beberapa peneliti bahasa anak, kata-kata dalam tahap ini mempunyai tiga fungsi, yaitu kata-kata itu dihubungkan dengan perilaku anak itu sendiri atau suatu keinginan untuk suatu perilaku, untuk mengungkapkan suatu perasaan, untuk memberi nama kepada suatu benda. Dalam bentuknya, kata-kata yang diucapkan itu terdiri dari konsonan-konsonan yang mudah dilafalkan seperti m,p,s,k dan vokal-vokal seperti a,i,u.e.

c. Tahap dua kata, Satu frase
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan. Uiaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut. Kalau pada tahap holofratis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan konteksnya. Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara subjek + predikat meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Ani mainan”  yang berarti “Ani  sedang bermain dengan mainan atau kata sifat + kata benda, seperti kotor patu yang artinya Sepatu ini kotor dan sebagainya.

d. Ujaran Telegrafis
Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata ganda (multiple-word utterences)atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-ratus kata dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa.
               Pada usia dini dan seterusnya, seorang anak belajar bahasa pertamanya secara bertahap dengan caranya sendiri. Ada teori yang mengatakan bahwa seorang anak dari usia dini belajar bahasa dendan menirukan. Namun, Fromkin dan Rodman (1993:403) menyebutkan hasil tiruan yang dilakukan oleh si anak tidak akan sama seperti yang diinginkan oleh orang dewasa. Jika orang dewasa meminta sang anak untuk menyebutkan “He’s going out”, si anak akan melafalkan dengan “he go out”. Ada lagi teori yang mengatakan bahwa seorang anak belajar dengan cara penguatan(reinforcement), artinya kalau anak belajar uiaran-ujaran yang benar, ia mendapat penguatan dalam bentuk pujian, misalnya bagus, pandai, dan sebagainya.Akan tetapi bila ujaran-ujarannya salah,ia mendapatkan “penguatan negatif”, misalnya lagi, salah, tidak baik. Pandangan ini berasumsi bahwa anak itu harus trus menerus diperbaiki bahasanya kalau salah dan dipuji jika ujarannya benar. Teori ini tampaknya belum dapat diterima seratus persen oleh para ahli psikolinguistik. Yang benar ialah seorang anak membentuk aturan-aturan dan menyusun tata bahasa sendiri. Tidak semua anak menunjukkan kemajuan-kemajuan yang sama meskipun semuanya menunjukkan kemajuan-kemajuan yang reguler. 
 
Teori-teori tentang pemerolehan bahasa pertama
a. Teori Behaviorirme
Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response ). Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya.
B.F. Skinner adalah tokoh aliran behaviorisme. Menurut Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila suatu usaha menyenang-kan, perilaku itu terus akan dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak menguntungkan, perilaku itu akan ditinggalkan. Singkatnya, apabila ada reinforcement  yang cocok, perilaku akan berubah dan inilah yang disebut belajar.
Menurut Brown (Pateda, 1990: 43) pendekatan behavioristik atau kaum impiris yang dipelopori oleh Skinner, anak yang baru lahir ke dunia ini dianggap kosong dari bahasa atau kosong dari struktur linguistik yang dibawanya. Anak tersebut ibarat tabularasa atau kertas putih yang belum ditulisi, lingkungannyalah yang akan memberi corak dan warna pada kertas itu. Namun, pemerolehan seperti ini memerlukan penguatan (reinforcment).

