Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi baik yang diucapkan, ditulis,
atau diisyaratkan yang didasarkan pada sebuah sistem simbol.Ketika penulis
amerika abad kesimbilan belas Raplh Emorson mengatakan, “Dunia dibangun secara teratur,
dan atom-atomnya bebaris secara rapi, ia pasti sedang berpikir mengenai bahasa”.
Bahasa sangatlah teratur dan teorganisasi(Berko Gleason,2015). Organisasi bahasa
melibatkan lima sistem ketentuan: fonologi, morfologi, sintaksis, ilmu
semantik, dan pragmatik.
Fonologi
Semua bahasa tersusun atas bunyi-bunyi dasar. Fonologi adalah studi
mengenai sistem bunyi bahasa, mengenai bunyi-bunyi yang biasa digunakan dan
kombinasinya. Sebagai contoh, bahasa inggris memiliki kelompok konsonan awal
spr seperti dalam spring, namun tidak ada sebuah katapun yang diawali dengan
kelompok konsonan rsp.Fonologi menjadi dasar untuk membangun menyusun
serangkaian kata-kata yang bersumber dari dua atau tiga ribu fonem. Fonem
adalah satuan bunyi dasar dalam bahasa; fonem merupakan satuan bunyi terkecil
dari bunyi bahasa yang mempengaruhi makna.
Morfologi
Morfologimerujuk
merujuk pada unit-unit maknayang terlibat dalam pembentukan kata. Morferm
adalah unit makna terkecil: morferm berupa sebuah kata atau suatu bagian dari sebuah
kata yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi bagian lebih kecil yang masih
bermakna. Setiap kata dalam bahsa inggris dapat tersusun atas saru morferm atau
lebih. Beberapa kata dapat terdiri sebuah morferm tunggal(sebagai misalnya
helper memiliki dua morferm, help + er, dengan morferm -er berarti “orang yang”, dalam kasus ini
berarti “orang yang membantu”. Dengan demikian, tidak semua morfem adalah
kata;sebagai contoh, pre-,-tion, dan-ing, adlah morferm dalam bahsa inggris.
Sintaksis
Sintaksis mencakup bagaimana kata-kata dikombinasikan
untuk membentuk ungkapan dan kalimat yang masuk akal. Apabila seseorang
mengatakan kepada Anda,”Bob memukul Tom” atau “Bob dipukul oleh Tom,” Anda
mengetahui dengan pasti siapa yang memukul dan siapa yang dipukul dalam
mkasing-masing kalimat tersebut. Anda juga memahami bahwa kalimat “Anda tidak
menginap,bukan?” adalah benar secara tata bahasa dan bahwa “Anda tidak
menginap, tidak?” tidak masuk akal dan ambigu.
Semantik
Semantikmerujuk
pada makna kata-kata atau kalimat setiap kata memiliki seperangkat
karakteristik semantik yang diperlukan sebagai atribut yang berkaitan dengan
makna. Sebagai, girl dan woman memiliki sejumlah gambaran semantik yang sama,
namun secara semantik kedua kata itu berbeda dalam hubungannya dengan usia.
Pragmatik
Perangkat terakhir dari ketentuan-ketentuan bahasa adalah pragmatik, yakni penggunaan
bahasa yang sesuai konteks yang berbeda-beda pragmatig melibatkan sejumlah
besar wawasan. Apabila anda memperoleh giliran disebuah diskusi atau menggunakan
sebuah perntanyaan yang mengungkapkan perintah (“mengapa disini sangat
berisik?” “Apa ini, Grand Central station?”),
Anda memperagakan pengetahuan pragmatik. Anda juga dapat menerapkan
pragmatik bahasa inggris ketika Anda menggunakan bahasa yang sopan sesuai
situasi(sebagai contoh, apabila berbicara dengan guru Anda) atau menceritakan
sebuah kisah yang menariik, humor yang lucu, dan tipu daya yang meyakinkan.
Dalam setiap kasus seperti ini, Anda memperagakan pemahaman mengenai
ketentuan-ketentuan budaya untuk menyesuaikan bahsa anda agar cocok dengan
konteks.
Figur
6.11 Sistem Aturan Bahasa
Sistem
Aturan
|
Deskripsi
|
Contoh
|
|
fenologi
|
Sistem bunyi bahasa.fenomena adalah satuan bunyi terkecil yang
terdapat dalam bahasa.
|
Kata chat memiliki tiga fonem atau bunyi: /ch/ /a/ / t/.contoh
dari ketentuan fonologis dalam bahasa inggris,fonem /r/ dapat mengikuti fonem
/t/atau/d/ dalam kelomok konsonan inggris (misalnya track atau drab)tapi
fonem // tidak dapat mengikuti fonem-fonem tersebut.
|
|
morfologi
|
Sistem mengenai satuan-satuan bermakna yang digunakan untuk
membentuk kata.
|
Satuan bunyi terkecil yang memiliki makna tersebut morfem,atau
satuan makna,kata girl adalah sebuah morfem,atau satuan makna;kata ini tidak
dapat di pecah lagi dan tetap memiliki makna.ketika akhiran s mengubah makna
dari kata tersebut,yang mengidikasikan bahwa terdapat lebih dari satu girl.
|
|
sintaksis
|
Sistem mengenai cara mengobinasikan kata-kata untuk membentuk
frase dan kalimat yang masuk akal.
|
Dalam bahasa inggris,urutan kata yang sangat penting dalam
menentukan makna.sebagai contoh,kalimat”sebastian pushed the bike”(sebastian
mendorong sepeda itu)memiliki makna yang berbeda dari ‘the bikr pushed
sebastian”(sepeda itu mendorong sebastian)
|
|
semantik
|
Sistem mengenai makna kata atau kalimat
|
Mengetahuin makna dari masing-masing kata –yakni,kosakata
(vocablary).sebagai contoh,semantik berarti mengetahui makna dari kata –kata
seperti orange (jeruk),transportation(transportasi),dan itelligent (cerdas).
|
|
pragmatik
|
Sistem mengenai cara menggunakan percakapan yang sesuaidan
pengetahuan mengenai cara menggunakan bahasa secara efektif sesuai
konteksnya.
|
Salah satu contohnya adalah mengunakan bahasa yang sopan dalam
situasi yang sesuai,seperti mengikuti tata-krama apabila berbicara kepada
guru.mengetahui giliran untuk berbicara dalam sebuah percakapan adalah sebuah
penerapan pramatik.
|
|
Masa bayi
Sejak
awal tahun 1970-an, telah diketahui bahwa bayi dapat mendeteksi perbedaan yang
sangat halus antara fonem bahasa Inggris (unit fungsional bunyi ujaran).
Misalnya, mereka dapat mendeteksi perbedaan antara "pa" dan
"ba", atau antara "da" dan "ga." Tentu saja,
mereka tidak melekatkan makna pada perbedaan selama 12 bulan atau lebih. Teknik
asli menyelidiki kapasitas ini memanfaatkan kemampuan bawaan bayi mengisap
puting. Puting terkait dengan perangkat yang memberikan suara bergantung pada
isapan bayi. Bayi diperkenalkan ke perangkat ini menyedot keras untuk mendengar
suara, bahkan ketika itu berulang-ulang "ba ba ba ba." Karena bayi
juga bosan dengan pengulangan, mereka berhenti mengisap keras setelah beberapa
menit. Pada saat itu peneliti dapat mengubah suara dengan cara yang halus, dan
melihat apakah bayi menunjukkan ketertarikan. Sebagai contoh, mungkin menjadi
contoh yang berbeda dari "ba", mungkin salah satu dengan sedikit
lebih hembusan nafas. Atau, bisa memainkan suara yang akan jatuh ke dalam kelas
fonem baru untuk orang dewasa, seperti "pa." Bayi mengabaikan jenis
pertama perubahan, sama seperti orang dewasa akan, tapi mereka mengisap dengan
semangat baru untuk fonem baru.
Bayi telah tersetel persepsi ketika datang ke suara pidato, dan, yang lebih penting, mereka tampaknya mengklasifikasikan banyak suara speaker cara dewasa sama akan, sebuah fenomena yang dikenal sebagai persepsi kategoris. Suara ini yang mereka anggap sebagai kategori terpisahkan umumnya mereka yang membentuk dasar bagi banyak sistem pidato dalam bahasa dunia, daripada mereka yang digunakan hanya jarang, seperti "th." Bayi datang ke dunia yang sudah cenderung untuk membuat perbedaan dan klasifikasi tertentu: rupanya mereka tidak didorong untuk membuat mereka oleh paparan bahasa.