b. Teori Nativisme
Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki perkembangan yang sama (merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan yang memiliki peran kecil di dalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orandg dewasa.Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melaui peniruan. Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (Language Acquisition Device, disingkat LAD). Neil (Tarigan, 1998:239) mempunyai 4 ciri utama, yaitu (1) kemampuan untuk membedakan bunyi-bunyi yang lain; (2) kemampuan mengorganisasikan peristiwa-peristiwa linguistik ke dalam berbagai kelas; (3) pengetahuan mengenal jenis sistem linguistik tertentu sajalah yang mungkin mengungkapkan hal itu, sedangkan yang lain-lainnya tidak; (4) kemampuan memanfaatkan secara konstan evaluasi untuk membangun sistem yang mungkin paling sederhana dari data yang ditemukan. Mengenai bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti bahasa Inggris menjadi bahasa pertamanya.
(Bolinger, 1975: 267) berpendapat bahwa anak-anak yang lahir ke dunia ini telah membawa kapasitas atau potensi bahasa yang akan berkembang nantinya sesuai dengan proses kematangan jntelektual anak itu. Potensi bahasa ini akan berkembang bagi anak-anak apabila saatnya sudah tiba.
Semua anak yang normal dapat belajar bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Apabila diasingkan sejak lahir, anak ini tidak memperoleh bahasa. Dengan kata lain, LAD tidak mendapat makanan sebagaimana biasanya sehingga alat ini tidak bisa mendapat bahasa pertama sebagaimana lazimnya seperti anak yang dipelihara oleh srigala (Baradja, 1990:33). Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai   bahasa dalam waktu singkat dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bukan bunyi bahasa.

c. Teori Kognitivisme
Menurut teori ini, bahasa bukanlah, suatu ciri alamiah yang terpisah melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa disertukturi oleh nalar. Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif mementukan perkembangan bahasa (Chaer, 2003: 223). Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan slingkungan berbahasa. Bahasa harus diperoleh secara alamiah.
Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir dihadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak.
Pendekatan kognivistik yang dipelopori oleh Louis Bloom (Pateda,1998) memandang bahwa pemerolehan bahasa anak-anak harus dilihat dari fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Itulah sebabnya penganut aliran ini membantah bahwa kalimat dua kata (pivot grammar) yang dikemukakan kaum mentalis, mungkin saja mengandung tafsiran yang lebih dari satu, karena menurut pandangan kognitivistik anak-anak bukan belajar struktur luar (surface structure ) tetapi mempelajari struktur dalam (deep structure)  dari bahasa itu.

d.  Teori Interaksionisme
Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara  kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu
berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan input dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
Mengenai teori-teori pemerolehan bahasa disesuaikan dengan struktur bahasa, yaitu fonologi, sintaksis dan semantik yang diungkapkan oleh Pateda (1988). Menurut Pateda ada beberapa teori struktural sejagat, (Jacobson), teori semantik sejagat (Shvachkin), teori behavioris (Mowrer), teori bahavioris sejagat (Olmsted), teori generatif struktural (Moskowizt), teori fonologi alami (Stampe), teori prosodik akustik (Weterson), teori penuh sistem logogen (Smith), teori keutamaan pemerolehan leksikon (Ferguson), teori kontras dan proses (Ingram), teori pendekatan pemecahan masalah (Kiparsky dan Menn), dan teori sintetik Gestalt (Peters). Teori-teori tentang pemerolehan sintaksis menggunakan teori formal.
(Brown, dkk) yang berfokus pada pengarektisasian bentuk atau struktur ucapan anak-anak. Teori fungsional yang mengemukakan bahwa terdapat tiga perkembangan bahasa pada anak yang dituturkannya dengan konstruksi negasi, konstruksi pertanyaan, dan konstruksi verba to be dalam bahasa Inggris, sedangkan teori tentang semantik menggunakan teori fungsional yang mengaitkan pemaknaan ucapan anak dengan situasi waktu itu. Teori sistem semantik yang menyangkut pemerolehan pada ciri-ciri individual anak secara semesta, dan teori konseptual yang menyatakan bahwa ucapan-ucapan yang dihasilkan anak-anak sebagian didesak oleh berbagai hal yang mereka pikirkan mengenai hal itu. Penganalisaan ketiga komponen tersebut (fonologi, sintaksis, dan semantik) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari apa yang biasa dinamakan pemerolehan bahasa.