Bayi telah tersetel persepsi ketika datang ke suara pidato, dan, yang lebih penting, mereka tampaknya mengklasifikasikan banyak suara speaker cara dewasa sama akan, sebuah fenomena yang dikenal sebagai persepsi kategoris. Suara ini yang mereka anggap sebagai kategori terpisahkan umumnya mereka yang membentuk dasar bagi banyak sistem pidato dalam bahasa dunia, daripada mereka yang digunakan hanya jarang, seperti "th." Bayi datang ke dunia yang sudah cenderung untuk membuat perbedaan dan klasifikasi tertentu: rupanya mereka tidak didorong untuk membuat mereka oleh paparan bahasa.
Mengoceh
Pada awal masa kanak-kanak, suara vegetatif dan menangis mendominasi. Para pengamat mencatat bahwa pada usia empat bulan, repertoar bayi telah berkembang dengan cara yang lebih menarik. Pada titik ini bayi tersenyum pengasuh dan dengan berbuat demikian mereka terlibat dalam kebisingan cooing yang menggiurkan bagi kebanyakan orang tua. Ketika bayi diberi makan atau diubah, dia sering akan mengunci tatapan dengan pengasuh dan coo dalam cara yang menyenangkan, sering membuat suara-suara yang terdengar seperti "hai," dan gelegak. Hal ini umum untuk pengasuh untuk merespon dengan bergema suara tersebut, sehingga menciptakan pertukaran yang rumit yang dapat berlangsung beberapa menit. Hal ini mungkin tidak terjadi secara universal, namun, tidak semua budaya mengambil vokalisasi bayi begitu serius. Sifat dari suara yang dibuat pada tahap ini tidak sepenuhnya berbicara seperti, meskipun ada suara mulut terbuka seperti vokal, dan "penutupan" sesekali mirip dengan konsonan.
Di beberapa titik antara empat dan 10 bulan, bayi mulai memproduksi lebih pidato seperti suku kata, dengan vokal resonansi lengkap dan tepat "penutupan" dari aliran suara, mendekati konsonan yang benar. Tahap ini disebut "mengoceh kanonik". Pada sekitar enam sampai delapan bulan, kisaran vokalisasi tumbuh secara dramatis, dan bayi bisa menghabiskan berjam-jam berlatih suara mereka dapat membuat dengan mulut mereka. Tidak semua ini adalah fonem manusia, dan tidak semua dari mereka ditemukan dalam bahasa di sekitar mereka. Penelitian telah menunjukkan bahwa bayi Jepang dan Amerika terdengar sama pada tahap ini, dan bahkan kongenital bayi tuli mengoceh, meskipun jarang. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa bayi yang "berolahraga" organ bicara, tapi tidak dipandu sangat banyak, jika sama sekali, dengan apa yang dia telah mendengar.
Pada usia 10 atau 12 bulan, namun kisaran suara yang dihasilkan telah agak menyempit, dan sekarang mengoceh bayi dalam budaya yang berbeda mulai mengambil karakteristik suara dari bahasa yang mengelilingi mereka. Mengoceh pada tahap ini sering terdiri dari suku kata reduplikasi seperti "Bababa" atau "dadada" atau "mamama." Bukan kebetulan bahwa sebagian besar bahasa di dunia telah memilih, sebagai nama untuk orang tua, beberapa varian dari "papa", "mama", "papa", "nana." Ini bertepatan dengan artikulasi bahwa bayi dapat membuat paling mudah pada akhir tahun pertama.
Pemerolehan Bahasa Pertama
Pada Anak Usia 0-7 tahun Melalui Tahap-tahapnya
Istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk
padanan istilah Inggris aquisition, yakni, proses
penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia
belajar bahasa ibunya. Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan
lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan
bahasa pertama terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah
memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah
pada fungsi komunikasi dari pada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak
dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian
kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata
yang lebih rumit.
Pemerolehan bahasa pertama sangat erat hubungannya dengan perkembangan
perkembangan kognitif yakni pertama, jika anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan
yang mendasar pada tata bahasa yang rapi, tidaklah secara otomatis
mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan
baik. Kedua, pembicara harus memperoleh katagori-katagori kognitif yang
mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa alamiah, seperti kata, ruang,
modalitas, kualitas, dan sebagainya. Persyaratan-persyaratan kognitif terhadap
pengusaan bahasa lebih banyak dituntut pada pemerolehan bahasa kedua dari pada
dalam dalam pemerolehan bahasa pertama.
Menurut Kiparsky (Tarigan, 1986: 243) pemerolehan bahasa merupakan suatu
proses yang dipergunakan oleh anak-anak untuk
menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun
teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi,
dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih, berdasarkan suatu ukuran
atau dari bahasa tersebut. Penjelasan Kiparsky tersebut dapat dilihat dari
pengamatan sehari-hari terhadap perkembangan seorang anak (dalam hal ini anak
yang normal) memproses kecakapan berbahasanya. Biasanya yang dilakukan oleh
anak-anak tersebut di antaranya bermula dari mendengar dan mengamati
bunyi-bunyi bahasa di sekelilingnya tanpa disuruh atau disengaja. Kemudian lama
kelamaan apa-apa yang didengar dan apa-apa yang diamatinya itu berkembang terus
menerus tahap demi tahap sesuai dengan perkembangan kemampuan intelegensi dan
latar belakang sosial-budaya yang membentuknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang dalam hal ini anak-anak belajar dan
kemudian mendapatkan kelancaran dalam berbahasa. Kelancaran berbahasa yang
dimaksud adalah bahasa ibunya atau bahasa pertama sekali yang didengarnya.
Tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama
Perlu untuk diketahui adalah seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki
tata bahasa bahasa pertama dalam otaknya dan lengkap dengan semua kaidahnya.
Bahasa pertama diperolehnya dalam beberapa tahap dan setiap tahap berikutnya
lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa. Menurut para ahli, tahap-tahap
ini sedikit banyaknya ada ciri kesemestaan dalam berbagai bahasa di dunia.
Pengetahuan
mengenai pemerolehan bahasa dan tahapannya yang paling pertama didapat dari
buku-buku harian yang disimpan oleh orang tua yang juga peneliti ilmu
psikolinguistik. Dalam studi-studi yang lebih mutakhir, pengetahuan ini
diperoleh melalui rekaman-rekaman dalam pita rekaman, rekaman video, dan
eksperimen-eksperimen yang direncanakan. Ada sementara ahli bahasa yang membagi
tahap pemerolehan bahasa ke dalam tahap pralinguistik dan linguistik. Akan tetapi, pendirian ini disanggah oleh
banyak orang yang berkata bahwa tahap pralinguistik itu tidak dapat dianggap
bahasa yang permulaan karena bunyi-bunyi seperti tangisan dan rengekan
dikendalikan oleh rangsangan (stimulus) semata-mata, yaitu respons otomatis
anak pada rangsangan lapar, sakit, keinginan untuk digendong, dan perasaan
senang. Tahap linguistik terdiri atas
beberapa tahap, yaitu (1) tahap pengocehan (babbling); (2) tahap satu kata (holofrastis); (3) tahap dua kata; (4) tahap menyerupai telegram (telegraphic speech).
a. Vokalisasi bunyi
Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam
bentuk teriakan, rengekan, dengkur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip
dengan bunyi konsonsonan atau vokal. Akan tetapi, bunyi-bunyi ini belum dapat
dipastikan bentuknyakarena memang terdengar dengan jelas. Yang menjadi
pertanyaan adalah apakah bunyi-bunyi yang dihasilkan tadi merupakan bahasa?
Fromkin dan Rodman (1993:395) menyebutkan bahwa bunyi tersebut tidak dapat
dianggap sebagai bahasa. Sebagian ahli menyebutkan bahwa bunyi yang dihasilkan
oleh bayi ini adalah bunyi-bunyi prabahasa/dekur/vokalisasi bahasa/tahap
cooing.