Pemerolehan dalam bidang Fonologi
Pada waktu dilahirkan, anak hanya memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya. Ini berbeda dengan binatang yang sudah memiliki sekitar 70%. Karena  perbedaan inilah maka binatang sudah dapat melakukan banyak hal segera sesudah lahir, sedangkan manusia hanya bisa menangis dan menggerak-gerakkan badannya. Proposi yang ditakdirkan kecil pada manusia ini mungkin memang dirancang agar pertumbuhan otaknya proposional pula dengan pertumbuhan badannya.
Pada umur sekitar 6 minggu, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal.Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang terdengar dengan jelas. Proses bunyi-bunyi seperti ini dinamakan cooing, yang telah diterjemahkan menjadi dekutan (Dardjowidjojo 2000: 63). Anak mendekutkan bermacam-macam bunyi yang belum jelas identitasnya.
Pada sekitar umur 6 bulan, anak mulai mencampur konsonan dengan vokal sehingga membentuk apa yang dalam bahasa Inggris dinamakan babbling, yang telah diterjemahkan menjadi celotehan (Darmowidjojo: 2000: 63). Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti diikuti oleh sebuah vokal. Konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial nasal. Vokalnya adalah /a/. dengan demikian, strukturnya adalah CV. Ciri lain dari celotehan adalah bahwa CV ini kemudian diulang sehingga muncullah struktur seperti berikut:   C1 V1 C! V! C1 V!……papapa  mamama  bababa..
Orang tua kemudian mengaitkan kata papa dengan ayah mama dengan ibu meskipun apa yang ada dibenak anak tidaklah kita ketahui; tidak mustahil celotehan itu hanyalah sekedar latihan artikulori belaka. Konsonan dan vokalnya secara gradual berubah sehingga muncullah kata-kata seperti dadi, dida, tita, dita, mama, mami, dan sebagainya.

Pemerolehan dalam bidang Sintaksis
Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (atau bagian kata). Kata ini, bagi anak sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu. Yang menjadi pertanyaan adalah kata mana yang dia pilih? Seandainya anak itu bernama Dodi dan yang ingin ia sampaikan adalah Dodi mau bubuk, dia akan memilih di (untuk Dodi), mau (untukmau), ataukah buk (untuk bubuk)? Kita pasti akan menerka bahwa dia akan memilih buk. Tapi mengapa demikian?
Dalam pola pikir yang masih sederhana pun tampaknya anak sudah mempunyai pengetahuan tentang informasi lama versus informasi baru. Kalimat diucapkan untuk memberikan informasi baru kepada pendengarnya. Dari tiga kata pada kalimat Dodi mau bubuk, yang baru adalah kata bubuk. Karena itulah anak memilih buk, dan bukan di, atau mau. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam ujaran yang dinamakan Ujaran Satu Kata, USK anak tidak sembarangan saja memilih kata yang memberikan informasi baru.

Pemerolehan dalam bidang Semantik

Dari segi sintaksisnya, USK (Ujaran Satu Kata) sangatlah sederhana karena memang hanya terdiri dari satu kata saja, bahkan untuk bahasa seperti bahasa Indonesia hanya sebagian saja dari kata itu. Namun dari segi semantiknya, USK adalah kompleks karena satu kata ini  bisa memiliki lebih dari satu makna. Anak yang mengatakan /b/ untuk mobil bisa bermaksud mengatakan:
1.      Ma, itu mobil.
2.      Ma, ayo kita ke mobil.
3.      Aku mau ke mobil.
4.       Aku minta (mainan) mobil.
5.      Aku nggak mau mobil.
6.      Papa ada di mobil, dan sebagainya
Kata mempunyai jalur hierarkhi semantik. Perkutut Bangkok adalah satu jenis perkutut, dan perkutut adalah satu jenis perkutut, dan perkutut adalah satu dari sekian banyak macam burung. Sementara itu, burung adalah salah satu binatang, dan binatang adalah salah satu wujud dari makhluk. Dalam hal pemerolehan kata, anak tidak akan memperoleh kata yang hirarkhinya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Anak akan mengambil apa yang dinamakan basic level category , yakni, suatu kategori dasar yang tidak terlalu tetapi juga tidak terlalu rendah. Dalam contoh binatang di atas, anak tidak akan mengambil binatang atau makhluk; dia juga tidak akan mengambil perkutut. Dia akan mengambil kata yang dasar, yakni, burung. Tentu saja inputnya adalah dari bahasa sang ibu tetapi bahasa sang ibu juga mengikuti prinsip ini.
 



No comments:

Post a Comment