Setelah tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh (babling). Celotehan merupakan ujaran yang memiliki suku kata
tunggal seperti mu dan da .Adapun umur si bayi mengoceh tak dapat
ditentukan dengan pasti. Mar’at (2005:43)
menyebutkan bahwa ocehan ini terjadi pada usia antara 5 dan 6 bulan.
Dardjowidjojo (2005: 244) menyebutkan bahwa celoteh terjadi pada umur 8 sampai
dengan 10 bulan. Perbedaan pendapat seperti ini bisa saja. Yang perlu diingat
bahwa kemampuan anak berceloteh tergantung pada perkembangan neurologi seorang
anak.
Pada tahap celoteh ini, anak sudah menghasilkan celoteh vokal dan konsonan yang
berbeda seperti frikatif dan nasal. Mereka juga mulai mencampur konsonan dengan
vokal. Konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat dan
bilabial nasal. Vokalnya adalah /a/ dengan demikian, strukturnya adalah K-V.
Ciri lain dari celotehan adalah pada usia sekitar 8 bulan, struktur silabel K-V
ini kemudian diulang sehingga muncullah struktur seperti: Orang tua mengaitkan
kata papa dengan ayah dan mama dengan ibu.meskipun yang ada di benak tidaklah
diketahui. Tidak mustahil celotehan itu hanyalah sekedar artikulori belaka
(Darmowidjojo: 2005:245).
Begitu anak melewati periode mengoceh, mereka mulai menguasai segmen-segmen
fonetik yang merupakan balok bangunan yang dipergunakan untuk mengucapkan
perkataan. Mereka belajar bagaimana
mengucapkan sequence of segmen, yaitu
silabe-silabe dan kata-kata. Cara anak-anak mencoba segmen fonetik ini adalah
dengan menggunakan teori hypothesis-testing (Clark & Clark dalam Ma’at 2005:43). Menurut teori ini anak-anak
menguji coba berbagai hipoptesis tentang bagaimana mencoba memproduksi bunyi
yang benar. Pada tahap-tahap permulaan pemerolehan bahasa, biasanya anak-anak
memproduksi perkataan orang dewasa yang disederhanakan.
b. Tahap satu
kata atau Holofrastis
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan.
Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu
pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari.
Pada tahap ini pula seorang anak mulai menggunakan serangkaian bunyi
berulang-ulang untuk makna yang sama. Pada usia ini pula, sang anak sudah
mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan
kata-kata yang pertama. Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap satu kata
satu frase atau kalimat, yang berarti
bahwa satu kata yang diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap.
Misalnya “mam” (Saya minta makan); “pa” (Saya mau papa ada di sini). “Ma” (Saya mau mama ada di sini).
Mula-mula,
kata-kata itu diucapkan anak itu kalau rangsangan ada di situ, tetapi sesudah
lebih dari satu tahun, “pa” berarti juga “Di mana papa?” dan “Ma” dapat juga berarti “Gambar seorang
wanita di majalah itu adalah mama”
Menurut pendapat
beberapa peneliti bahasa anak, kata-kata dalam tahap ini mempunyai tiga fungsi,
yaitu kata-kata itu dihubungkan dengan perilaku anak itu sendiri atau suatu
keinginan untuk suatu perilaku, untuk mengungkapkan suatu perasaan, untuk
memberi nama kepada suatu benda. Dalam bentuknya, kata-kata yang diucapkan itu
terdiri dari konsonan-konsonan yang mudah dilafalkan seperti m,p,s,k dan
vokal-vokal seperti a,i,u.e.
c. Tahap dua
kata, Satu frase
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan. Uiaran-ujaran yang
terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut. Kalau pada
tahap holofratis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan
makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan
konteksnya. Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara “subjek + predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti
infleksi, kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak
itu, subjek + predikat” dapat terdiri
atas kata benda + kata benda, seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan mainan” atau kata sifat + kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “Sepatu ini kotor” dan sebagainya.
d. Ujaran
Telegrafis
Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata ganda (multiple-word utterences)atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak
juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan
benar. Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-ratus kata dan
cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa.
Pada usia dini dan seterusnya, seorang anak belajar bahasa pertamanya secara bertahap dengan caranya sendiri. Ada teori yang mengatakan bahwa seorang anak dari usia dini belajar bahasa dendan menirukan. Namun, Fromkin dan Rodman (1993:403) menyebutkan hasil tiruan yang dilakukan oleh si anak tidak akan sama seperti yang diinginkan oleh orang dewasa. Jika orang dewasa meminta sang anak untuk menyebutkan “He’s going out”, si anak akan melafalkan dengan “he go out”. Ada lagi teori yang mengatakan bahwa seorang anak belajar dengan cara penguatan(reinforcement), artinya kalau anak belajar uiaran-ujaran yang benar, ia mendapat penguatan dalam bentuk pujian, misalnya bagus, pandai, dan sebagainya.Akan tetapi bila ujaran-ujarannya salah,ia mendapatkan “penguatan negatif”, misalnya lagi, salah, tidak baik. Pandangan ini berasumsi bahwa anak itu harus trus menerus diperbaiki bahasanya kalau salah dan dipuji jika ujarannya benar. Teori ini tampaknya belum dapat diterima seratus persen oleh para ahli psikolinguistik. Yang benar ialah seorang anak membentuk aturan-aturan dan menyusun tata bahasa sendiri. Tidak semua anak menunjukkan kemajuan-kemajuan yang sama meskipun semuanya menunjukkan kemajuan-kemajuan yang reguler.
Teori-teori tentang pemerolehan bahasa
pertama
a. Teori
Behaviorirme
Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati
langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response ). Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap
rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut
dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya.
B.F. Skinner adalah tokoh aliran behaviorisme. Menurut Skinner, perilaku
kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, dikontrol oleh konsekuensinya.
Apabila suatu usaha menyenang-kan, perilaku itu terus akan dikerjakan.
Sebaliknya, apabila tidak menguntungkan, perilaku itu akan ditinggalkan.
Singkatnya, apabila ada reinforcement yang cocok, perilaku akan berubah dan inilah yang disebut belajar.
Menurut Brown (Pateda, 1990: 43) pendekatan behavioristik atau kaum impiris
yang dipelopori oleh Skinner, anak yang baru lahir ke dunia ini dianggap kosong
dari bahasa atau kosong dari struktur linguistik yang dibawanya. Anak tersebut
ibarat tabularasa atau kertas putih yang belum ditulisi, lingkungannyalah yang
akan memberi corak dan warna pada kertas itu. Namun, pemerolehan seperti ini
memerlukan penguatan (reinforcment).
b. Teori
Nativisme
Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa hanya dapat
dikuasai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia.
Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku berbahasa
adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki perkembangan
yang sama (merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan yang memiliki
peran kecil di dalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dapat
dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak
dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari
orandg dewasa.Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit
sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melaui “peniruan”. Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali
dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (Language Acquisition Device,
disingkat LAD). Neil (Tarigan, 1998:239) mempunyai 4 ciri utama, yaitu (1)
kemampuan untuk membedakan bunyi-bunyi yang lain; (2) kemampuan
mengorganisasikan peristiwa-peristiwa linguistik ke dalam berbagai kelas; (3)
pengetahuan mengenal jenis sistem linguistik tertentu sajalah yang mungkin
mengungkapkan hal itu, sedangkan yang lain-lainnya tidak; (4) kemampuan
memanfaatkan secara konstan evaluasi untuk membangun sistem yang mungkin paling
sederhana dari data yang ditemukan. Mengenai bahasa apa yang akan diperoleh
anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Sebagai
contoh, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti bahasa
Inggris menjadi bahasa pertamanya.
(Bolinger, 1975: 267) berpendapat bahwa anak-anak yang lahir ke dunia ini
telah membawa kapasitas atau potensi bahasa yang akan berkembang nantinya
sesuai dengan proses kematangan jntelektual anak itu. Potensi bahasa ini akan
berkembang bagi anak-anak apabila saatnya sudah tiba.
Semua anak yang
normal dapat belajar bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat sekitar.
Apabila diasingkan sejak lahir, anak ini tidak memperoleh bahasa. Dengan kata
lain, LAD tidak mendapat “makanan” sebagaimana biasanya sehingga alat ini
tidak bisa mendapat bahasa pertama sebagaimana lazimnya seperti anak yang
dipelihara oleh srigala (Baradja, 1990:33). Tanpa LAD, tidak mungkin seorang
anak dapat menguasai bahasa dalam waktu singkat dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit.
LAD juga memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bukan
bunyi bahasa.
c. Teori
Kognitivisme
Menurut teori ini, bahasa bukanlah, suatu ciri alamiah yang terpisah
melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan
kognitif. Bahasa disertukturi oleh nalar. Perkembangan bahasa harus berlandaskan
pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi,
urutan-urutan perkembangan kognitif mementukan perkembangan bahasa (Chaer,
2003: 223). Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan
bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan
struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan
slingkungan berbahasa. Bahasa harus diperoleh secara alamiah.
Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah
perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk
keterampilan berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada.
Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu
tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga
anak mulai menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir
dihadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang
diucapkan anak.
Pendekatan kognivistik yang dipelopori oleh Louis Bloom (Pateda,1998)
memandang bahwa pemerolehan bahasa anak-anak harus dilihat dari fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi. Itulah sebabnya penganut aliran ini membantah bahwa
kalimat dua kata (pivot grammar) yang
dikemukakan kaum mentalis, mungkin saja mengandung tafsiran yang lebih dari
satu, karena menurut pandangan kognitivistik anak-anak bukan belajar struktur
luar (surface structure ) tetapi mempelajari struktur dalam (deep
structure) dari bahasa itu.
d. Teori Interaksionisme
Teori
interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi
antara kemampuan mental pembelajaran dan
lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu
berhubungan
dengan adanya interaksi antara masukan “input” dan kemampuan internal yang dimiliki
pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir. Namun, tanpa ada
masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara
otomatis.
Mengenai
teori-teori pemerolehan bahasa disesuaikan dengan struktur bahasa, yaitu
fonologi, sintaksis dan semantik yang diungkapkan oleh Pateda (1988). Menurut
Pateda ada beberapa teori struktural sejagat, (Jacobson), teori semantik
sejagat (Shvachkin), teori behavioris (Mowrer), teori bahavioris sejagat (Olmsted),
teori generatif struktural (Moskowizt), teori fonologi alami (Stampe), teori
prosodik akustik (Weterson), teori penuh sistem logogen (Smith), teori
keutamaan pemerolehan leksikon (Ferguson), teori kontras dan proses (Ingram),
teori pendekatan pemecahan masalah (Kiparsky dan Menn), dan teori sintetik
Gestalt (Peters). Teori-teori tentang pemerolehan sintaksis menggunakan teori
formal.
(Brown, dkk) yang
berfokus pada pengarektisasian bentuk atau struktur ucapan anak-anak. Teori
fungsional yang mengemukakan bahwa terdapat tiga perkembangan bahasa pada anak
yang dituturkannya dengan konstruksi negasi, konstruksi pertanyaan, dan
konstruksi verba “to be” dalam bahasa Inggris, sedangkan teori
tentang semantik menggunakan teori fungsional yang mengaitkan pemaknaan ucapan
anak dengan situasi waktu itu. Teori sistem semantik yang menyangkut
pemerolehan pada ciri-ciri individual anak secara semesta, dan teori konseptual
yang menyatakan bahwa ucapan-ucapan yang dihasilkan anak-anak sebagian didesak
oleh berbagai hal yang mereka pikirkan mengenai hal itu. Penganalisaan ketiga
komponen tersebut (fonologi, sintaksis, dan semantik) merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari apa yang biasa dinamakan pemerolehan bahasa.
Pemerolehan dalam bidang Fonologi
Pada waktu dilahirkan, anak hanya memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya.
Ini berbeda dengan binatang yang sudah memiliki sekitar 70%. Karena perbedaan inilah maka binatang sudah dapat
melakukan banyak hal segera sesudah lahir, sedangkan manusia hanya bisa
menangis dan menggerak-gerakkan badannya. Proposi yang ditakdirkan kecil pada
manusia ini mungkin memang “dirancang” agar pertumbuhan otaknya proposional pula
dengan pertumbuhan badannya.
Pada umur sekitar 6 minggu, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip
dengan bunyi konsonan atau vokal.Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena
memang terdengar dengan jelas. Proses bunyi-bunyi seperti ini dinamakan cooing, yang telah diterjemahkan menjadi dekutan
(Dardjowidjojo 2000: 63). Anak mendekutkan bermacam-macam bunyi yang belum
jelas identitasnya.
Pada sekitar umur 6 bulan, anak mulai mencampur konsonan dengan vokal
sehingga membentuk apa yang dalam bahasa Inggris dinamakan babbling, yang telah diterjemahkan menjadi celotehan
(Darmowidjojo: 2000: 63). Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti diikuti
oleh sebuah vokal. Konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat
dan bilabial nasal. Vokalnya adalah /a/. dengan demikian, strukturnya adalah
CV. Ciri lain dari celotehan adalah bahwa CV ini kemudian diulang sehingga
muncullah struktur seperti berikut: C1 V1 C! V! C1 V!……papapa mamama bababa…..
Orang tua
kemudian mengaitkan “kata” papa dengan ayah mama dengan ibu meskipun
apa yang ada dibenak anak tidaklah kita ketahui; tidak mustahil celotehan itu
hanyalah sekedar latihan artikulori belaka. Konsonan dan vokalnya secara
gradual berubah sehingga muncullah kata-kata seperti dadi, dida, tita,
dita, mama, mami, dan sebagainya.
Pemerolehan dalam bidang Sintaksis
Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata
(atau bagian kata). Kata ini, bagi anak sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi
karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil
satu kata dari seluruh kalimat itu. Yang menjadi pertanyaan adalah kata mana
yang dia pilih? Seandainya anak itu bernama Dodi dan yang ingin ia sampaikan
adalah Dodi mau bubuk, dia akan
memilih di (untuk Dodi), mau (untukmau), ataukah buk (untuk bubuk)? Kita pasti akan menerka bahwa dia akan memilih buk. Tapi mengapa
demikian?
Dalam pola pikir
yang masih sederhana pun tampaknya anak sudah mempunyai pengetahuan tentang
informasi lama versus informasi baru. Kalimat diucapkan untuk memberikan
informasi baru kepada pendengarnya. Dari tiga kata pada kalimat Dodi mau bubuk, yang baru adalah kata bubuk. Karena itulah anak memilih buk, dan bukan di, atau mau. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam ujaran yang dinamakan Ujaran
Satu Kata, USK anak tidak sembarangan saja memilih kata yang memberikan
informasi baru.
Pemerolehan dalam bidang Semantik
Dari segi sintaksisnya, USK (Ujaran Satu Kata) sangatlah sederhana karena
memang hanya terdiri dari satu kata saja, bahkan untuk bahasa seperti bahasa
Indonesia hanya sebagian saja dari kata itu. Namun dari segi semantiknya, USK
adalah kompleks karena satu kata ini bisa memiliki lebih dari satu makna. Anak yang mengatakan /b/ untuk mobil
bisa bermaksud mengatakan:
1.
Ma, itu mobil.
2.
Ma, ayo kita ke
mobil.
3.
Aku mau ke mobil.
4.
Aku minta
(mainan) mobil.
5.
Aku nggak mau
mobil.
6.
Papa ada di mobil,
dan sebagainya
Kata mempunyai
jalur hierarkhi semantik. Perkutut Bangkok adalah satu jenis perkutut, dan
perkutut adalah satu jenis perkutut, dan perkutut adalah satu dari sekian
banyak macam burung. Sementara itu, burung adalah salah satu binatang, dan
binatang adalah salah satu wujud dari makhluk. Dalam hal pemerolehan kata, anak
tidak akan memperoleh kata yang hirarkhinya terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Anak akan mengambil apa yang dinamakan basic level category , yakni, suatu kategori dasar yang tidak
terlalu tetapi juga tidak terlalu rendah. Dalam contoh binatang di atas, anak
tidak akan mengambil binatang atau makhluk; dia juga tidak akan mengambil
perkutut. Dia akan mengambil kata yang dasar, yakni, burung. Tentu saja inputnya adalah dari bahasa sang
ibu tetapi bahasa sang ibu juga mengikuti prinsip ini.
No comments:
Post a Comment